25

18 1 0
                                    

Aku duduk terdiam dengan kebiasaan memeluk lututku lalu menopang daguku disana, pandanganku selalu berada dijendela dengan luaran yang dihiasin bintang-bintang kecil juga bulan yang cantik.

"Semalam... apa kau curhat?" Sosokku yang biasanya duduk di ujung gelap kamarku kini mulai berani berada didekatku.

Ia menatapku menunggu jawaban, aku menganguk lalu memberikan senyum kecilku.

"Maaf karena menganggumu, karena aku juga kau berhenti bercerita padahal sudah setengah jalan" ujarnya lagi, dan kini dia menunduk sambil memilin-milin ujung baju lusuhnya.

"Tidak apa-apa, lagipula itu tidak penting." Jawabku fokus dengan tontonanku diluar sana. Kadang aku sedikit terpejam lalu membuka mata kembali.

Tidak ada suara lagi, ku kira dia pergi.

Aku menoleh kesampingku dimana dia ternyata masih diam memilin-milin bajunya, ku arahkan pandanganku ke baju lusuhnya yang mana tengah dia mainkan.

Ada semacam bekas tetesan air disana, apa dia menangis?

"Sungguh, aku tidak terganggu. Mengapa kau menangis?" Tanyaku heran.

Dia tersedu-sedu sebentar lalu perlahan mengatur nafasnya.

"Aku merasa bersalah, seharusnya kau berhasil bercerita. Karena ku pikir itu membuatmu tenang, tapi aku mengacaukan itu dengan suara tangisanku. Sungguh, aku ingin kau bercerita." Lalu dia semakin gencar menangis.

Aku terdiam sesaat,

"Apa semalam aku terlalu jujur yah? Atau terlalu banyak bercerita?"

"Harusnya kau sudah sedikit membaik, tapi lihatlah. Aku malah masih seperti ini." Jawabnya dengan suara kurang lancar.

"Lain kali bisa bercerita kembali kan? Tidak apa-apa, tenanglah" ujarku mengusao punggungnya.

Dia mengangguk pelan lalu mengusap air matanya beralih menatapku tersenyum, aku sedikit lega. Tapi kemudian dia kembali memasang raut sedih, lalu kemudian bertanya

"Kau masih mendengarkan kata-katanya kan?"

"Tentu saja, rasanya kurang jika tidak mendengarkan itu. Aku bahkan bisa menjadikannya musik, tanpa peduli kata-katanya. Rasanya membosankan, dia selalu berkata tentang hal yang sama berulang kali terus dan terus, aku kadang tertawa loh mendengarnya. Oh ya, lain kali ikut denganku. Dengarkan kata-kata omong kosong dari mereka" jelasku panjang lebar dan di akhiri tertawa kecil.

"Harusnya kau tidak boleh seperti itu" dan aku berhenti tertawa.

"Tahu tidak, aku diberikan mimpi kurang mengenakan akhir-akhir ini. Aku bahkan takut tidur sekarang, takut-takut mimpinya kembali lagi atau lebih parahnya berlanjut dari mimpi sebelumnya, shhh.... menyeramkan" ujarku sedikit mendesis.

"Semuanya akan baik-baik saja" ujarnya.

Aku tertawa, lalu mengangguk beberapa kali sembari meyakini ucapannya.

"Ya ya ya, aku masih mengingat itu, tidak terlupakan. Dan sialnya, semua bullshit. Jadi,... kembali ke tempatmu, dan aku akan beristirahat." Ujarku sedikit menekan, aku malas jika dia terus-terusan mengajakku melakukan hal konyol.

"Aku juga akan berusaha disini" dan aku membalasnya dengan tatapan biasa saja, dia lalu lenyap di sudut gelap kamarku.

Mrs. Kookie

°Me & The World°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang