1. Tiga SD

150 19 0
                                    

Jangan lupa tekan bintang (vote) ya teman teman!

🍃🍃🍃

Usiaku yang akan menginjak tujuh belas tahun membuat aku menjadi anak pembangkang, egois, ingin memiliki kehidupan bebas. Aku bukan berasal dari keluarga kaya, kehidupan ku di sekolah juga tidak populer. Aku hanya siswi SMA yang terjebak berbagai masalah baik itu masalah keluarga, teman dan percintaan.

Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku bersyukur memiliki saudara laki laki walau usia kami terpaut jauh. Sejak aku kecil keluarga ku tidak harmonis, banyak hal yang seharusnya tidak aku lihat dengan mata kepala ku sendiri. Banyak umpatan kasar yang seharusnya tidak masuk di gendang telinga anak perempuan kecil berusia empat tahun.

Ketidak harmonisan keluarga ku menyebabkan aku menjadi pendiam dan tidak mudah bergaul namun itu hanya bertahan hingga aku kelas dua sekolah dasar.

Jiwa dan mental ku berubah tujuh puluh persen ketika aku mengenal teman laki-laki ku yang bernama Akmal.

Aku tak ingat awal mula aku kenal Akmal, sebenarnya Akmal kakak tingkat ku tapi di kelas tiga sekolah dasar kami menjadi satu kelas.

Ada rumor bahwa Akmal menyukai ku saat kelas satu sekolah dasar namun aku tidak memperdulikannya bukan apa tapi itu sudah dua tahun lalu, ya aku mengetahui rumor itu disaat aku kelas tiga dan aku beranggapan bahwa rasa sukanya sudah hilang terkikis waktu.

"Kamu kenapa sedih? Senyum dong, kamu cantik loh kalo senyum"

Saat mendengarkan kata 'cantik' jujur aku senang karna aku jarang dipuji selain otakku yang pintar.

"Mau apa? Minta contekan?" Jawab ku kepada Akmal yang dibalas dengan senyum tengilnya.

"Tau aja deh, tapi kamu gapapa? Ada yang bully kamu?" Tanya Akmal khawatir, aku hanya menjawab "gapapa"

"Nih ya dengerin baik-baik, siapapun gak boleh nyakitin kamu termasuk diri kamu sendiri, kamu harus jadi cewek yang kuat"

Ya itu kalimat yang aku ingat hingga sekarang kalimat yang diucapkan Akmal kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar tepatnya kelas tiga.

Sejak aku dekat dengan Akmal aku merasa aku dilindungi olehnya. Setiap ada waktu luang dikelas Akmal selalu menghampiri mejaku walau sekedar menggoda ku dengan candaan.

Bahkan Akmal juga membelaku saat aku dituduh mencontek saat ulangan, dengan keberanian yang dia punya dia adu mulut dengan empat teman ku perempuan, aku ingat momen ini.

Selain itu disaat pipi ku terkena lemparan penggaris besi yang tidak sengaja dilakukan oleh teman laki-laki ku yang saat itu sedang bermain berdua dengan Akmal. Dengan wajah panik Akmal menghampiri ku lalu menyentuh pipiku yang terasa panas karena terkena penggaris besi.

Aku menitihkan air mata karna ini terasa menyakitkan walau tak sesakit kerasnya kehidupan tapi diusia ku saat itu merasa menyakitkan pipiku terasa seperti terkena api.

"Sakit ya? Maaf ya tadi ga sengaja" ucap Akmal sembari mengelus elus pipi ku.

Lalu dengan langkah cepat Akmal menghampiri teman mainnya tadi dan menyuruh untuk meminta maaf kepada ku.

Menurutku Akmal baik, dan selalu ada disaat aku membutuhkannya membuat aku merasa beruntung bertemu dengannya. Aku juga tidak mempermasalahkan ketika dia meminta contekan ke aku setiap hari.

"Besok kalo test semesteran aku nyontek ya?" Tanya Akmal kepadaku.

Aku memandangnya tak percaya lalu dengan duduk didepannya aku bilang kepadanya, "aku takut, kamu kerjain sendiri aja ya?"

Aku melihat tatapan Akmal yang sulit di jelaskan dengan kalimat.

"Iya, aku bakalan kerjain sendiri, kamu jangan lupa belajar ya walau kamu gak belajarpun nilaimu tetap sama"

Mendengar ucapannya membuatku tertawa kecil dan dia mengeluarkan senyuman khasnya.

Aku senang akan naik ke kelas empat, karena disaat test berlangsung berhari-hari dirumah aku selalu mendengarkan teriakan, umpatan kasar dari kedua orang tua ku yang bertengkar. Kedua orang tua ku selalu bertengkar disaat yang tidak tepat, aku merasa mereka tidak memperdulikan ku, apakah mereka tidak tau bahwa esok hari anaknya ini akan menghadapi soal soal test semesterah? Sungguh di rumah saat malam hari aku tidak bisa belajar.

Di saat aku senang melewati test itu di sisi lain aku juga kecewa dengan ucapanku sendiri yang menolak untuk menconteki Akmal.

Ternyata Akmal tidak naik kelas dan dirinya memutuskan untuk pindah sekolah, di kelas empat sekolah dasar itulah aku merasakan kehidupan sekolah yang keras.

Dan kenalin aku Nerissa Zemira. Ini adalah cerita ku, versi diriku.

🍃🍃🍃

S

emoga kalian menikmati cerita ini ya

Bꫀrt0pꫀng (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang