[Pertemuan]

97 12 0
                                    

~Suatu saat kamu harus rela melepaskan sesuatu, yang memang sudah habis masanya.~

Gemericik air sungai menemani soreku yang sepi. Kabut senja mulai melingkupi cakrawala. Warna langit yang mulai menggelap pun tidak dapat mengusik kesendirianku sore ini. Hingga akhirnya aku tersadar, ketika adanya tetes air dari langit yang jatuh mengenai wajahku. Tetes air semakin deras, tetapi hal itu juga tidak membuatku menepi untuk sekedar berteduh. Ada sebuah alasan mengapa aku berbuat seperti ini. Aku ingin melupakan segala sesuatu yang mengganjal dan membuat hatiku sesak. Akan tetapi, mengingat hal itu malah semakin membuatku terikat dengan benang keterpurukan. Aku menatap pantulan wajah ku sendiri di atas air sungai yang beriak. Wajah seorang gadis yang lugu dengan mata yang menyorotkan kesedihan itulah yang tergambar di sana. Sambil kupeluk erat lututku, aku masih setia menatap pantulan wajahku sendiri. Terbayang olehku, betapa terpuruknya diriku sendiri. Mungkin terlihat alay, tetapi sungguh, peristiwa satu minggu lalu yang aku alami benar-benar membuatku jatuh pada jurang kesedihan. Bayangkan saja, bagaimana rasanya ditinggal seorang kekasih yang baru sehari menjalin hubungan.

Pikiranku kembali menuju masa lalu, masa dimana aku masih mulai mengenalnya, masa dimana aku masih mengaguminya dari jauh. Hingga akhirnya aku bisa mengenalnya, dan berakhir bahagia ketika ia mengatakan menyukaiku juga. Hatiku membuncah, jantungku berdebar saat itu, tatapan mata yang lembut menyiratkan kasih sayang, yang membuatku luluh dan menerima pernyataan cintanya. Hingga pada hari Minggu, 2 September 2018, kami mulai menjalin hubungan yang disebut pacaran. Tetapi kebahagiaan itu luntur dan hancur tak tersisa, ketika pada esok harinya, aku diberitahu bahwa dia, laki-laki yang sangat aku cintai, meninggal karena kecelakaan. Sungguh, hari itu adalah hari dimana aku jatuh pingsan untuk yang pertama kalinya. Dan pada hari itu pula aku melihat dia untuk yang terakhir kalinya, dengan kain putih dan wajah pucat yang tenang, ia dimasukkan ke tempat peristirahatan terakhir. Goyah sudah pertahananku saat itu, air mata tak dapat kubendung, deras mengalir melewati pipi. Satu minggu setelah kepergiannya, diriku masih tak bisa menerima semua ini.

Lamunanku tiba-tiba buyar ketika merasakan kehadiran seseorang. Kutolehkan wajahku ke samping kanan, betapa terkejutnya aku ketika melihat seorang pria duduk dengan membawa payung biru. Kuamati dirinya, sungguh, dia benar-benar tampan. Bulu matanya lentik, hidungnya mancung, dan rahang kokoh yang menghiasi wajahnya. Siapa dia, pikirku. Tidak ada yang aneh dari dirinya kecuali pakaian rumah sakit yang ia kenakan. Bukan pakaian dokter yang ku maksud, tetapi pakaian seperti pasien rawat inap. Tidak aneh sebenarnya, karena sungai tempat ku merenung itu dekat dengan taman rumah sakit. Apakah dia sakit, pikirku penasaran. Ah, itu sepertinya bukan urusanku.

"Kamu sedang apa disini?" Tanya pria itu tanpa menolehkan wajahnya padaku.

"Tidak apa-apa, hanya menikmati senja." Jawabku dengan dusta.

Dia tertawa. Aku heran, apa yang lucu dari jawabanku.

"Kamu itu lucu ya, buat apa menikmati senja? Lagipula, ini hujan. Dan lihat! Langit sudah mulai hitam." Katanya sambil menunjuk langit yang memang sudah mulai gelap.

"Terserah aku dong. Kayanya itu bukan urusanmu." Kulihat dia menutup mata ketika mendengar jawabanku.

Dia tersenyum, lalu berkata, "Aku hanya penasaran, mengapa seorang gadis cantik sepertimu duduk sendirian di tepi sungai, hujan-hujanan, dan sore-sore seperti ini." Dia berbicara sambil menatap mataku. Seketika aku terhipnotis. Tatapannya benar-benar tajam dan dalam, membuatku hanyut dan tenggelam dalam tatapan itu. Ketika sadar, aku langsung menggelengkan kepalaku.

"Aku tidak akan memberitahumu. Kamu itu pandai menggombal ya." Aku berkata demikian karena dia tadi mengatakan bahwa aku cantik, dan aku pun tersipu.

Dia kembali tertawa, kali ini tawa yang benar-benar lepas. Seperti tidak ada beban dalam hidupnya.

"Aku tidak pandai menggombal, aku hanya pandai membuat para gadis terjatuh dalam pesonaku." Aku mendengus sebagai respon dari perkataannya.

31 Days [TAMAT]Where stories live. Discover now