Matahari meninggi, panasnya menyengat sampai membakar kulit. Kang Haneul dalam setelan cukup santai melangkah ringan menyusuri distrik berisi kedai makanan, menemui teman masa kecilnya. Mungkin setelah bertemu ia akan mengajak temannya itu untuk perawatan, mengingat lusa ia dan Jungkook akan menggelar repsesi pernikahan. Haneul tidak salah memilih teman, kendati saat itu usianya masih enam tahun. Olivia Kim pintar segalanya, terlebih pasal lelaki dan uang.
Haneul mengulas senyum setelah ia masuk disalah satu kedai dan mendapati Olivia melambaikan tangan, lekas berlari kecil menghampiri. Olivia yang memakai sepatu kets merasa lebih pendek saat berpelukan dengan Haneul.
"Bagaimana kabarmu, Neul-ie?" tanya Olivia sesudah mendudukan diri, kembali mengunyah dengan gerakan pelan. Melihat Haneul mengangguk diiringi senyuman semanis mungkin, menandakan semuanya baik-baik saja. Olivia menatap penuh selidik pada temannya itu, "Kulihat kau bahagia sekali, Neul-ie. Apa karena Jeon Jungkook?" imbuh Olivia.
Haneul menggeleng, sudah biasa diberi pernyataan dan pertanyaan seperti itu. "Aku bahagia bukan karena Jungkook, Oliv" jawab Haneul sedikit terkekeh, merasa lucu dengan wajah yang dipasang Olivia. "Bagaimana kau sendiri? Sudah menerima kencan dengan Kim Taehyung?"
Olivia berdecak sebal, segala menyebutkan nama pria yang ia tak suka sejak sekolah. "Aku baik-baik saja dan Kim Taehyung sudah pergi entah ke mana sebulan lalu."
"Baguslah."
"Aku dengar, lusa nanti kau benar-benar menikah. Apa secepat itu?" Olivia bertanya dengan tampang ingin menangis, bibirnya mengerucut.
Lagi-lagi Haneul terkekeh, sudah lama sekali ia tidak melihat tampang Olivia yang seperti ini. "Kenapa? Kau takut merindukanku?"
"Aku takut kau sibuk dengan Jungkook, nanti aku diabaikan jika main ke rumah kalian."
"Tidak. Kalau kau mau datang, silakan saja. Rumah Jungkook terbuka lebar untukmu, sebagai temanku."
Keduanya tertawa, melepas rasa rindu yang telah lama mereka pendam. Terhitung empat bulan setelah Jungkook memboyong Haneul ke kediamannya, selama itu pun Olivia tidak pernah lagi bertatap wajah dengan Haneul. Kendati keduanya mempunyai nomor ponsel untuk bisa vid call.
Hari itu Haneul habiskan untuk memanjakan Olivia, mereka pergi ketempat yang biasa dijadikan persembunyian—dari Yeeun. Mengunjungi kedai Bibi Go yang terkenal akan mie goreng legendarisnya, berkunjung ke rumah Paman Jung untuk meminta roti hangat berisi madu asli, dan terakhir menghabiskan sisa sore hari untuk perawatan. Haneul senang jika berbelanja dengan Olivia, wanita itu tahu mana pakaian yang murah berkualitas bagus dan mana pakaian yang mahal namun tidak berkualitas.
Pun memilih salon yang banyak dikunjungi kalangan atas—walau harganya standar, memberitahu model mana yang cocok dengannya. Olivia Kim itu pintar dan cantik, bodohnya wanita itu mau saja dikelabui oleh pria mata keranjang macam Joshua Ong.
Haneul teringat kisah dua tahun lalu tentang Olivia yang mencintai Joshua—anak keturunan Chinesse—setengah mati, bahkan rela mengikuti pria itu ke mana-mana. Haneul sudah menasehati Olivia sampai mulutnya berbusa, alhasil, Olivia dicampakkan karena tidak mau mendengar nasehatnya pasal meninggalkan Joshua.
"Han," sapa Jungkook sesampainya ia disalah satu departemen store—tempat Haneul dan Olivia berbelanja. Bibir tipisnya melengkung—tersenyum penuh kesan manis, "Sudah belanjanya?" imbuh Jungkook sembari melirik pada Olivia yang memaku tatap.
Haneul mengerjap, ia pikir Jungkook tidak akan datang—karena sibuk. Pria itu sudah bilang tadi pagi tidak bisa menjemput, sekarang Jeon Jungkook tengah berdiri dihadapannya dengan senyuman kelewat manis. Oh, apakah Haneul baru saja memuji Jungkook?—lagi. "Tadi pagi kau bilang tidak bisa jemput, kenapa bisa ada disini?" tanya Haneul sesudah menelan salivanya susah payah—akibat terkejut kedatangan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
Random「ON GOING」 Kang Haneul memang sering berangan tentang bahagianya kehidupan berumah-tangga, memiliki anak dan hidup sampai tua bersama keluarga. Sialnya. Ia mendapatkan kehidupan berumah-tangga diatas kertas dengan sepuluh butir aturan dan dibuahi ta...