03: It is time

1 0 0
                                    

Tidak pernah terbayang ia akan melangsungkan acara pernikahan kelewat mewah begini, dengan tamu yang hampir mencampai dua ribu orang. Ballroom disalah satu hotel bintang lima kawasan Gangnam menjadi objek begitu mewah, ornamen bak kerajaan Inggris diusungkan sebagai tema. Meja putih panjang dipenuhi berbagai makanan khas negara orang, mulai dari Eropa hingga kembali pada Asia. Semuanya sempurna dengan biaya yang dikeluarkan, kendati ini adalah pernikahan kontrak.

Kang Haneul mengulas senyum amat manis setelah salah satu hair styles menyelesaikan tatanan rambut, lantas memberi waktu untuk mempelai wanita mempersiapkan diri sebelum ke altar.

Ini adalah suatu waktu yang paling membahagiakan selama hidup Haneul, walaupun kenyataan ia menikahi seorang pria yang tidak dicintainya. Meskipun begitu, Jungkook selalu berusaha membuat suasana agar tidak canggung satu sama lain. Kemarin Haneul sudah berbicara dengan sang kakak, menceritakan kehidupan selanjutnya—setelah Jungkook mengklaim Kang Haneul adalah istrinya. Yeeun tidak banyak bicara, ia hanya mau yang terbaik untuk adik kesayangannya. Apapun masalah dalam keluarga, mereka harus menghadapi dengan kedua otak yang dingin. Tidak saling berdebat dan berakhir diam satu sama lain.

Haneul tahu Kang Yeeun tidak atau belum pernah merasakan tahap ini—pernikahan, tetapi wanita itu sudah berkali-kali menjalin kasih dari semasa sekolah menengah pertama. Yeeun memang cuek dan dingin, pemikirannya terhadap 'pernikahan' masih mustahil. Namun, kemarin Haneul meminta pendapat, Yeeun menjawabnya sebagai seorang kakak sekaligus teman.

Yeeun memang begitu, ia menganggap Haneul seorang teman jika adiknya itu membutuhkan sandaran untuk bercerita.

"Memikirkan apa lagi?" ujar Yeeun, menemukan adiknya berjengit kaget. Lagi-lagi Haneul melamun sebelum acara dimulai, ia hanya takut kalau wanita itu tidak bisa fokus saat mengucapkan janji di altar.

Haneul mengerjap, menetralkan segala pemikiran yang hinggap sedari malam. "Diluar sudah siap?" tanya Haneul mengalihkan pertanyaan sang kakak.

Hening sejenak. Haneul yang menetralkam rasa gugupnya dan Yeeun yang menyesali semua keputusannya demi melunaskan hutang. Mungkin saat ini Kang Yeeun memasang senyum memuaskan karena berbahagia dihari pernikahan sang adik, tapi tidak lupa kenyataan bahwa semalaman ia menangis karena melepaskan Haneul. Anggota keluarga yang ia punyai di kota besar ini.

Maka sebelum ia benar-benar melepas Haneul, ia menyempatkan diri untuk memeluk adiknya begitu erat. "Aku tidak rela melepasmu, Han." ujarnya dengan nada agak serak.

Haneul berjengit, ia tidak mengira Yeeun akan menangis. Ia tahu kakaknya jarang sekali menangis, bahkan dapat dihitung dengan jari selama mereka hidup bersama. Dengan gerakan yang pasti, Haneul mengelus punggung ringkih Yeeun, membisikkan betapa ia menyayangi wanita itu. "Yeeun, jangan menyesali semuanya. Cukup doakan aku dengan pria itu."

Yeeun mengangguk, ia pasti mendoakan yang terbaik untuk kehidupan adiknya. Semoga Tuhan memberikan kebahagian untuk Kang Haneul dan Jeon Jungkook. Mungkin ini adalah puncak kebahagian yang sesungguhnya, bagaimana Yeeun mampu melihat secara langsung adiknya menikah dan mengucapkan janji pada Tuhan. Perlu diingatkan; kendati pernikahan ini adalah kontrak.

Melewati beberapa menit, keduanya lekas melerai pelukan hangat itu. Meningat waktunya hampir dimulai acara. Haneul menyempatkan diri untuk menghapus airmata Yeeun di pipi, menampilkan senyum agar kakaknya itu lebih kuat menjalani kehidupan tanpa ditemaninya.

Ketukan pintu terdengar sesaat Haneul memberi tepukan semangat pada sang kakak, kemudian muncul tubuh tegap Kim Mingyu dengan jas beludru hitam. "Sudah belum acara menangisnya? Tuan Jeon sudah meminta acaranya dimulai." terang pria Kim menggunakan suara lucunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang