Senja di Alun-Alun utara

16 2 0
                                    

"Mau kemana?"
"Bingung" Jawabku. Entah berapa kali pertanyaan itu ia lontarkan, dan jawabannya tetap sama. Perjalanan sore itu bisa dianggap dadakan. Kami belum memiliki tujuan. Saat itu kami Menyusuri jalan Solo, kemudian berbelok ke arah Kota Baru, dan tak lama menjamah jalan Mataram.

"Aku tanya sekali lagi, kita mau kemana nih" tanyanya dengan nada agak kesal.
Aku masih saja bingung dengan pilihan tempat yang akan kami tuju. Aku tidak menjawabnya. Sudah hampir sepuluh menit kami berada diatas motor mengitari kota tanpa tujuan.

"Mau ngopi?"
"yaudah yukk! mana aja boleh."
Tanpa pikir panjang aku mengiyakan. Akhirnya kami melaju menuju kedai kopi yang berada di tengah kota Jogja.

Tidak seperti rencana awal, setelah memarkirkan motor dengan rapih kami justru memutuskan untuk berjalan menyusuri lapangan Alun-alun yang berada tepat di depan kedai kopi itu. Suasana sore saat itu sangat cerah, itu alasan kami memutuskan untuk menikmati sore dengan berjalan-jalan dibandingkan duduk di kedai kopi yang sedang ramai pengunjung.

Kami pun berjalan menyusuri rerumputan pendek di sekitar lapangan, kemudian duduk di samping pohon beringin yang berada tepat di tengahnya. Angin kota yang berhembus sempat kurasakan beberapa kali. Memberikan ketenangan dan menentramkan siapapun yang ada disana. Jalanan tidak terlalu padat. Kebisingan pun tidak banyak kudengar. Kami bercerita kesana kemari sembari mengamati orang-orang yang berfoto di depan keraton Jogja.

"Tumben ga gambar-gambar" tanyanya.
"Aku gabawa buku yang biasanya buat gambar, nih."
"Pake kertas biasa ae, aku bawa buku notes." jelasnya.
Aku menggelengkan kepala, memang saat itu aku sedang tidak mood untuk menggambar apapun. Untungnya, ia memaklumi.

Tak lama, mataku beralih ke arah langit. Rupanya senja mulai tiba. Aku terdiam dan mencoba mendefinisikan senja sore itu. Garis oren, biru, dan warna abu mendominasi. Selang beberapa menit ternyata warna langit itu berubah. Semakin sore semakin indah saja. Warna abu yang tadinya mendominasi, berubah menjadi oren cerah dengan guratan warna ungu biru.

"Golden Sunset..." ia mengalihkan pandangannya ke langit.
"Iyaa, bagus yaa." Jawabku.
"Kemarin juga kayak gini sunsetnya." Sembari memperlihatkan foto yang ada di handphonenya.
"Serius, ih bagus! kok aku gatau yaa." aku terkagum-kagum oleh gambar sunset yang ia tunjukkan.
"Kemana aja, makanya jangan tidur mulu." Kawabnya dengan nada bercanda. Aku pun membalasnya dengan tertawa.

Ku pandangi terus menerus langit itu. Kami menikmatinya. Suasana tenang sangat terasa. Satu dua kali ku abadikan moment senja itu dengan memotretnya. Memang, diantara kita berdua aku yang lebih suka mengabadikan moment. Tapi, perihal mengambil gambar, ia adalah jagonya. Tak lama suara adhzan magrib berkumandang. Kami pun berjalan meninggalkan tempat itu. Aku menatapnya. Senyuman manis tersungging di wajahnya.

Sebuah Usaha Mencari SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang