1|Perkenalan Kelas.

12 3 0
                                    


Seorang gadis berjalan dilorong sekolah yang mulai ramai dipadati oleh banyaknya siswa. Dengan memegang satu tali tasnya yang menggantung dibahu kanannya itu, ia berbelok memasuki sebuah kelas.

XII-Bahasa-3. Gadis itu memasuki kelas tersebut. Banyak yang sudah datang dan duduk dibangkunya masing-masing. Kelas ini selalu ramai, masih pagi pun didepan kelas sudah ditempati banyaknya anak laki-laki yang duduk dimeja guru sambil bercanda gurau asyik.

“Andira!” Seseorang memeluk tubuhnya dari belakang. Membuatnya terhuyung kedepan dan hampir saja jatuh apabila tidak ada yang menahannya.

“Awas kepentok meja.” Suara berat itu membuyarkan ketegangan Andira karena dorongan tadi.

Ia mendongkak, didapatinya sesosok tinggi besar darinya sedang menatap datar padanya. Cepat-cepat Andira melepaskan tangannya.

“Eh iya, makasih.” ucap Andira gugup. Gugup dengan tatapan datar yang menyeramkan itu.

Lelaki itu melengos pergi. Tidak mengucapkan kata balasan padanya.

Kemudian Andira menoleh kebelakang. Syanala atau kerap dipanggil Lala itu tengah menyengir lima jari padanya.

“LALA!” sentak Andira membuat Lala meringis kecil.

“Nyebelin banget sih! Kalau gue jatoh gimana?” tanya Andira kesal.

Lala malah terkekeh. “Enggak tuh, buktinya lo ditolongin Mas ganteng.” ucapnya.

Andira mendorong lengan Lala yang sedang berjalan menuju meja didepannya. “Mas ganteng mbahmu!”

Lala malah semakin tertawa. “Eh emang ganteng ya!”

“Masih gantengan Aldi!” elak Andira.

“Ah elah, ganteng sih ganteng. Tapi percuma kalau ahlinya nyakitin!” cetus Lala membuat Andira mendelik.

Lala yang menyadari itu langsung memeluk tubuh Andira dari samping.
“Uhh sayang! Jangan jaipongan dong matanya. Colok nih?”

“Apaan sih? Lepas.”

Lala melepaskan pelukkannya. Kemudian ia menyisir rambutnya dengan sisir yang ia bawa dari rumah.

“Gue bakal bahagia deh La kalau nanti ada razia dadakan.” celetuk Andira.

Lala melotot. “Jangan dong! Sayang banget ini barang-barang kesayangan gue!”

“Makanya La! Kesekolah pake bawa make up segala. Mau kondangan?” Nanta menyeletuk didepan yang kebetulan mejanya tidak jauh dari meja Lala.

“Apa lo! Rese banget nyambung-nyambung!” sungut Lala.

Nanta menjulurkan lidahnya mengejek Lala. Lala membalasnya dengan mengangkat kepalan tangannya.

Andira tertawa melihat tingkah dua sahabat itu. Nanta dan Lala tidak pernah akur, bahkan dari kelas 7 SMP selama mereka satu kelas pun.

Tiba-tiba dari arah pintu datang seorang lelaki dengan hebohnya.

“ASSALAMUALAIKUM YA AHLI KUBUR!” salamnya sambil membentangkan tangan.

Seketika semua murid didalam kelas menjawab. “WAALAIKUMSALAM CALON AHLI NERAKA!”

Kecuali, Andira. Semuanya kompak tertawa. Sedangkan sosok didepannya itu menampilkan raut wajah kesal.

“Sembarangan ya lo pada bilang gue calon ahli Neraka. Kalau gue calonnya lo pada apanya? hah?” ucapnya setengah menyentak.

“Gue sih bagian liat lo dari surga aja Yan,” ujar Nanta. Kini cowok itu sudah duduk disamping Andira. Entah kapan pindahnya.

“Kayak lo mau masuk surga aja Ta,” Briyan mengejek sambil terkekeh sinis.

“Iyalah! Emangnya lo? Kerjaan dugem mulu mau masuk surga.” ucap Nanta lagi.

“Heh kulit kacang! Lu sama gue satu habitat ya! Jangan sok suci lo!" hardik Briyan.

“Aku suci kalian penuh dosah!” Nanta membalas dengan aksen 'h' diakhir kalimatnya.

“Suci-suci Emak lo ngidam beklin kali pas hamil sama lo!” celetuk Turo yang disahuti gelak tawa satu kelas.

“Suci kembali pada yang maha kuasa,” sambung Galih dipojok ruangan.

“Berisik lu sukro!” balas Nanta.

Mereka kembali tertawa. Kalau Nanta-Briyan-Turo-Galih sudah bersatu, kelas ini tidak akan berhenti-hentinya tertawa. Akan ada saja yang menjadi bahan tertawaan mereka. Membully Briyan misalnya yang paling sering. Beruntungnya, cowok keturunan Medan–Bandung itu tidak baperan, membuat mereka asyik-asyik saja bercanda.

Andira sukses tertawa lepas. Hal itu membuat Lala dan Nanta tersenyum senang disampingnya. Tapi satu hal yang hadir membuat Andira kembali pada raut wajah datarnya.

Satu Pesan dari Aldi.

Aldianoputra:
Pulangnya tunggu di taman belakang.
Gue mau ngmng sesuatu.

Andira menunduk. Apakah firasatnya sekarang benar-benar terjadi?

Lala yang menyadari itu menyentuh bahunya. “Lo gapapa?” tanya Lala.

Nanta yang mendengar itu menoleh cepat. “Lo kenapa Dir?”

Andira menoleh pada keduanya. “Gapapa. Udah ah sana balik Ta, keburu Pak Usman datang nanti.” ucap Andira.

Nanta mengernyit lalu akhirnya ia mengalah kembali ke mejanya.

“Gue gapapa La, biasa.” ujar Andira. Jelas saja itu membuat Lala kesal setengah mati.

Lagi-lagi Aldi!

****

SMAWISTA [DREAM CATCHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang