"pi, bunda katanya mau ketemu."
levi diem aja waktu rara ngomong gitu. rara kesel karna omongannya gak di gubris, jadi dia nyubit kenceng tangan levi.
"aaAAAAA IYA JANGAN DICUBIT," kata levi sambil ngerengek. rara tetep aja nyubit-nyubitin levi. "makanya kalo diajak ngobrol tuh ngejawab."
levi megang tangan rara yang lagi nyubitin dia pake tangan yang lainnya, terus dijauhin dari lengannya. biru tuh asli.
"bunda mau ketemu yaallah pi."
"iya besok main kerumah."
"assalamualaikum bunda," kata levi sambil salim ke santi. santi ngebales salam levi abis itu ajak levi duduk di ruang tamu.
"ra bikinin minuman kek, bunda aus."
rara yang disuruh cuma mencak kesel terus pergi ke dapur. sepeninggalan rara, santi sama levi langsung ngobrol. basa-basi doang sih awalnya, lama-lama menjurus ke hubungan mereka. levi udah panik sendiri, fapi masih bisa dia tutupin.
"levi sayang rara?" tanya santi.
yang ditanya langsung ngangguk tanpa jeda terus bilang, "iya bun, levi sayang banget sama rara."
santi tersenyum manis, lalu melanjutkan pertanyaannya.
"levi mau ngekhianatin tuhan levi atau tetap sayang sama rara?" levi bungkam. dia bener-bener gak tau mau gimana. emang levi bukan umat yang taat, tapi buat pindah agama itu berat banget buat levi.
"bunda tau, levi sayang banget sama rara. maafin bunda pernah mau jodohin rara terus pisahin dari kamu. tapi bunda gak tau mau gimana lagi levi. rara anak bunda satu-satunya, anak gadis bunda."
levi diem aja, dia nundukin kepalanya. dia bener-bener tertekan dan bingung sekarang.
"bunda gak minta levi khianatin tuhan levi―" santi memegang satu tangan levi.
"― tapi levi harus milih, gimana pun. mau gak mau, siapa yang bener-bener levi cinta." tangan santi kini mengelus punggung tangan levi.
sekarang sunyi sampai levi mengeluarkan kata-katanya, "bunda, levi boleh pikirin dulu kan?"
santi tersenyum, "memang harus. yakinin hati kamu levi."
"makasih bun," kata levi sambil menahan tangisnya.