Hari itu boleh dikatakan sebagai hari semyum nasional sebab hampir semua orang terdekatKu melemparkan senyuman yang tulus.Bagaimana tidak? Aku dinyatakan lulus menjadi santriwati di pondok pesantren kebanggaan orang tuaKu itu.Begitu juga ketiga sahabatKu yang kini dekat denganKu,yaitu Manda,Icut,dan Aisah.Kami benar* dinyatakan lulus dan besok sudah wajib ditinggal orang tua untuk memulai aktivitas resmi di pondok pesantren.
Senyum rembulan terpancar di senyum lebar emak yang jujur membuatKu merasa haru.Mesti belum sepenuhnya,membuat hati mamakKu bangga dan bahagia.
Tapi sungguh,senyuman asing kali ini membuat kakiku membeku,jantungku berdegup kencang.Mataku juga sulit dikedipkan,menatap sosok misterius berparas tampan.Ia memakai seragam hitam putih,berarti jelas ia adalah seorang santri.Papan nama nya berwarna hijau.
,sepatunya hitam,jam tangan nya coklat,dan senyuman nya lebih indah dari senyuman rembulan.Senyuman itu begitu lembut menyapa hatiKu meski kenyataan nya senyuman santri tampan tersebut sama sekali tak menyapaku.Ia tersenyum dengan teman yang menjabat tangan nya."Senyuman sempurna," batinku berkata.Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya,tapi jujur,hatiku senang melihat wajah yang perasnya seperti itu saat tersenyum:)
"Apa lagi yang kurang,Nak?"
"Ha!" pertanyaan itu membuatku berpaling ke arah mamak.
"Apalagi yang kurang?" Tanya mamak.
"Tidak ada," Kupalingkan lagi wajah ku memburu sosok misterius itu.
"Betul tidak ada?"
"Iyh,mak.Tadi ada sekarang sudah tidak ada lagi." jawab ku enteng sebari mencari sosoknya.
"Tadi ada,sekarang tidak? apa maksudnya?" Tanya mamak keras membuatku sadar jika sedari tadi mamak kebinggungan melihat tingkahku.
"Ah..gak apa-apa,Mak," jawabku gugup.
"Benar* heran mamak melihat tingkahmu!"Emhj...besok kirimkan ember anti pecah yang baru ya,mak! Ember kemaren sudah hilang," Kataku sambil mengunyah makanan.
"Hah! ini lah kamu masa tidak bisa menjaga barang sendiri?