SMA Erlangga mendapat undangan perlombaan, lomba lari. Dari awal lomba, siswa utusan dari SMA Erlangga ini memenangkan lomba. Sampai akhirnya, SMA Erlangga masuk final, lomba lari nasional. Nasional berarti se-indonesia kan? Iyalah.
Namun, bukan lomba lari saja. Bahkan hampir semua olahraga. Tetapi, SMA Erlangga hanya mendapat lari, renang, voli dan basket sampai tingkat nasional ini.
"Asterilia Febriana, " Pak Deno menjeda kalimatnya, ia menatap Febri dihadapannya. "Kamu mau kan, bantu temen kamu? "
Febri mengernyit heran, "Bantu apa, pak? "
Pak Deno menyerahkan selembar kertas, surat resmi bahwa SMA Erlangga masuk nasional. "Yaa, kaya ngasihin mereka minum, atau apa, "
Febri membaca surat itu, "kenapa harus saya, pak? "
"Karena kamu salah satu anggota osis yang, bisa dibilang, jarang berkegiatan. Jadi, saya memilih kamu untuk mereka, mau kan? " Pak Deno menatap Febri, setengah berharap.
Febri mengangguk, lalu meninggalkan pak Deno setelah pamit.
"Dikira gue pelayan, apa?! "
*****
Tibalah saatnya bertanding antar se-negara se-tanah air tercinta, Indonesia. Febri memakai tudung hoodienya merasakan beberapa tetesan air hujan jatuh dikepalanya. Lalu ia menengadah. Benar, gerimis menyapanya yang baru pertama kali menginjak arena perlombaan.
Pandangannya mengedar disekitar, ia dapat melihat teman-teman nya di tribun sedang berteriak menyemangati Arga, utusan lomba lari dari SMA Erlangga yang kini sedang berlari mengejar lawan di arena sana.
Febri memang telat datang, lagipula ia tidak menyukai keramaian, apalagi teriakan-teriakan seperti itu.
Febri mendekati arena lari, sudah ada pembatas agar penonton tidak masuk arena. Febri memilih tempat paling depan, agar mudah memberi minum untuk Arga.
"Ya ya ya!! Paling depan dipimpin SMA Taruna, sedangkan posisi kedua SMA Garuda dan posisi ketiga SMA Erlangga!! Siapakah yang akan menjadi posisi pertama?! Daaan...... YAAA!!! "
Riuh teriakan semakin keras dari arah berlawanan. Para utusan sekolah saling berpelukan ala cowo. Tak lama, panitia menyampirkan selempang pada cowo berwajah datar. Sangat sangat datar.
"Wooo Raxel!!! SMA garuda menang!! WOOOO!!! "
Febri menatap siswi-siswi yang berteriak tak manusiawi itu, ia menggeleng dan menutup telinganya dengan headset, lalu mendekati Arga di arena lomba.
Febri menyodorkan sebotol mineral kepada Arga, lalu diterimanya dengan senyum. "Lo yang diutus pak Deno ya? "
Febri hanya mengangguk, walaupun ia tidak mendengar apa yang dikatakan Arga karena telinganya masih mengenakan headset.
"Makasih, " Febri mengangguk lagi dan pergi meninggalkan Arga yang ternganga heran.
"Perasaan, kalau begini, cewe-cewe pada ngedeket deh. Lah dia?? "
Febri melihat disekelilingnya, cowo yang mendapat juara 1 terdesak oleh cewe-cewe yang ingin berfoto. Ia tampak risih, sesekali ia mencoba untuk pergi namun ada saja yang menahan tangannya.
Ditengah kerisihan itu, ia menahan dahaganya untuk minum. Tak seorangpun memberinya minum. Mereka hanya ingin berfoto dengan cogan satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Dating
FanfictionCoba lo pikir, cewe dingin sama cowo dingin pacaran? Gimana mereka bisa dekat padahal sama-sama kulkas? Gimana mereka menyampaikan perasaan padahal sama-sama kulkas? Gimana mereka bisa pacaran padahal sama-sama kulkas? Gimana mereka mengisi hari...