New School?Sucks.

112 1 0
                                    

Aku mendesah frustasi saat mengingat pesan pendek yang ia tulis dibuku kecil miliknya, bagaimana tidak? Ia mengirimkan semua nilai-nilaiku yang cukup memuaskan dari aku middle school dan sekarang aku kelas 2 semester pertama high school keSekolah yang begitu terkenal dan mahal dikota London. Ditambah lagi diriku malah diterima menjadi siswi yang mendapatkan beasiswa karena ulah ibuku, bagaimana dengan sekolah lamaku? Bagaimana dengan seragam sekolah itu yang kudengar begitu mahal? mana mungkin aku mengemis dengan kakek tua itu.

" hei bodoh, minggir ini bukan jalan milik kakek moyangmu" aku membulatkan kedua bola mataku saat merasakan pukulan ringan dikepalaku, siapa yang berani melakukan ini kepada seorang Allison Argent?! Aku membalikan tubuhku dan alhasil melihat siapa pelakunya, kalau aku ini seorang Mouri Ran dalam serial komik Detektiv Conan mungkin aku langsung melakukan jurus Karate yang sering ia perlihatkan dibeberapa episode tetapi karena melihat wajah lelaki yang menjitak kepalaku seenaknya saja ini aku mengurungkan niatku untuk membunuhnya.

"Kenapa,Nona? terpesona dengan ketampananku?" Ia terkekeh mengejek dihadapanku yang membuatku muak, jika ia bukan anak orang kaya mungkin aku akan memberikan jurus karate handalanku. "Aku harap kau masih bisa bernafas sekarang, karena aku tidak ingin beberapa wartawan menulis namaku diartikel dengan tulis bercetak tebal seperti ini." Lelaki itu berdehem untuk beberapa kali " -Seorang gadis meninggal tak bernyawa karena melihat ketampanan seorang Theo Morris Flairson.- itukan tak enak didengar" tambahnya lagi sembari menarik senyum tipis mengejek.

Aku mengerjapkan mata beberapa kali dan berdehem pelan "dasar konyol, jangan terlalu percaya diri" ucapku Akhirnya memberanikan diri berbicara dan berjalan melewati beberapa pasang mata yang memperhatikan diriku bersama lelaki konyol dengan dandanan kayanya tadi.

Aku melirik jam tangan pemberian ibuku diulang tahunku yang ke 17  beberapa bulan yang lalu dengan tergesa-gesa aku berlari menuju tempat kerjaku sebagai pelayan restoran.

***

 

  "Bagaimana ibu mendapatkan seragam ini?ini begitu mahal" tanyaku mendesaknya untuk menjawab pertanyaanku, ia menarik tangan kananku dan mulai mengelusnya dengan perlahan.

   "Ibu memakai sedikit uang tabungan ibu" ibu memberikanku tulisannya kepadaku yaang membuatku berteriak pelan

   "Ibuuu, jangan memakai uang tabungan ibu lagi. Seharusnya pakai uang tabunganku saja" aku tersenyum senang saat ibuku menganggukkan kepalanya, baiklah sepertinya akan esok menjadi hari yang paling melelahkan.

  Aku menundukan kepalaku sepanjang jalan melewati pintu gerbang untuk menuju pintu sekolah baruku, aku mengigit bibir bawahku pelan saat membuka kenop pintu itu dengan pelan tetapi itu sia-sia saja. Saat aku melangkah maju beberapa langkah saja sudah banyak mata yang menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan antara mengejek atau lebih dari mengejek, sialan sejak kapan seorang Allison Argent menjadi penakut? aku mencoba menegapkan tubuhku seperti yang dulu sering ayahku katakan.

  Aku bisa melihat tatapan beberapa gadis kepadaku dengan tatapan mencemooh cara pakaian seragamku, aku tidak perduli. Yang kuherankan adalah bagaimana bisa mereka ke sekolah memakai sepatu hak tinggi dan dandanan yang sedikit menor ,ahh tidak terlalu menor. Aku mengigit bibir bawahku menahan tawaku untuk keluar, jika ini adalah sekolah lamaku aku pasti akan mengeluarkan tawaku tanpa melihat suasana. Tetapi disini?tentu saja tidak bisa. Kakekku kemarin saja sudah mengatakan kata yang paling kusukai dari kakek tua itu "Pertama-tama aku bangga kepadamu, tetapi satu hal yang harus kau tahu. Jangan menjadi salah satu gadis disana karena mereka sedikit liar, atau perlu aku mengatakan kesemuanya jika kau adalah cucu dari seorang Presiden? baiklah tutupi sesuka hatimu" Tanpa ditanya soal terakhir itu tentu saja aku tak mau, apa bagusnya dari cucu Seorang Presiden? karena hal itu juga aku dan ibu memilih keluar dari rumah nereka itu dari pada dicaci. lebih baik menjadi susah daripada melihat ibumu dicemooh dihadapanmu bukan?

   "Kau punya mata atau tidak?" Aku mengerjapkan mataku saat tersadari jika diriku menabrak seorang lelaki yang membuat buku-bukunya terjatuh, dengan tanpa aba-aba aku menunduk untuk mengambil buku-bukunya. 

  "Ma...Kkauuu?!" Aku menaikkan suaraku saat melihat lelaki yang kutabrak tadi, rupanya ketemu lagi dengan lelaki yang kemarin. Sebuah kebetulan, ia mendengus kesal dan mengarahkan bola matanya kearah bawah menunjukkan kearah Iphone terbaru yang sudah retak.

  "Kau mengerti? Iphoneku retak padahal baru saja aku beli kemari" aku menundukan setengah tubuhku beberapa kali yang membuat dirinya menatapku aneh "kau sedang apa?" Tanyanya bingung

  Aku berhenti dan menatapnya dengan mata menyipit "meminta maaf dengan gaya orang Korea" jawabku santai dan mencoba melangkah melewatinya, tetapi ia malah tertawa dan memegang erat pergelangan tanganku. 

"Memangnya kau orang korea?"tanyanya lagi

"Tidak hanya menyukai film ataupun animenya" jawabku tanpa sadar beberapa detik "eh kenapa jadi banyak tanya?" Tanyaku balik dengan sarkastik

  "Ganti Iphoneku" ucapnya tegas,aku menganga tak percaya. Kalau mau aku bisa membelikanmu lebih 10 iPhone, ucapku dalam hati.

   "Tidak bisa, aku tidak ada uang"jawabku berbohong kepadanya, ia memiringkan kepalanya dan tersenyum tipis. Aku bisa melihat beberapa gadis menatapku tajam, lelaki ini mempersulit keadaan.

   "Aku hanya bercanda, baiklah kau mempunyai mata yang indah kalau dilihat-lihat" ucapan sederhananya membuat dadaku berdebar maupun wajahku yang memerah tanpa sadar "sampai bertemu saat jam makan siang" tambah melambaikan tangan yang membuatku sadar, aku merubah mimik wajahku datar dan melewati arah yang berlawanan dengan lelaki tadi yang kalau tidak salah namanya Theo itu.

***

   Belum satu hari penuh bersekolah disini saja aku sudah mempunyai banyak gadis yang tak menyukaiku, melihat dari tatapan mereka saja seperti ingin membunuhku. Yang benar saja, pasti karena lelaki ini. Aku menatap jengkel kearah lelaki yang tengah duduk menikmati ice cream pesanannya didepanku dengan mata tertutup, siapa lagi jika bukan lelaki bernama Theo tadi? Ia telah berada didepan kelas pertamaku 20 menit sebelum pelajaran usai. Dan gotccha aku terperangkap sekarang.

  "Kau tidak ingin memesan sesuatu?" Aku memilih untuk memutar mataku dari pada menjawab pertanyaannya, ini semua karena Iphone sialan itu.

  "Baiklah " ucapnya sembari tersenyum tipis, aku bisa mendengar perkataan beberapa gadis tentang senyumannya yang menurutku biasa-biasa saja. "Siapa namamu?" Tanyanya

  "Mouri Ran" jawabku asal sembari memakai handset untuk mendengar lagu favoriteku.

  "Jadi kau benar-benar orang Korea?" Ia membulatkan matanya yang membuat wajahnya terlihat konyol. 

"Tidak Bodoh" ucapku sembari menutup mataku mencoba mengamati lirik lagu dari Justin Bieber ini. "Itu adalah nama anime favoriteku, kau tak pernah membaca komik Detective Conan? Benar-benar lelaki tak menarik" tambahku lagi masih dengan mata tertutup

"Ah jika kau Mouri Ran aku pastinya adalah Kudo Shinichi" ini bukan suara Theo, aku membuka mataku sembari mengerjapkan mataku mendapati Theo sedang menatap lelaki yang sekarang telah berada disebelahku, lelaki itu tersenyum kecil kepadaku.

  "Jadi siapa nama gadis manis ini?" Tanya lelaki ini kepada Theo dengan nada menantang, Theo berdehem sekali dan malah mangacuhkan lelaki ini. "Namaku Sean Anderson" ucapnya kepadaku

   "Jangan sentuh dia" Theo angkat bicara saat Sean memaksaku untuk menerima sambutan dari tangannya, persetan dengan tingkah laku-aku mengangguk tanpa menyambut tangannya yang membuatnya bersorak

"Dan dia menolakku" ucapnya mencemoh diriku sembari tertawa bersama kedua temannya yang sedari tadi berdiri, aku melepaskan headsetku dan menatapnya menatapnya acuh tak acuh. "Kau dari kelas atas atau rendahan?" Tanyanya lagi yang membuatku menatapnya bingung.

  Apakah maksudnya aku kaya atau tidak?sinting, tapi sepertinya aku harus mengatakan sebenarnya...

-------

Nahh yaps terinspirasi sama The Heirs sama film lainnya tapi dijamin lain kok wehehe.

 

Love ProblemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang