Bagian 3 : Hari kehilangan

100 42 12
                                    

kata orang matahari pagi bagus umtuk kesehatan, hal itu membuatku betah berlama-lama dibawahnya sambil menunggu angkutan umum di halte seperti biasanya.
matahari membangunkanku dipagi ini dengan sinarnya yang cerah pertanda siap menemaniku hari ini sebelum malam datang memakannya.
memikirkan tentang malam membuatku teringat akan Angga, aku akui ingin kembali kepadanya melewati hari-hari didunia ini bersamanya tapi entah kenapa aku tidak bisa mengungkapkannya.

Sekarang otakku lebih dominan mengambil sebuah keputusan dibanding hatiku, kenapa begitu? entahlah mungkin karena aku telah belajar dari masa lalu atau mungkin trauma dengan namanya Ikatan yang mengikat hati. Aku takut jika nantinya hatiku mempengaruhi masa depanku dan membuatnya hancur, aku takut jika nantinya aku kembali menjadi bodoh karena terbuai dengan hal-hal yang menyangkut hati lalu perasaan nyaman yang timbul setelahnya walaupun itu mengekang.

mencegah lebih baik dari pada mengobatikan?

yang Angga lakukan semalam sangatlah tak terduga, kupikir dia akan memaksaku seperti biasa untuk melakukan setiap kehendak yang dia perintahkan nyatanya tidak, kini dia lebih banyak mengalah dan mau menerima pendapat orang lain. kenapa bisa sepeti itu? entahlah. Mungkin dia juga telah belajar dari masa-masa sebelumnya.

Memikirkan tentang itu membuat kepalaku penuh karena terlalu banyak berpikir hingga melamun hingga disadarkan oleh bunyi suara khas bus yang mendekat. Syukurlah bus ini tidak terlalu padat dan tidak menghasruskan aku berdiri, terdapat tempat duduk kosong disampimg seorang wanita paruh bayah yang membawa keranjang anyaman khas orang Indonesia.

"misi Bu.." sopan santun itulah yang menjadi ciri khas oranng Indonesia.

"oh iya silahkan" mempersilahkan aku duduk dibangku penumpang yang berdekatan dengan jendela membuatku harus menampung setiap udara di paru-paruku untuk bisa melangkahi ibu ini tanpa menyenggolnya, apakah aku sudah mengatakan jika ibu ini mempunyai badan yang lebar?. Aku berhasil melewatinya dengan sedikit berpegangan pada sandaran kursi didepannya untuk menahan bobot tubuhku agar tak jatuh teduduk di pangkuannya.

"permisi dek" ucap ibu disampingku saat aku sesang duduk nyaman diasampingnya sambil menscroll layar smartphone-ku. Ucapannya membuatku mengalihkan tatapanku dari sibuknya aktivitas media sosial di smartphonelu

"iya buu?" tanya ku.

"bisa tolong ambilkan jepitanku,tadi tak sengaja terjatuh dibawah kakimu.." jelasnya sambil menunjuk sebuah jepitan badai yang berada di samping kakiku "aku tak bisa menggapainya" tambahnya.

Menunduk berusaha menggapai jepitan badai yang berada disamping kakiku, entah kenapa jepitan itu bisa jatuh sejauh itu. saat sedang menggapainya badanku terasa sedikit didorong kedepan menyebabkan kepalaku terbentur kursi penumpang yamg ada didepanku, sepertinya bus sudah sampai. aku masih berusaha menggapai benda itu dan setelahnya kulihat disampingku dengan kening terangkat, pikiranku bertanya-tanya dimana ibu-ibu tadi?.

Buru-buru aku turun dari bus ini dan mengedarkan pandanganku mencari sosok wanita paruh baya dengan mantel coklat yang tadi duduk disampingku namun hasilnya nihil. cepat skali dia menghilang.

"sudahlah, lebih baik aku segera kekampus dari pada nanti telat"
kelasku dimulai pukul sembilan dan sekarang masih pukul delapan empat puluh.

Tadinya aku memutuskan menggunakan bus karena ingin menghemat biaya transportasiku, dibandingkan harus memakai angkot atau ojol, bus jauh lebih murah karena hanya memerlukan harga 2000 rupiah saja bagi para mahasiswa.

Dari jarak pandangku bisa dilihat bangunan kampus yang klasik dengan  lingkungan yang hijau dan dikelilingi pepohonan yang rindang. melihat burung-burung yang hinggap disalah satu patung yang ada ditaman ini membuatku ingin mengabadikanya untuk dipajang di highlight instagram-ku namun saat aku merogoh kantong blazerku untuk mengambil handphone kantong itu kosong, kembali aku merogoh kantong sebelahnya hasilnya nihil tidak ada apa-apa disana. berusaha menenangkan diri dengan meyakini bahwa mungkin ada di dalam tasku, aku mendudukan diri disalah satu bangku taman hilang sudah keinginanku untuk memfoto burung-burung tadi lalu dengan terburu-buru merogoh isi tasku mencari benda yang sedari tadi membuat jantungku berdisko ria di dalam tubuhku namun hasilnya sama aku tidak menemukan apa-apa. seingatku aku memyimpannya didalam kantong blezerku tadi sebelum naik kedalam bus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince is PshycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang