PROLOGUE

0 0 0
                                    

RINTIK hujan mulai berjatuhan membasahi jalanan, gadis yang tengah menunggu bis itu terlihat menundukan kepala, bersedih sambil menghayati suara hujan yang makin keras.

Tak lama terdengar deru mesin motor mendekat, gadis itu melihat ke arah suara dan melihat sesosok lelaki berjas merah marun sepertinya melajukan motor dengan pelan, lelaki itu menatapnya dengan tatapan tak bisa di artikan tapi kemudian lelaki itu melajukan motornya.

Siswa-siswa lain yang ada di sana bersamanya menatap kaget dengan mulut sedikit menganga tak percaya.

Wajar saja, lelaki tadi pacar si gadis.

Beberapa menit kemudian bis yang di tunggu datang, gadis itu naik ke dalam bis lalu mencari tempat duduk di paling belakang.

Dia duduk di dekat jendela lalu menatap jalanan dengan tatapan kosong sampai dia pun sadar ada yang duduk di sampingnya. Saat dia menoleh dia melihat seseorang menutupi wajahnya dengan boneka.

Gadis itu hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya sambil melihat ke segala arah.

"K-kamu ngapain?" Tanyanya heran.

Perlahan boneka itu menampakan wajah yang familier bagi si gadis. Ya, dia adalah Nufasya, pacarnya yang tadi bersikap tak peduli padanya.

Gadis itu mendelik lalu membuang muka.

"Maaf," ujar lelaki itu, "tadi kalo aku biarin kamu naik motor kamu bisa basah kayak aku, makannya aku tadi cari bis supaya bisa pulang bareng sama kamu," tambahnya dengan nada tenang.

Gadis itu meluluh, lalu menatap lelaki itu sambil mengernyitkan keningnya, "kakak pake jaketnya kak Gama?"

Lelaki itu menggaruk kepalanya, "jasnya basah, jadi aku pinjam ini."

"Jangan-jangan motor kakak juga ..."

Lelaki itu tersenyum hangat, "mau gimana lagi, aku khawatir kamu kedinginan," katanya sambil mengeluarkan jaket dari kantong plastik yang dibawanya.

"Ini," katanya menyodorkan jaket berwarna ungu muda itu.

"Buat aku? Kakak beli?"

"Kamu gak usah tahu, yang penting kamu gak kedinginan," dia tersenyum hangat.

Gadis itu juga ikut tersenyum lalu memeluk lengan pacarnya, meskipun tubuhnya sekarang menghangat tapi hatinya masih terasa dingin.

·.·.·.·.

Gadis itu melemparkan tasnya ke atas kasur lalu berjalan tanpa gairah hidup ke arah meja belajarnya. Disana tergeletak selembar kertas bersama pulpen berwarna emas.

Dia duduk di kursi lalu memandangi kertas itu dengan kening berkerut. Dia merogoh saku roknya lalu membuka lockscreen handphonenya, wallpaper handphone itu menunjukan potret dirinya dengan sang pacar.

Gadis itu menghela napas lelah lalu melihat ke arah jam.

Pukul 17.00 WIB.

Dia merengut lalu menempelkan kepalanya ke atas meja.

"Aku harus gimana?"

·.·.·.·.





AY♥

JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang