4TH SECTION

833 102 10
                                    

"saya kembali, Yang Mulia..", ucap seorang pria sedikit menundukkan badan memberi salam di hadapan Ohm.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu, benarkan?", pria
misterius itu tersenyum.

"Dari cara bicaramu, seolah kau benar  benar menghormatiku", Ohm Thitiwat meremehkan tampak menatap tak suka pada pria dihadapanya.

”saya memang sangatlah menghormati anda, bukankah seharusnya begitu?", sahut pria didepanya.

Kedua pejantan tersebut sedang memandang satu sama lain dengan sorotan kebencian, "Lalu haruskah aku memberimu sebuah sambutan?", jawab Ohm dingin. Pria itu berusaha bersikap biasa saja, pria di depanya inilah yang menghadirkan segala mimpi buruknya , pria nomor satu dalam antrian blacklist hidupnya.

“tidak perlu melakukanya Yang Mulia, bahkan saya merasa sangat terhormat bertemu dengan anda di tempat seperti ini", ujar pria itu. Ohm Thitiwat tersenyum sinis, pria didepannya benar  benar devinisi sesungguhnya dari kata memuakkan.

“aku basa basi, tidak berniat melakukanya, hanya akan membuang  buang waktuku."

"begitu rupanya.."

Pria asing itu terdiam sejenak kemudian melanjutkan, "Mengingat kekayaan yang anda miliki saat ini, kenapa kita harus bertemu di tempat ini? harusnya kita bertemu di hotel berbintang ataupun restoran mewah,. Ckck..kenapa harus di jalanan seperti ini", pria asing itu mencibir dan melihat pemendangan di sekeliling, tepat beberapa meter di depanya tergeletak seorang pria mungil yang tak lain adalah Fluke.

"Jangan berbicara seolah-olah kita adalah teman, Sarit Tama!", sahut Ohm sinis.

"Ha..ha..ha.. ", pria asing bernama Sarit Tama tersebut tertawa keras.

"hari ini saya datang berniat menawarkan pertemanan, sepertinya anda benar  benar membenci saya, Yang Mulia”, lanjutnya.

"Aku tidak hanya membencimu. Dan diantara kita berdua, sebuah pertemanan hanya akan menjadi hal yang sangat menjijikan."

"Yah..anda benar Yang Mulia, atau haruskah saya kembali menjadi tangan kanan anda? Pelayan anda? Seperti dulu?"

"tidak ada tangan kanan atau pelayan semenjijikan dirimu, Sarit"

"hmm....sepertinya kita memang tidak bisa berdamai, sayang sekali", Sarit Tama tersenyum sinis, pria yang berumur 50 tahun lebih tua dari Ohm itu menatap tubuh Fluke yang masih  berada beberapa meter di depannya.

“Fluke Natouch, sepertinya ada sesuatu dalam diri pria kecil itu. Sangat menarik, benarkan?", Sarit kembali menatap Ohm dengan senyum picik.

"Setelah ini saya akan pastikan anda tidak akan tenang dan jika saatnya tiba, saya akan mengambil semuanya dari anda, seperti dua ratus tahun lalu, Yang Mulia....ahh.. tidak, maksudku Ohm Thitiwat"

"Aku tidak sabar untuk itu"

Sarit Tama pergi dengan tersenyum sinis, melesat sececap kilat menembus kabut malam yang menyelimuti jalanan Khaosan Road yang kini terlihat sepi.

Ohm Thitiwat terdiam beberapa detik mengingat perkataan pria itu, sampai ia tersadar Fluke masih tergeletak tak sadarkan diri di belakangnya, pria itu berlari menghampiri pria mungil yang sudah tak sadarkan diri.

****

Ritpraserts Mansion, Don Mueang District, Bangkok.
23: 00 p.m Bangkok Time

"Bagaimana dengan keadaan Khun Fluke? Apa dia baik  baik saja, Presiden?", Tanya Karn.

Pria itu langsung terjaga dari tidurnya saat mendengar kabar dari Ohm bahwa Fluke terluka dan saat ini berada di kediamannya. Buru  buru pria Kritsanaphan tersebut berlari keluar menuju garasi mobil tanpa memperdulikan penampilanya yang hanya menggunakan piyama.

EL ENLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang