12

680 58 7
                                    

Chika pov

Saat ini aku dan christy sedang makan di salah satu gerai pizza.

"Chika" aku kaget saat seorang wanita paruh baya menghampiriku.

"tante ayana, eh tante udah pulang dari belanda?" Aku sengaja pura pura tidak tau  agar bundanya vito itu tidak curiga denganku.

"Sudah beberapa bulan yang lalu" jawabnya. Lalu matanya beralih menatap Christy. "Ini siapa chik?" ahh, jantungku berdegup kencang saat tante Ayana memperhatikan Christy dengan lekat.

"keponakan saya tante" jawabku sedikit gugup

Mata tante ayana terus memperhatikan Christy, beliau menatap christy dari atas hingga bawah. Aku takut tante Ayana mengenali christy. Ya tuhan bagaimana ini? 

Tiba-tiba ponsel tante Ayana berbunyi, setelah selesai menerima telphonenya, tante ayana segera pamit denganku.

Ah syukurlah tante Ayana sudah pergi, lalu aku juga buru buru mengajak christy untuk pulang. Sebelum tante Ayana kembali pada kami.

***

Suara adzan magrib berkumandang membuat Mira menyuruh Vito untuk singgah di masjid untuk melaksanakan ibadah sholat terlebih dahulu.

"Yakin Mir mau sholat?"

"Iya, kenapa emangnya?"

"Kamu kan gak bawa mukena"

"Pasti ada yang minjemin nanti, kan niat kita mau sholat" ujar Mira.

Sebenarnya saat ini pikiran vito tertuju pada christy, ia baru mengingat bahwa ia sudah janji dengan bocah kecil itu akan mengajaknya jalan-jalan. tapi, kali ini karena Mira mengajaknya untuk sholat dulu, mau tidak mau Vito harus melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

Vito yang melihat mira sholat berdampingan dengannya tersenyum, andai yang disampingnya saat ini adalah Chika, pasti saat ini ia sangat bahagia.
apalagi jika vito bisa menjadi imam untuk Chika saat sholat seperti yang ia lakukan dengan mira saat ini.

Setelah mereka selesai melaksanakan sholat, vito mengantar mira pulang ke rumahnya. "Mir, lu masuk aja duluan, klo gue ditanya sama ayah atau bunda, bilang gue ke rumah temen gue bentar ya" ujar Vito.

"Tapi kamu gak bohong kan?"

"Ya, enggak lah ngapain gue bohong" ujar vito sedikit gugup. Sesekali Vito melirik arlojinya. Ia sudah telat.

"Ya udah, tapi makasi ya vit kamu udah nganterin aku tadi" ujar mira

"Iya" setelah mira turun dari mobilnya, vito langsung melajukan mobilnya ke rumah chika.


~~~

tok.. tok..

"Sebentar" ujar Chika dari dalam rumahnya.

ceklek

"Ngapain kamu kesini?" tanya Chika ketus. Sorot matanya dingin menatap mata Vito.

"Chik, Christy mana?" tanya Vito panik.

"Ngapain kamu nyari Christy? kamu udah buat dia sedih, Vit!"

"Chik, aku mau minta maaf sama dia, aku bener bener lupa tadi, Chik" sesal Vito.

"Mending sekarang kamu pulang, Christy udah tidur. Jangan ganggu dia."

"Tapi Chik-- "

"Kamu udah bikin dia sedih, Vit. Lebih baik kamu jangan temuin Christy lagi. Udah cukup ya Vit selama ini kamu sakitin aku. Aku gak terima kamu sakitin Christy juga. Dan aku minta sama kamu, berhenti buat christy dekat sama kamu lagi. Aku gak mau aku ataupun Christy berhubungan lagi sama kamu, Vito!"

"Kenapa, Chik? Apa alasan kamu ngelarang aku untuk tidak berhubungan lagi sama kalian?"

"Kamu tanya kenapa? Tanpa aku jawab kamu harusnya udah tau jawabannya. Aku bingung sama kamu, kenapa sekarang kamu seolah ingin kembali ke hidup aku hah? Aku kan udah bilang berhenti deketin aku. Aku udah lupain kamu, vito. Aku gak mau orang tua kamu berpikiran buruk tentang aku. Jangan sampai mereka berpikiran karena aku kamu jadi anak yang melawan orang tuanya sendiri" ujar Chika jengah. Emosinya sedikit tidak terkontrol saat ini.

"Aku udah gak peduli apa kata ayah sekarang, Chik. Aku sayang sama kamu, Chika. Aku masih cinta sama kamu. Selama aku di belanda aku sama sekali gak bisa lupain kamu. makannya setelah aku lulus kuliah aku berniat pulang ke indonesia untuk nemuin kamu. Aku mau minta maaf dan ngulang semuanya dari awal sama kamu, Chika" ujar vito berusaha meraih tangan Chika. Ia benar-benar tulus mengucapkannya. 

Chika tidak bisa seperti ini. Hatinya sakit. Ia melepas paksa tangan Vito yang mencoba menggenggam tangannya. "Sayangnya semua sudah terlambat, Vit. Aku gak akan kembali lagi sama kamu. Aku minta jangan ganggu aku lagi"

Chika langsung menutup pintu rumahnya. Ia tidak memperdulikan Vito yang masih menggedor pintu kayu itu sambil memanggil namanya. Chika tidak peduli lagi. Ia menyandarkan tubuhnya di pintu kayu itu. Tangisnya pecah, dadanya sesak setiap kali ia harus berhadapan dengan Vito. Sejujurnya masih ada perasaan yang tersisa untuk Vito di hatinya. Hingga saat ini. Chika tidak mengerti mengapa ia tidak bisa merubah perasaannya itu. Satu sisi, hatinya sendiri juga menolak kuat menerima Vito kembali. Sampai kapan pun ia dan Vito tidak akan bisa bersama. Sekuat apapun mereka melawan.

"Aunty, kenapa nangis?" Suara Christy mengagetkan Chika. Lalu dengan segera Chika segera menghapus air matanya. Ia tidak ingin Christy melihatnya menangis seperti ini.

"Christy, kenapa kamu belum tidur?" Chika mengelus rambut panjang bocah itu. Mata Christy terlihat sayu.

"Tadi kiti denger ada suara om Vito, Aunty. Tadi om Vito kesini ya, aunty?"

"Enggak. Om Vito gak ada kesini. Kiti salah denger paling."

"Yah.. Kiti kira om Vito dateng." ujar Christy yang terdengar nada kecewa darinya.

"Christy, mulai sekarang gak usah ketemu lagi sama om vito ya!"

"Kenapa aunty?"

"Dengerin aunty pokoknya gak boleh" ujar Chika.

"kenapa sih aunty sama kaya Mami. Sama sama ngelarang kiti ketemu sama Om Vito? padahal kan Om Vito baik sama kiti, sama aunty juga"

"Karena Aunty punya alasan kenapa Christy gak boleh ketemu sama Om Vito lagi" ujar Chika, namun christy, bocah itu nampak tidak mengerti apa yang Chika katakan.
"Udah, sekarang Christy tidur ya! Aunty temenin" lalu chika menuntun christy ke kamarnya dan ikut berbaring di sebelah christy.




~~~

"Vito, dari mana kamu?" baru saja Vito menutup pintu rumahnya, namun, suara bariton milik ayahnya menyambutnya malam ini. Tubuh tegap itu sudah berdiri di depannya dengan sorot mata yang tajam.

"Bukan urusan ayah" Vito hanya menyelonong masuk tanpa menghiraukan ayahnya. Katakan saja ia tidak sopan untuk hal yang satu ini.

"Vito, gak sopan ya kamu! Ayah masih bicara sama kamu!"

"Apa? gak sopan? selama ini aku selalu sopan sama ayah, aku selalu hormatin ayah. Semua kata ayah aku turutin, bahkan sampai aku putus dan jauhin Chika, aku  rela pindah ke belanda, itu semua karena keinginan ayah sama bunda. Kurang apa lagi vito yah? Vito kurang berbakti apa lagi sama ayah?"

"Itu semua demi kebaikan kamu Vito. Ayah cuma mau kamu memilih pasangan yang tepat. Perempuan itu tidak seiman dengan kita. Untuk apa kamu memacari seorang gadis nasrani?"

"Vito gak peduli agamanya apa yah, Vito sayang sama Chika sampai detik ini. Kenapa perbedaan ini selalu Ayah permasalahkan? Kenapa yah?" suara Vito sedikit meninggi.

"Heh, dengrin Ayah, jangan coba coba kamu dekati wanita itu lagi, Vito, Karena ayah sudah punya wanita pilihan untuk kamu yang bisa mengajarkan islam yang lebih dalam lagi. Dan wanita itu akan menuntun kamu menjadi seorang imam"







Tbc

Aku Bukan Untukmu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang