06 : Confession

4 0 0
                                    

Daun mungkin tak pernah meminta batang untuk memisahkannya.
Lepas dan terbang mengikuti arah angin.
Terbang dan jatuh mengikuti arah gravitasi.
Tak pernah diminta.
Tak sesuai dengan yang diharapkan.
Kini, hanya sakit yang dirasakan.

- Hati yang Jatuh -

Selamat Membaca
.
.

-Author Pov- (start)

Setelah dari taman, Taehyung langsung masuk ke restoran. Dia duduk di kursi sebelah Jeno. Melihat masih ada seorang waitress dengan tangan memegang sebuah bolpoint dan buku menu, Taehyung mengernyit.

"Kalian belum mesen apapun?"

Pertanyaan Taehyung disambut oleh gelengan dari masing-masing kepala.

"Nayoung kemana? Gua udah laper nih," tanya Jaemin.

"Iya ih"

"Nyari apaan sih?"

"Tau tuh"

"Gila laper banget"

Jeno melihat ke arah pintu terus-menerus. Sampai menelponnya pun tidak kunjung dijawab.

"Gua cari Nayoung," suara Yohan sambil berdiri dan langsung melangkah keluar.

Jeno mendecak lalu berdiri. Taehyung menahannya untuk tetap duduk dan tenang.

"Cukup satu orang," tegas Taehyung.

-Author Pov- (end)

~

Yohan berlari mencari-cari di pelataran parkir. Hingga dia menemuiku yang sedang berjongkok di taman dekat kolam.

Aku sedang mencuci tanganku yang kotor oleh pasir-pasir karena menahan tubuhku pas jatuh tadi. Ada luka-luka kecil sedikit berdarah karena pasirnya. Lama-lama perih.

"Nay, lo ngapain disini?"

Aku terdiam dan mendongakkan kepala. Mendapati Yohan yang sedang berdiri dan menatapku bingung.

Tak ku jawab, kemudian Yohan berjongkok dihadapanku. Dia menyipitkan matanya melihat telapak tanganku yang dibasahi air. Hingga Yohan memegang tanganku dan memeriksanya.

"Tangan lo luka, abis jatoh?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan.

Dia meniup-niupkan tanganku dengan lembut dan mengelapnya dengan sapu tangan miliknya.

"Yohan.." panggilku.

Yohan menaikkan kedua alisnya sambil menatapku. Tangannya masih memegang tanganku.

"Gue pengen pulang.." ucapku dengan suara yang memelan dan kepala menunduk.

Mataku mulai membasahi pelupuk, "Gue gak tahan.. Tolong.. Anterin gue pulang.."

"Iya, gua anterin sekarang."

"Lo gak usah nangis," ucapnya sambil mengusap air dipipiku.

Akhirnya, Yohan tidak menolak bahkan tidak memaksaku untuk ikut makan malam. Meskipun Yohan menyebalkan, tapi dia sangat peduli denganku.

Setelah masuk mobil, aku melihat Yohan sedang mengetikkan sebuah pesan, tapi tidak tahu untuk siapa. Mungkin saja Mark atau Jeno.

My HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang