"Maksudmu?" Tanyaku kepada Sean dengan tatapan bingung, ia malah menarik alis kirinya dan tidak membalas pertanyaanku. Sok kaya, ucapku dalam hati.
"Ini mainan barumu? yang benar saja, seleramu berubah ternyata. Atau karena kejadian waktu itu?" Theo menatap Sean dengan sarkastik, aku melirik kearah kafeteria yang sekarang tambah ramai siswa-siswi yang berdatangan. Sebenarnya mereka ini siapa? Aku mendengus kesal sembari berdiri, Theo menatapku memberikan isyarat untuk tetap ditempatku. Memangnya dia siapa?
Aku berjalan membelah kerumunan siswa-siswi sinting disekolah ini dengan kasar membuat beberapa gadis memekik keras karena hampir terjatuh walau begitu, aku masihh bisa mendengar suara Theo memanggil namaku dan meneriakkan kemana aku akan pergi tetapi memangnya siapa dia?
****
Theo menatap Sean masih dengan tatapan Emosi walaupun didepan kepala sekolah yang artinya mereka sedang berhadapan dengan ibu dari seorang Theo Morris Flairson, wanita itu menatap kearah wajah anak lelakinya dengan tatapan gusar.
"Kalian tidak ingat? Kalian sudah berjanji untuk tidak melakukan hal konyol seperti ini didalam sekolah" Sean menatap lurus kearah wanita itu dengan datar tanpa rasa bersalah sedikitpun, ia menarik bibirnya memberikan senyuman kecil kepada kepala sekolahnya.
"Aku minta maaf kalau begitu tetapi anak anda yang memulai duluan" Theo menatap kearah Sean yang memberikannya senyuman khas dirinya, Theo terkekeh pelan membuat Mrs.Flairson menatapnya kesal.
"Yang benar saja" perkataan Theo membuat Sean mendengus kesal karena merasa diremehkan. "Apakah saya diberi hukuman?" Pertanyaan Theo membuat ibunya menarik nafas pelan
"Untuk kali ini, tidak. Kalian boleh pergi sekarang" Theo mengangguk pelan dan meninggalkan ruangan itu terlebih dahulu, Sean melirik Theo sembari tersenyum mengejek sebelum keluar dari ruangan Kepala Sekolah.
****
Theo menghembuskann nafasnya saat telah sampai diHalaman belakang Sekolahnya, senyum tipisnya dengan tiba-tiba kembali begitu saja saat melihat seorang gadis berambut brunette panjang tengah berbicara sendiri sembari meninju pepohonan disekitarnya.
Tanpa aba-aba ia mendekati gadis itu dengan langkah lamban tanpa suara menuju kearah satu pohon tak jauh dari gadis itu.
"Sinting, sekolah sinting." Ia melayangkan tinju yang membuat beberapa dedaunan pohon terjatuh begitu saja yang membuatku kagum, tentu saja kagum. Disini, hal yang pertama yang harus dilakukan gadis-gadis adalah berdandan untuk dilihat perfect dimata semua orang.
"Belum satu hari penuh saja telah membuat kesal apalagi bertahun-tahun, mungkin aku akan menjadi salah satu pasien di Rumah Sakit Jiwa terdekat" ia tertawa sendiri saat menyudahi perkataannya, kali ini tidak meninju. Ia sekarang tengah duduk dibawah pohon yang sama sembari memainkan Iphonenya, sepertinya bukan dari Kalangan rendahan.
"Sedang apa kau disini?" Theo tersadarkan diri karena mendengar pertanyaan suara sarkastik dari seorang gadis yang kukenal, ia tengah menatapku bingung dengan satu alis dinaikkan.
"Aku Dimana?" Theo meringis mendengar pertanyaannya sendiri Bagaimana bisa aku berjalan tanpa sadar?- Theo menarik bibirnya yang membuat senyuman konyol karena merasa begitu malu.
"Kau? Selamat datang diNeverland" jawab gadis ini sarkastik yang membuat Theo berdehem, "Kau, kenapa kau disini?"tanyanya lagi yang membuat Theo memikirkan seribu alasan yang masuk akal
"Ini tempat favoriteku" jawab Theo akhirnya, Allison menganggukkan kepalanya walau tak percaya "Siapa namamu?"
"Allison. Allison Argent" jawab Allison sembari memasang earphonenya lagi."pergi sana" usir Allison kepada Theo dengan acuh tak acuh
"Memangnya kau siapa? mengusirku tanpa sebab" Allison memutarkan matanya dan melepaskan earphonenya, Theo memberikan senyumnya yang membuat Allison menatapnya kesal.
"Alasannya adalah, Kau itu mengangguku dasar penguntit" Theo mengangguk mendengar jawaban Allison yang menurutnya konyol, semua gadis akan senang jika Theo mendekatinya tetapi itu tak berlaku bagi Allison.
"Siapa yang penguntit?Konyol" Theo melangkah meninggalkan Allison yang menatapnya kesal, ia berhenti sebentar dan melirik kebelakang "tidak ingin kutemani?" Ia bisa dapat melihat wajah sarkastik dari gadis itu, theo mengangguk sebentar dan akhirnya berbalik dan duduk disebelah Allison yang menatapnya syok.
"Yang benar saja" ucap Allison sarkastik.
"memang benar" jawab Theo santai sembari tersenyun kemenangan karena Allison tidak memilih pergi darinya.
"apa yang sedang kau lakukan?" Theo melebarkan kelopak matanya saat melihat gadis dengan gaya yang begitu modis menatapnya sarkastik, tidak. Bukan tatapan seperti, maksudku tatapan cemburu. Sebaliknya Theo, ia merubah tatapannya menjadi lebih santai. Allison memicingkan mata bingung saat melihat Sean tengah berjalan menuju kedekatnya.
"Ikut aku, sekarang!" Sean menarik tangan kiriku, tetapi tangan kananku dipegang begitu erat oleh Theo.
Baiklah, sekarang apa lagi?! Allison mengigit bibir bawahku dan menarik nafas pelan.