Chapter 2

36 3 4
                                    

X IPA 4

Karna jarak dari masjid dan kelas tidak terlalu jauh, tak terasa Shilfa sudah sampai, Shilfa menghentikan langkahnya dan membaca papan nama kelas.

'' Alhamdulillah udah sampe'' batin Shilfa

 Sekolah baru, guru baru, teman baru 3 hal ini sulit untuk Shilfa beradaptasi. Yang harus ia lakukan saat ini adalah hanya berkenalan dan mulai menyesuaikan diri dengan teman-teman barunya. Maklum saja Shilfa dulu waktu SMP tinggal di Lampung dan waktu SMA ia dan keluarganya pindah ke Jakarta.

''Hai, gue boleh duduk disini ngga?''. Tanya seorang gadis ketika Shilfa membereskan tempat duduknya.

"Boleh kok" jawab Shilfa singkat, ia masih bingung dengan gadis disampingnya yang tiba-tiba meminta duduk sebangku  padahal mereka belum kenal.

''Oh iya kenalin gue Amanda Lika Hasana panggil aja Manda, alumni SMP N 10 Jakarta''. Ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya kepada Shilfa, Shilfa menyambutnya dan tersenyum tipis.

''Shilfa Amaya, panggil aja Shilfa''.Ucap Shilfa kemudian.

''Gue lebih suka panggi lu Amay karna lebih simpel dan ngga ribet''.Ucap Manda menjelaskan dengan senyum mengembang di bibirnya. 

''Tapi kamu bisa panggil aku Shilfa, dan nama panggilan aku emang Shilfa bukan Amay''. Ucap Shilfa menegaskan.

''Tapi gue lebih suka panggi lo Amay''. Ucap Manda tidak mau kalah.

''Terserah deh''. Ucap Shilfa akhirnya, dan mereka berdua tertawa.

Walau belum genap 1 hari mereka bersama di kelas X IPA 4 para kaum adam seakan sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. 'berisik'. Mungkin itu sudah tidak tepat lagi untuk menggambarkan suasana yang ada dikelas ditambah lagi segerombol siswi barisan paling belakang yang tiada hentinya tertawa dan menggibah dengan suara keras.

''Gabut banget gilaaaa''. Shilfa berdecak kesal ketika jam pelajaran yang seharusnya diisi dengan pembagian jadwal piket dan jadwal mata pelajaran ternyata kosong, karna Bu Nur sebagai wali kelas X IPA 4 tidak masuk ke kelas.

''Sumpah ini kelas IPA tapi berasa kelas IPS''. Shilfa kembali bergumam, dan menutup telinganya.

''yaaa gimana lagi, dapet kelas yang muridnya bar bar semua ya gini, susah''. Balas Manda sedetik kemudian meletakkan kepalanya di meja dengan tas sebagai bantalnya.

Kebisingan itu entah kapan akan berhenti, susah memang jika satu kelas dengan kaum yang jiwa jiwa menggibahnya selalu meronta-ronta, disuruh diam percuma, boro-boro ngecilin suara denger aja kaga.

Daripada berlama-lama di kelas dan membuat kepalanya pusing Shilfa memutuskan untuk keluar dan berniat menuju kantin atau perpustakaan berhubung ini masih belum jam istirahat, pasti kantin atau perpustakaan tidak terlalu ramai, kecuali kantin di isi para murid yang bolos dan perpustakaan di isi murid yang ingin meminjam buku. Shilfa bangkit dari tempat duduknya dan meminta Manda sedikit memberi jalan karna posisi duduk Shilfa yang mepet dengan tembok, terkunci tidak bisa keluar.

''Lo mau kemana? kabur? susah kabur di sini mah May". Ucap Manda dengan nada paling malas.

''yee kan belum nyoba, mana tau kan?. Jawab Shilfa sambil tersenyum memperlihatkan giginya.

''Oke deh kalo gitu''. Ucap Manda dan mendapat acungan jempol dari Shilfa.

Di sinilah Shilfa, berdiri di depan rak buku perpustakaan dengan sebuah novel tebal di tangannya, suasan hening dan tenang lebih menyenangkan apalagi dengan membaca novel tebal dan tanpa sedikitpun gangguan. 

Saat Shilfa berbalik badan dia tidak sengaja melihat laki-laki yang terlambat bersamanya tadi pagi, dan matanya tidak mau lepas memandang laki-laki itu.

Laki-laki itu masih fokus dengan buku yang menutupi mukanya, namun dia tahu ada yang diam-diam memperhatikannya dibalik rak buku buku besar yang menutupinya, suasana perpustakaan yang sepi memudahkan siapapun mendengar apapun,

''Ngapain lo ngeliatin gua kaya gitu? kalo mau baca ya baca aja, matanya ngga usah kesana sini!. Ucap laki-laki itu ketus, matanya asih tertuju pada bukunya.

Shilfa sedikit terkejut pasalnya apa yang sedang ia lakukan tertangkap basah oleh laki-laki itu, dan di perpustakaan itu hanya ada dia, laki-laki itu, dan penjaga perpus sangat tidak mungkin jika laki-laki itu mengatakan hal tersebut kepada penjaga perpus.

''Kamu ngomong sama aku?''. Tanya Shilfa dibuat se datar mungkin, dia memang paling bisa mengubah ekspreksi walau dalam beberapa detik saja.

''Yaa menurut lo?. Tanya laki-laki itu, kemudian pergi meninggalkan perpustakaan.

Shilfa membatin ''kok ada ya orang kaya dia?, jutek banget sumpah''.

Shilfa menaruh novelnya ke rak buku, entah mengapa selera membacanya hilang, dia diam entah memikirkan apa,yang jelas dia tidak memikirkan laki-laki itu, bodoamat pikirnya.

Sayangnya rasa penasaran seringkali mengalahkan kata hati yang mengatakan untuk berhenti.







hallo gaess aku baru update, setelah sekian abad ngga up. jangan lupa coment and vote yaaaa

Aku perlu banget nihh saran dari kalian:)

Happy Reading gaess









  



















































Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang