Imagine your Face say hello to me. Then all the bad days, they're nothing to me with you.
Winter bear-V(BTS)🎶
...Silvia Shinta q.
AKU masih berkutat dengan laptop milikku, merangkai kata demi kata hingga menjadi kalimat yang indah. Sejak dulu aku suka menulis dan mungkin itu turunan dari kakek yang dulu berprofesi sebagai penulis. Aku ingin seperti kakek, memberi inspirasi dengan tulisan untuk semua orang. Dan impianku pun menjadi seorang penulis.
KAMU
Angin yang berhembus tenang, seolah berbisik sopan di telinga
Waktu yang kian serasa melambat membiarkan dua insan bertatap teduhKamu si penyebab rasa yang tak dimengerti ini
Pikiranku melayang, bingung menerka isi pikiranmuYang kau lakukan hanya tersenyum
Seolah kau senang berada di sampingku
Hati ini terus berharap mengejar yang tidak tahu untuk siapa hatinya sekarangAku menutup laptop dan membereskan buku-buku yang telah selesai di baca untuk di kembalikan ke perpustakaan. Kusempatkan melirik Gista yang sedang memainkan ponselnya.
"Gis gue mau ke perpus, ikut nggak Lo?" Aku bertanya padanya.
"Nggak ah males." tolaknya, aku mengangguk dan melanjutkan langkah pergi keluar kelas.
Aku benar-benar bosan di dalam kelas, apalagi jika sedang free. Aku lebih memilih untuk ke perpustakaan untuk membaca, disana lebih tenang dan sekalian aku menumpang ngadem...ya you know lah.
Ku buka pintu perpustakaan lalu menghampiri meja penjaga perpus, pak Gunawan. For you information dia adalah guru laki-laki yang menurutku paling tampan diantara guru lelaki lainya, wajar saja guru disini kebanyakan sudah lanjut usia hihi. Dulu, aku kira dia itu masih single tapi ternyata sudah punya istri dan beranak satu.
Gila!
"Pak gun, saya mau ngembaliin buku." kataku.
Guru itu mengangguk, lalu menuliskan data pada bukunya. "Sekalian mau baca buku lagi Shinta? Kelasmu jamkos makanya kesini?" tanyanya dan aku mengangguk saja. Setelahnya aku berjalan menuju rak bagian belakang untuk memilih novel.
Aku mengambil satu novel berjudul ' Regretful'. Namun, saat aku berbalik, aku seperti melihat seseorang di ujung bangku sana. Dan benar, seorang cowok sedang berbaring santai dengan bangku yang disusun dan juga wajahnya yang tertutup oleh buku.
Tapi, tunggu aku seperti mengenal perawakannya.
Rama?
"Rama kenapa tidur di sini?" aku bergumam pelan, berharap mengabaikan keberadaan cowok itu. Namun, alih-alih menjauh, aku malah mendekatinya. Benar-benar tidak singkron dengan isi pikiranku.
Sialan!
Aku bergerak mendekati Rama dan berjongkok di depannya. Aku menggigit bibir bawahku, jantungku sepertinya maraton jika bertemu cowok ini. Aku meneguk ludah, tanganku bergerak mendekat mengambil buku itu, agar dapat melihat wajahnya.
Jangan sampai dia terbangun, jika tidak habislah aku...
Tanganku bergerak pelan memegang ujung buku, sebisa mungkin tidak membangunkan Rama.
Sedikit lagi!
Hap!
"Ngapain Lo?" aku tersentak kaget tak kala tangan besarnya itu mencekal tanganku.
Aku melotot, dia menyingkirkan Buku dari wajahnya dan menatap tajam ke arahku.
Mati gue!
Aku gelagapan bingung mau menjawab apa, sialan!
"An- u gue--"
"Gue apa?"
"It- itu tadi ada lalet di muka Lo. Iy-iya itu." alasan konyol! Mana ada, aduh semoga dia percaya aja.
"Bohong." ucapnya dengan tatapan tajam, membuatku merinding.
" Cabul lo?" tudingnya, tepat sasaran.
Skakmat!
Aku menggeleng, "enak aja, bukan!"
"Sebenarnya gue mau minjem buku itu." titahku.
Dia mengambil buku itu, kemuadian menunjukannya padaku.
"Ini?" tanyanya, aku mengangguk.
Alisnya terangkat heran, "Lo mau belajar masak?"
"Ha?"
Dia menunjuk judul buku itu membuatku malu setengah mati. Bagaimana aku bisa beralasan untuk meminjam buku masakan?!
Mau ditaruh di mana mukaku ini?! Asataganaga.
____________AnggieNc
@seagul.kpop
@gie_nc
KAMU SEDANG MEMBACA
RamaShinta (On Going)
Teen FictionKehadiranku cukup kau rasakan, tak perlu kau lihat. Karena nyatanya aku dan kau bagaikan Api dan Air yang takan pernah bisa menyatu.