chapter 3

21 3 0
                                    

Menolak lupa kejadian beberapa hari yang lalu, dimana aku berboncengan dengan devan. Wangi parfumnya yang maskulin masih sangat jelas teringat olehku. Gaya serta cara mengendarai motornya yang membuatku benar-benar terhipnotis. Entah sihir apa yang Devan gunakan, yang jelas dia membuatku terlena dan melupakan masalah dunia sejenak.

"Sa, ntar jangan lupa jangan pulang dulu. Pak Anto nyuruh kita kumpul buat bahas seragam tim" perkataannya tadi benar-benar sukses membuat lamunanku hilang seketika. Ku hanya meliriknya.

"Ngalamin sambil cengar cengir Mulu, astaga! Apakah benar kalo temanku ini sedang jatuh cinta?".

Julia mengeluarkan sifat lebaynya dengan gaya meletakkan tangan kanannya di jidat. Belum lagi mulutnya yang menganga dan matanya yang mendelik keatas.

"Epilepsi Lo kambuh lagi yah?" Novi yang baru saja melihatnya setelah dari kantin dengan ekspresi datar.

"Enak aja, gue gak pernah kena epilepsi, tau ngga si kalo si ayusa lagi jatuh cinta?" Julia bersungut-sungut menjawabnya.

"Bener nggak si Sa? Akhirnya Lo mau buka hati juga" Novi lagi-lagi tanpa ekspresi.
"Bukan begitu juga si" aku hanya nyengir.

"Siapa sa yang bikin lo mau buka hati?" Kali ini mata Julia mendelik. Novi hanya memperhatikan sambil makan makanannya yang baru dia beli.

"Oh, Lo udah mulai main kotor ya! Udah nggak mau terbuka lagi sama sahabat sendiri. Udah lupa janji rupanya"

Kali ini Julia mencecar ku perkataan Julia yang barusan dilontarkannya benar-benar sukses membuatku menceritakan kejadian hari yang lalu saat aku boncengan dengan Devan.

Walaupun usia sahabatan aku, Julia biasa kami panggil Juleha dan Novi baru hampir 2tahun. Kami merasa cocok satu sama lain, bahkan terbuka dalam segala hal.

"Beruntung banget sih Lo sa, bisa pulang bareng Devan mana boncengan juga pula" ungkap Julia sedikit mengodaku. Selain itu satu kelas, aku dan Julia juga merupakan rekan satu tim bola voli andalan sekolah. Dengan tinggi 170cm dan potongan rambut Mandarin ala cowo, Julia terlihat tampan.

"Beruntung gimana Juleha? Dia kan udah punya pacar. Untung aja gada yang liat. Bisa-bisa kena gosip orang ketiga"

"Mau punya pacar mau nggak, yang jelas Lo udah diboncengin kan sa. Lo pasti pegangan sambil peluk ya?" Julia kembali mengejek.

Novi yang sedari tadi memperhatikan kami berdua hanya menghembuskan nafas panjang, tanda tidak tertarik. Sahabat satuku ini memang tidak suka dangan hal bau gosip jangan gosip, olahraga saja dia tidak suka. Tapi untuk soal pelajaran dikelas, dia juaranya. Bahkan selalu masuk pararel 3 besar, maka dari itu aku dan Julia kadang memanfaatkan Novi sebagai batu loncatan.



Maaf slow up
Jan bosen yaaa

TBC

Dimiliki segan , kehilangan tidak mau Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang