air hujan terus turun, diikuti dengan tawa anak anak kecil yang sedang bermain hujan, suaranya seakan menjadi lagu yang membuat tenang. Seluruh tubuhku sudah basah, tapi aku masih tetap saja duduk dan memperhatikan anak anak kecil itu bermain hujan.
"Hei, kamu kalo dibilangin susah banget ya!"
Lalu tiba tiba diatasku ada sebuah payung
"Kenapa?" Tanyaku
"Dingin, hujannya makin besar, Ayo balik ke rumah"
Lalu aku membalikan badan, menatap orang itu. Laki laki yang memegang payung berwarna biru itu tersenyum, laki laki dengan kulit sawo matang, tidak tinggi tapi tidak pendek, seorang atlet renang, dan orang yang sangat posesif.
"Jonathan, tolong jangan ganggu aku" ucapku sambil membalikan badan lagi
"Cepetan balik, abis ini kita mau ke rumah sakit kan" ucap jonathan dengan nada yang lebih menekankan
"Kita?" Tanyaku
"Iyalah kita, Kita semua bakal temenin kamu" jawab jonathan yang sekarang memegang pundakku
"Kalian? Kalian mau nganterin aku mati, begitu?" Tanyaku lagi
"Heh, Ga ada yang mati! Ga ada! Kamu sekali lagi ngomong kaya gitu.." bentak jonathan
"Apa?! Kalo aku ngomong kaya gitu kenapa?!" Potongku
aku sudah lelah dengan sikap jonathan yang akhir akhir ini sangat sensitif dan suka membentak, ini lah mengapa aku akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan jonathan, tentu saja dengan alasan aku ingin fokus dengan penyakitku
"Kamu tau? Kamu sekarang berubah. Bukan anya yang aku kenal lagi" ucap jonathan dengan nada yang masih tinggi
"Aku berubah bukan urusan kamu lagi, seharusnya kamu yang harus tau itu" ucapku
"Aku sayang kamu, Anya, aku sayang kamu!" Ucap jonathan yang sekarang berada dihadapanku
"Terus?" Tanyaku
"Aku mau abis ini kamu sembuh, abis itu kita sama sama lagi, ya? Aku sayang banget sama kamu" jawab jonathan sambil memegang tanganku
"Tolong ya. Ga ada yang bisa jamin abis ini aku hidup lagi atau nggak, kalaupun emang masih hidup, hal yang pertama aku lakuin adalah enyah dari dirimu, jonathan." Ucapku lalu aku berdiri dan meninggalkan dia disana
"HEI ANYA!" Panggil jonathan
Aku menghiraukannya
"TAU GA?! LO ITU CEWE BRENGSEK!" lanjutnya
Aku berhenti, menoleh, dan tersenyum
"Baru tau?" Ucapku, lalu aku kembali membalikkan badan dan jalan menuju rumah
Tidak, aku tidak merasa bersalah meninggalkan dia seperti itu. Itu sudah sangat cukup untuk membalas kekerasannya padaku selama kita masih pacaran, entah berapa tamparan yang aku dapatkan jika membuatnya cemburu atau kesal. Dan aku tidak selamanya bisa terbodohi oleh hal itu, aku perempuan, dan aku berhak mendapatkan yang lebih baik.
"Anya? kok kamu gak pake jas hujan sih?" tanya mama setelah aku memasuki rumah
"maaf ma, anya gak nemu jas hujannya" jawabku
"ini, cepat mandi, biar kamu gak demam. sebentar lagi kita berangkat kan?" tanya mama, sambil menyelimutiku dengan handuk
"iya ma, anya mau mandi dulu ya" ucapku, lalu aku berbalik menaiki tangga menuju kamarku
"eh anya, jonathan mana? tadi dia bilang mau nyamperin kamu" ucap mama
langkahku terhenti, aku menoleh pada mama