.

0 0 0
                                    

01

ANASYA terlihat begitu lesu, sejak kemarin dia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Tyas, Khanza dan Sonia --sahabatnya-- sudah berusaha mencari tahu apa penyebabnya tapi dia tetap saja bungkam.

Jam istirahat baru saja dimulai, beberapa siswa sudah meninggalkan kelas tinggal delapan orang tersisa termasuk Anasya dan teman-temannya. Tyas dan Khanza menatap Anasya yang menempelkan kepala ke meja dengan bingung sementara Sonia yang duduk di samping gadis berpipi chubby itu memilih bermain instagram karena kesal ucapannya tidak di respon oleh Anasya.

Ketika sedang asyik-asyiknya menscroll beranda, dia melihat ada yang melambai-lambaikan tangan di luar jendela. Sonia menoleh untuk melihat lebih jelas siapa yang ada disana dan ternyata itu Gama dan ... Nufasya.

Sonia melihat ke arah ketiga sahabatnya lalu berdehem kecil, "gue keluar dulu bentar," katanya.

Tyas, Khanza dan Anasya mengangguk saja.

Sonia tersenyum lebar pada kedua kakak kelasnya itu. Matanya berbinar-binar kala melihat ke arah sang Ketua OSIS, Nufasya Azami. Di sisi lain yang meresponnya hangat bukan yang ditatap hangat melainkan yang diabaikan oleh Sonia.

"Hai, Son!" Sapa Gama nyaris teriak dengan senyuman semringah.

"Hai, Kak Gama," balas Sonia.

"Anasya mana?" Tanya Nufasya wajahnya datar tanpa senyuman.

Itulah Nufasya Azami, bagi semua orang dia Ketua OSIS yang pendiam, berwibawa dan bijaksana sementara bagi Anasya dia adalah seorang Nufasya yang humoris, ramah dan menyenangkan.

Sonia merapatkan bibirnya lalu berusaha memasang senyuman, "ada di dalam Kak, mau dipanggilin?" Tanya Sonia.

"Apa dia lagi sedih?" Tanya Nufasya lagi.

"Gak tahu Kak, dari kemarin dia terus-terusan galau, dia gak mau ceritain masalahnya apa," jawab Sonia sambil menunduk, "eh, kak aku ke kantin dulu, ya," tambahnya meninggalkan dua seniornya.

Gama melihat ke arah Sonia yang sedah mulai menjauh lalu tersenyum, "Nuf, gua ke kantin, ya?"

Nufasya mengangguk lalu membiarkan sahabatnya itu pergi. Dia memasuki kelas Anasya dan melihat gadis itu sedang mendengarkan celotehan kedua sahabatnya dengan dagu yang menempel pada meja.

"Eh, eh, ada kak Nufa," bisik Tyas saat menyadari kehadiran Nufasya.

Anasya menegak lalu menampakan senyuman sebagai sambutan untuk Nufasya, dia ingin menyembunyikan kegalauannya dari pacarnya itu.

"Kalian gak ke kantin?" Tanya Nufasya melihat ke arah Khanza dan Tyas.

Tyas menatap Nufasya terkagum-kagum sambil mengelengkan kepala, sementara Khanza sadar bahwa itu kode agar mereka meninggalkan kelas. Pengusiran secara halus.

"Oh, iya, laper gue, Yas, ayo kita ke kantin," ajak Khanza dengan riang.

Tyas mengernyitkan keningnya, "tadi katanya mau nemenin Ana?"

"Iiih lo gak peka banget sih, buruan ayo pergi," ujar Khanza menarik tangan gadis berambut panjang sebahu itu bersamanya.

Nufasya mengedipkan mata pada Khanza dan gadis itu membalasnya dengan senyuman dan jempol.

Setelah yang tersisa tinggal mereka berdua Nufasya duduk di bangku Tyas yang berhadapan dengan Anasya.

"Ada apa Ca?" Tanya Nufa meraih tangan Anasya.

Gadis itu menggelengkan kepala sambil tersenyum, "eng-enggak Kak, gak ada apa-apa."

"Jangan bohong, aku gak suka lihat kamu sedih begitu, ayo cerita," desak Nufasya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang