Pandangan

2.4K 142 11
                                    

Seorang Pria muda mendorong kursi rodanya di atas lantai Mall yang sengat luas. Tidak ada orang yang memperdulikan laki-laki itu sedikitpun semua orang berlalu lalang dengan cueknya. Oh tentu saja orang-orang di kota memiliki rasa keperdulian yang minim, walaupun sebagian masih banyak orang yang dermawan. Pria itu mengunci kursi rodanya agar tidak bergerak lagi, ia menatap orang-orang di sekitarnya, matanya sedikit memanas kapan ia bisa berjalan normal seperti orang pada umumnya.

"Nona setelah ini kita akan ke mana lagi?"

"sudahlah Joe jangan banyak bertanya, aku pusing mendengar celotehanmu dari tadi."

"dasar nona keras hati, untung saja kau bossku jika tidak patah sudah lehermu itu," gerutu Joe mengikuti langkah Nona besarnya. Sang Nona yang memiliki pendengaran bagus itu langsung menghentikan langkahnya, membalik badan dan mengacak kedua pinggangnya lalu menatap tajam Joe.

"kau pikir aku tidak mendengar gerutuanmu heh, mau aku beri pesangon sekarang juga," ancam Nona itu.

"ah Nona kau terlalu baper,"

"baper-baper, wajarlah baper ini manusia punya hati. Jaga ucapanmu lain kali Joe." peringat wanita muda itu lalu kembali melangkah.

"upss, ah Joe kenapa kau tidak memberitahu jika di depan ada orang, dasar Asisten tidak becus." wanita itu bukannya merasa salah karena ia sendiri yang ceroboh sampai tetabrak orang lain, malah ia menyalahkan asistennya karena tidak memberitahunya.

"aish nona, kau saja terlalu sibuk marah-marah makanya kau tak melihat jalanan lagi." Joe asistennya tentu saja harus membelas diri, bukan dia yang salah mengapa harus merasa bersalah bukan.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja. Mohon maaf sekali lagi." Nona cerewet itu ternyata masih punya etika juga, ia berani meminta maaf karena salah.

"ah tidak apa-apa, mungkin saya juga salah tadi tidak memandang ke depan, terlalu sibuk memandangi lantai."

"oh iya kenalkan nama saya Sagita Prilly, panggil saja Prilly."

"Arafli Ali, dipanggil Ali." sahutnya.

"tuan mau ke mana, biar saya antarkan."

"tidak perlu Nona, saya bisa sendiri kok."

"panggil Prilly saja," sahutnya.

"saya tahu pasti tuan takut kalau saya sudah punya pacar, makanya tuan menolak. Tenang saja tuan saya belum memiliki kekasih."

"astaga ya tuhan, kebodohan macam apa lagi yang diperbuat oleh Nona cerewet itu," Joe mengusap-ngusap dadanya memandang jengah pada Prilly atasannya "apakah ia sekaligus mempromosikan dirinya, dasar wanita tidak bisa melihat yang tampan dikit." sambung Joe.

"baru kali ini saya bertemu perempuan unik sepertimu," Ali tersenyum tipis membuat Prilly sedikit tersipu.

"jadi Tuan sebenarnya mau ke mana?"

"saya mau pulang, tapi saya masih memunggi supir saya menjemput," Ali menyahut dengan santainya sambil menatap pintu keluar yang sudah sangat dekat dengan mereka. Prilly juga ikut menatap arah pandangan Ali.

"kalau begitu saya bantu," Ucap Prilly kemudian mendorong kursi roda yang Ali duduki. Ali mau menolak rasanya percuma, gadis itu sepertinya sedikit keras kepala oh mungkin saja banyak. Tidak semua orang kota itu cuek, masih banyak yang memiliki rasa simpati dan empati contohnya saja Prilly.

"Joe bawakan tasku," ucap Prilly memberikan tasnya pada asistennya. Joe hanya mampu menurut. Setidaknya kali ini Joe tidak mau menghalangi atasannya untuk menebar kasih pada manusia lainnya.

"Maaf tuan Ali saya terlambat menjemput Anda, tadi di jalan saya nyaris kena begal, untunglah saya bisa melarikan diri."

"ah tidak apa-apa Pak Mansyur, syukur kalau bapak tidak apa-apa."

RASA INI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang