Chapter 4

13 1 4
                                    


"Wuaah tadi lukisan nya bagus-bagus ya"
"Iya. Ayo keluar" ajak Ian.
"Apa kita langsung pulang?" tanya Yura
"Tentu saja"
"Baiklah"
Yura menghela napas pelan, dan berjalan mengikuti Ian dengan kepala tertunduk. Mereka berjalan menuju pintu keluar festival. Ian tiba-tiba berhenti dan membalikkan badannya.

Bugghh

"Aduhhh"
"Hei, kau ini kenapa?"
Yura tidak menjawab. Namun Ian tahu pasti apa yang diinginkan gadis itu.
"Mau main lagi..?" tebak Ian, dan Yura merespon dengan anggukan kecil.
"Baiklah. Sampai jam 7, oke?" tawar Ian.
Senyum penuh semangat terpancar di wajah gadis yang sedang berdiri didepannya ini.
"Kau senang?" Ian tersenyum dan mengacak-acak rambut Yura.
"Kita akan kemana?" tanya Yura penuh semangat.
"Yaa... karena ini rencana dadakan, kita jalan saja"
"Bagaimana kalau makan? Aku lapar"
"Kau lapar? Oke. Ikut aku" Ian kemudian menggandeng tangan Yura. Ian tahu kemana ia akan membawa gadis itu pergi.
Mereka terlebih dahulu pergi ke halte, dan menunggu beberapa menit sampai bis nya tiba. Tidak menunggu waktu lama, bis nya tiba. Segera saja Ian menggandeng tangan Yura dan naik kedalam bis. Ia memilih duduk di bangku belakang bis.

Beberapa menit perjalanan, Yura menyadari sesuatu.
"Hei Ian, bukankah ini mau ke arah apartemen ku?"
"Sudah kau diam saja. Aku tidak akan membawa mu pulang"
Ian menyenderkan kepalanya ke pundak Yura, dan matanya mulai terpejam. Yura terdiam dan memilih untuk mengedarkan pandangannya ke arah jendela.
Tiba-tiba saja Yura teringat sesuatu.
"Hei Ian, kita akan pergi kemana? Bagaimana kalau kita tersesat?" Yura menggerakkan pundaknya, agar Ian terbangun.
"Setidaknya aku tersesat bersama mu" satu pukulan ringan berhasil mendarat di kepala Ian.
"Kau tahu? Kita sudah melewati apartemen ku. Kita sebenarnya akan pergi kemana Ian?"
"Sebentar lagi akan sampai. Dan kau pasti akan terkejut"
"Huh? Seyakin itu aku akan terkejut?"
Ian menatap Yura lekat, dan tersenyum "Lihat saja nanti"  Ian kembali bersandar di pundak Yura, hanya saja kali ini matanya tidak terpejam.
Tidak lama kemudian, Ian berdiri dan memberi kode kepada Yura untuk segera turun dari bis.

"Dimana kita?" ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut tempat ini. Tempat yang menurut nya sangat asing karena ia belum pernah ke tempat ini.
"Sudah, ayo ikut aku" Ian berjalan menuju sebuah rumah yang berada di seberang jalan.

"Sudah sampai"
"Rumah siapa ini?" tanya Yura
"Rumah ku"
"Kau serius? Kau tinggal disini? Ku kira kau tinggal di apartemen"
Ian mengeluarkan kunci dan kemudian pintu rumah itu terbuka.
"Ini rumah paman ku. Kau lapar kan? Ayo masuk" Ian mempersilahkan gadis itu masuk ke dalam rumah.

"Hmm,, lumayan juga" Yura menelusuri setiap objek rumah ini. Rumah yang cukup besar, dengan dua lantai ini terlihat bersih dan rapi. Desain rumah nya unik, dapur yang biasanya di bagian belakang, dalam rumah pria itu berada dalam satu ruangan dengan ruang tamu, dan dilengkapi dengan meja bar.

"Ayo kita masak" Ian mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas
"Aku kira kau sudah masak"
"Hahaha belum. Aku akan membuat nasi goreng untukmu"
Kemudian Yura menyusul Ian ke dapur dan duduk di kursi bar. Kursi yang cukup lumayan tinggi, bisa dilihat dari kaki gadis itu yang tidak menyentuh lantai.
Sembari menunggu Ian selesai memasak, Yura sibuk memainkan ponsel miliknya.

"Heii" teriak Yura ketika ponselnya diambil begitu saja oleh Ian
"Makan dulu, Sayang" Ian menyodorkan sepiring nasi goreng kepada Yura
"Terimakasih" ucap Yura, dan langsung memasukan sesuap nasi goreng kedalam mulutnya.
Ian tersenyum melihat perilaku gadis itu.
"Pendek.."
"Apa??"
"Tidak apa-apa. Makanlah"

"Biar aku yang membersihkan kan nya. Kau sudah selesai makan?"
"Sudah"
Yura membereskan piring-piring kotor, membawa nya ke wastafel dan segera mencucinya.
Di sisi lain, Ian duduk di sofa dan menyalakan televisi. Tidak lama kemudian Yura duduk di samping nya. Ia mengecek layar hp.
Ian tidak berniat untuk melihat gadis yang sedang duduk disamping nya, ia masih sibuk memilih channel apa yang akan ia tonton.

"Setelah ini aku akan mengantar mu pulang" ucap Ian.
"Dimana paman mu?"
"Paman ku sudah pindah"
"Lalu?"
Ian menghentikan aktivitas nya mengotak-atik remot televisi. Dan beralih menatap gadis itu.
"Lalu apa? Sekarang rumah ini menjadi milikku"
"Oh.." Yura mengangguk paham.
"Ayo, aku antar kamu pulang" Ian berdiri dan mengambil jaket dari kamar nya
Ian menyodorkan jaket itu kepada Yura
"Pakai ini, sudah malam"
"Terimakasih.."
Ian mengantar gadis itu pulang dengan sepeda motornya. Sebenarnya jarak antara rumah nya dengan apartemen Yura, bisa dibilang tidak cukup jauh. Hanya saja karena ini sudah malam, ia tidak ingin gadis itu terlalu lama berada di luar jika ia mengajaknya jalan kaki.

"Sudah sampai"
Yura turun dan memberikan helm nya ke Ian.
"Kau tidak ingin masuk? Aku bisa membuatkan teh hangat atau kopi untukmu" tawar Yura
"Tidak. Sudah malam, kau masuk saja sana.." Ian mengusap-usap kepala Yura dan tersenyum menunjukkan deretan gigi yang rapi dan gigi gingsulnya, membuat ia terlihat sangat manis.

"Good night.. Love you" Ian memutarbalikkan sepeda motornya, dan melambaikan tangan nya ke Yura.
Yura tersenyum, ia menatap punggung Ian yang semakin lama menjauh.

"Love you to Ian..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang