07

2.4K 261 23
                                    

Juyeon melepas ciumannya, menatap Chanhee yang kini menundukkan wajahnya dengan telinga memerah. Menggendong istrinya itu koala dan membawanya masuk ke dalam kamar hotel tak lupa menutup pintu blakon dengan kakinya.

Ia meletakan tubuh mungil istrinya itu di atas kasur secara perlahan. Lalu menindih tubuh yang sangat pas dalam kungkungan nya itu. Ia menahan berat tubuhnya dengan lengan yang menyanga. Membelai wajah Chanhee dan mengangkat dagu istri cantiknya itu agar menatap kearahnya.

Bisa ia rasakan tubuh Chanhee yang bergetar, psikis Chanhee benar benar takut dengan dirinya. Juyeon merasa dadanya sesak, entah kemana nafsu nya tadi menghilang. Tatapan Chanhee kearahnya tersirat ketakutan namun istri cantiknya itu mencoba untuk menyembunyikannya. Juyeon menangkup sebelah wajah Chanhee dengan tangannya. Namun pertanyaan Chanhee berhasil membuat hatinya semakin merasa bersalah.

"Ka-kakak ng-nggak ak-akan ta-tampar a-aku k-kan-?" Tanya Chanhee dengan mata berkaca-kaca dan tubuh mengigil.

Juyeon menggelengkan kepalanya, membawa tubuh istrinya itu kedalam dekapannya. Bisa ia rasakan piyama yang ia kenakan kini basah. Chanhee bukan lagi terganggu psikisnya. Namun, istrinya itu trauma dengan perlakuan nya selama ini. Juyeon meneteskan air matanya ketika merasakan istrinya itu menahan isakan.

Dulu ketika melihat Chanhee yang menangis dengan isakan dan tubuh bergetar adalah sebuah kesenangan untuk dirinya. Bahkan melihat wajah dan tubuh Chanhee yang penuh lebam setelah ia tampar, pukul atau menendangnya adalah sebuah tontonan yang seru menurutnya.

Namun, istrinya itu tetap mempertahankan pernikahan hanya untuk mendapat anak darinya. Bahkan bersedia ia ceraikan setelah melahirkan. Jika itu dirinya yang dulu, dengan senang hati ia akan melakukannya. Tapi tidak untuk sekarang. Bagaimana bisa istrinya itu bertahan di kejam nya dunia ini dengan tubuh mungil dan ringkih.

Juyeon merenggangkan pelukannya. Menangkup wajah Chanhee dengan kedua tangannya. Bahkan, wajah Chanhee tertangkup penuh dengan tangan besarnya. Mengangkat wajah yang menunduk itu hingga ia melihat mata dan hidung yang memerah dengan bulir-bulir air mata yang keluar di sudut mata cantik milik Chanhee. Ah, bagaimana bisa ia yang dulu tega melihat wajah se imut istrinya ini yang seperti puppy yang ketakutan.

"Jangan takut, aku berjanji ngga akan nyakitin kamu." Ucap Juyeon.

Chanhee menatap Juyeon ragu, namun ia tetap menganggukkan kepala nya pelan. Juyeon tersenyum dengan kelopak mata menyipit melengkung seperti juga tersenyum. Senyuman pertama yang Chanhee lihat selama ini. Mampu membuat jantung Chanhee berdebar.

Juyeon merasakan nya, ah lihatlah wajah istrinya yang menatap kearahnya kagum dengan mata berbinar itu. Benar-benar menggemaskan. Ia bertekad, ia berjanji akan menjadi suami yang sepantasnya untuk Chanhee dan membahagiakan istri mungil nya itu.

~oOo~

Keesokan harinya, pagi hari Chanhee terbangun. Dengan mata mengerjap, ia mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Ia hendak beranjak namun tertahan lengan kekar yang melingkar di pinggang kecil miliknya. Chanhee pun langsung diam, takut membangunkan pemilik lengan.

Tak berselang lama, Juyeon terbangun. Badannya mengeliat namun lengannya semakin mengeratkan pelukan. Ia baru sadar jika semalam ia tertidur dengan memeluk pinggang kecil yang sangat pas dalam dekapannya itu.

"Se-selamat pa-pagi," sapa Chanhee dengan suara terbata ketika melihat suaminya yang mungkin suatu saat akan menjadi mantan suaminya itu terbangun.

Mendengar suara Chanhee membuat Juyeon menatap kearah istrinya itu, "Pagi juga sayang," Sapa nya kembali.

Juyeon terkekeh ketika merasakan jantung Chanhee yang berdetak kencang setelah ia memanggil 'sayang' istrinya itu.

'Menggemaskan' batin Juyeon.

Ia merasakan tubuh Chanhee yang seperti ingin melepaskan diri. Segera ia melonggarkan dekapannya membiarkan tubuh mungil itu lepas dari dalam dekapannya.

"Eung, a-aku bo-boleh man-mandi k-kan-?." Tanya Chanhee seraya menundukkan kepalanya seperti biasa.

Juyeon terdiam sejenak, bahkan istrinya itu meminta izin hanya untuk mandi. Hanya melihat sekilas, Juyeon tau istrinya itu takut. Ia ingat pernah marah besar ke istrinya itu ketika pertama kali setelah menikah tak sengaja mandi di kamar mandi miliknya.

"Mandi lah, ah, apa perlu aku mandikan-?" Jawab dan goda Juyeon.

Chanhee hanya menggelengkan kepalanya. Ia beranjak menuju koper yang masih belum ia buka. Mengambil kaos, celana pendek dan celana dalam yang akan ia kena kan. Lalu segera masuk ke kamar mandi. Tentu saja Juyeon tak melewatkan tingkah istri mungilnya itu.

~oOo~

Bersambung

MY ANGEL || JUNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang