Hallo, ini cerita kedua akuu nih.
Sebelum baca, follow, vote dan komen dulu ya🤗.
•Happy Reading.
•••••••••
Gadis kecil yang cantik dan mungil tengah duduk membeku di hadapan kue bolu bergambar frozen dan satu lilin berbentuk angka 8. Sudah 3 jam lamanya ia menunggu seseorang, tapi orang itu tak kunjung datang.
Hanya ditemani kue bolu, lilin dan sang kakak itu cukup bagi Rara. Tapi, kali ini saja ia meminta kepada tuhan agar ia bisa bertemu kembali bersama sang ayah.
"Sayang. Kita mulai aja ya." Ucap Lovita Mahendra Ilkana, sang kakak.
"Bentar kak. Ayah pasti dateng, mungkin ayah lagi di jalan." Ucap Rara dengan senyum alibinya.
Lovi menghembuskan nafasnya kasar, sudah tiga jam ia dan Rara menunggu. Tapi, ayahnya tak kunjung datang.
Lovi tahu ayahnya tidak akan datang di hari ulang tahunnya Rara. Jangankan datang, ingat saja mungkin tidak.
"Sayang, mungkin ayah lagi sibuk. Pas kita tinggal sama ayah aja kan kita jarang ketemu ayah. Ayah kan pulangnya suka malem," Lovi mengusap rambut panjang Rara dengan sayang.
Mendengar penuturan kakanya, ada benarnya juga. Ia jarang bertemu sang ayah ketika ia tinggal bersama apalagi sekerang, yang gak serumah jauh pula.
Rara menghembuskan nafasnya pasrah. Sangat jelas, raut wajahnya menggambarkan kesedihan yang amat mendalam.
"Kak. Apa ayah gak sayang ya kak sama Rara? Apa ayah udah lupa sama kita?." Ucap Rara dengan mata berkaca-kaca.
Sontak hal itu membuat Lovi menitihkan air mata. Lovi memalingkan wajahnya ke sembarang arah, ia tidak mau terlihat lemah di depan Rara. Lovi mengusap air matanya, dan menoleh ke arah Rara.
Lovi menarik Rara kedekapannya. Membiarkannya kembali tenang, Rara terisak.
"Rara gak boleh ngomong gitu sayang. Ayah itu sayang sama kita. Mungkin ayah lupa atau ayah lagi sibuk." Lovi menenangkan dengan susah payah menahan tangisnya.
"Hiks, trus ka..lo ayah sayang sama kita. Kenapa ayah gak pernah mau ketemu kita. Kenapa ayah bisa lupa sama ulang tahun Rara." Jujur, Lovi sudah tak sanggup lagi menahan isakannya. Ia juga bingung harus menjelaskan lagi seperti apa pada Rara.
"Hiks..Hiks.."
"Kak, Hiks.."
"Iya sayang," Lovi mengusap air matanya saat Rara mendongakkan kepalanya agar bisa bertemu dengan wajah cantik Lovi.
"Kak, aku mau ikut sama ibu aja kak. Aku mau ke surga sama ibu. Ayah jahat, ayah gak sayang sama Rara sama kakak. Ayah gak kayak ibu," Lovi menghapus air mata yang berada di pipi merah Rara.
"Rara gak boleh ngomong kayak gitu. Ibu udah bahagia ngeliat kita bahagia. Ibu juga sedih kalo kita merasa sedih. Jadi, Rara jangan nangis lagi ya." Imbuh Lovi.
"Jadi gak boleh sedih ya kak?." Rara langsung mengelap air matanya dengan punggung tangan kirinya.
"Iya, Rara jangan nangis lagi ya. Nanti ibu di surga juga ikut sedih."
"Yaudah, Rara senyum nih." Rara menyunggingkan senyumnya. Lovi ikut tersenyum dengan tingkah polos adiknya itu.
"Sekarang Kita mulai ya." Rara mengangguk setuju.
"Sebelum tiup lilin, Rara berdoa dulu ya sama Allah. Rara berdoa mau apa sama allah." Rara mengangguk.
Rara mengangkat kedua tangannya untuk berdoa.
"Ya allah, Rara sayang banget sama ibu, ayah dan kak Lovi. Tapi ibu udah meninggal ya allah, kata kak Lovi ibu udah bahagia di surga. Rara juga sayang sama ayah tapi ayah gak sayang sama Rara. Ayah jahat ya allah, ayah gak dateng pas ulang tahun Rara. Rara juga sayang sama kak Lovi, Rara bangga punya kakak seperti kak Lovi. Kak Lovi baik, gak pernah marah, kak Lovi sayang sama Rara gak kayak Ayah. Ya allah Rara mau banget ketemu sama ibu, Rara kangen. Rara juga mau ketemu ayah. Amin." Lovi terisak mendengar doa yang terucap dari bibir mungil Rara.
"Nih buat adik yang kakak sayang." Rara mengulurkan sebuah kado yang ukurannya cukup besar.
"Makasih kak."
"Semoga di umur Rara yang ke-8 ini, Rara menjadi anak yang sholehah, sehat selalu, panjang umur, rajin ibadah, tambah pinter, sayang sama kakak dan ayah dan selalu mendoakan ibu.Amin." Lovi memanjatkan doanya untuk sang adik.
"Yuk mulai."
Selamat ulang tahun
Selamat ulang tahun
Selamat hari ulang tahun
Semoga panjang umur!!Tiup lilinnya
Tiup lilinnya
Tiup lilinnyaSekarang juga
Sekarang juga
Sekarang jugaPotong kuenya
Potong kuenya
Potong kuenyaSekarang juga
Sekarang juga
Sekarang juga.Rara menyuapi sepotong kue kepada Lovi dengan cinta. Lalu, ia mengecup pipi Lovi dan begitupun sebaliknya.
Drttttt
Suara panggilan terdengar.
Lovi menekan tombol hijau di layar ponselnya.
"Hallo."
"........."
"Sudah selesai pak."
".........."
"Oke siap pak saya segera ke restaurant."
Tuuuut
Sambungan telepon terputus sepihak.
"Rara, kakak tadi di telpon sama bos kakak. Katanya Restaurant lagi rame. Boleh kan kakak kerja?." Tanyanya.
Rara hanya mengangguk. Memang, untuk memenuhi kebutuhannya, Lovi rela bekerja paruh waktu sehabis dirinya pulang sekolah atau sehabis bermain dengan adiknya ketika hari weekend. Hari ini adalah hari minggu, pantas saja jika Restaurant sedang ramai.
"Yaudah, Rara diem aja ya di rumah. Kakak udah siapin Rara makanan di meja makan. Jangan keluar rumah apalagi ke jalan raya." Titahnya.
"Iya kak."
"Yaudah, Kakak pamit. Assalamualaikum" Rara mencium punggung tangan sang kakak.
Lovi segera melajukan sepeda berwarna merah muda yang nampak sudah kusam. Ke sekolah, bekerja atau kemana pun Lovi selalu menggunakan sepeda kusamnya itu.
Akhirnya ia tiba di Restaurant bernuansa Jepang. Ia segera bekerja mengantar pesanan para pelanggan dari meja ke meja.
Di tempat yang berbeda, Rara sedang termenung. Tiba-tiba ia teringat akan sosok seorang ayah. Telah lama ia tak bertemu dengannya, terakhir bertemu 1 tahun yang lalu.
"Apa aku ke rumah ayah aja." Rara berbinar akan idenya kali ini.
Ia melenggang pergi menelusuri jalan raya. Rara melihat seekor kucing di tengah jalan yang kesusahan untuk menyebrang. Ia menghampiri kucing itu dan...
Tiiiit
Suara klakson mobil memekikkan telinga Rara, namun naas mobil itu hilang kendali.
Jebruuugh
•••••••••
TBC
Maaf kalau ada typo hhe:)
Jangan lupa:
Vote
Komen
Follow
Doong ceritanya.Trmksih
~Mrrska~
30 Maret 2020, Cirebon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Poor Girl
Teen Fiction"Kak. Apa ayah gak sayang ya kak sama aku? Apa ayah udah lupa sama kita?." Ucap Rara dengan mata berkaca-kaca. Sontak hal itu membuat Lovi menitihkan air mata. Lovi memalingkan wajahnya ke sembarang arah, ia tidak mau terlihat lemah di depan Rara. L...