Light Behind The Clouds

37 4 4
                                    

Gumpalan awan kelabu biasanya tidak akan berpengaruh pada dirinya. Awan sudah banyak menampung molekul titik air, tapi mendung itu hanya menetap beberapa lama.

Flower benci langkah kaki yang juga terlapis oleh masalah fisik yang hanya berasal dari kepalanya. Padahal masalah itu ringan dalam angan, tapi kesadarannya terhadap semua bentuk pelarian dan langkah murid-murid yang serupa dengannya tidak benar-benar hidup.

Mati rasa dalam dingin.

Langkahnya hanya punya unsur memuakkan dan ia ditinggalkan oleh semua yang berjalan. Mendung hanyalah abu-abu yang tidak menarik, tetap dalam kapasitas tak berubah baik dalam warna langit. Ia menghentikan dirinya di balik batang pohon, jalanan menuju sekolah hanya menyikat tenaga minimalisnya—mungkin ia sedang mengumpulkannya dalam diam--.

Apa yang menarik dari mendung, hingga dua orang di hadapannya mau berbual tentang awan?

.

.

Romance, Hurt/Comport

Vocaloid by Yamaha Corporation, Crypton Future Media, etc.

Ditulis seusai dengan rasa pribadi dan ukur kemampuan.

Note : Saya selalu punya mood yang buruk di sekolah.

.

.

Dingin semakin menyesap dalam dirinya ketika seseorang menghampiri hingga segala perubahan rasa itu kembali berkecamuk.

"Kenapa kau malah tidur di sini?"

Yohioloid—kebanyakan orang memendekkan penggalan itu menjadi Hio--, melambaikan tangan di depannya.

"Aku tidak ingat." Ujung jemari mencapai pelipis, tapi tak begitu menopangnya. Mendung di belakang pemuda itu agak keruh, sementara dingin dengan respon sesaat berubah menjadi sungguhan.

"Seperti ada yang salah denganmu."

Bukan teman dekat, hanya makhluk dalam satu kategori belajar—kelas—yang sama, untuk apa peduli padanya?

Menggeleng, entah dalam makna Flower akan berjuang dalam meniti jalan lagi atau menyuruh pergi orang yang merunduk di depannya. Semuanya mendadak seperti ilusi.

"Aku bisa mengantarmu pulang." Yohioloid membetulkan uluran itu dengan menyergap pergelangan tangannya ketika kebaikan itu belum diterima.

Flower membutuhkan jeda istirahat, beberapa menit lagi. "Tidak usah, cepatlah pergi sebelum terlambat."

"Kita memang sudah terlambat." Dia memperjelas pertolongan itu untuk mengajaknya beranjak.

Penderitaan dalam dirinya benar-benar menjalar dengan rasa pegal. Ia seperti terjerembab lebih dalam menuju dimensi lain, tapi tidak seorang pun benar-benar menjemputnya untuk keluar dari sana sekalipun. Bahkan Yohioloid yang membantu untuk mengarah pada jalan pulang cukup banyak memberi instruksi—tidak sediam sesering kelihatannya.

.

.

Pada akhirnya, awan berat akan menangis. Hanya rintikan awal seperti menyiram tanaman, dan mereka mendapat tempat bernaung setelah disiram hujan dengan porsi yang cukup membuat rambutnya layu.

Ia ingin terus menepi, jika itu bisa menjadi obat kecil untuk melambatkan perputaran aneh dalam kepalanya selepas berjalan. Yohioloid menanti bus dari arah kanan, dan hanya itu hasil terawangnya yang tanpa menoleh ke manapun.

Kenapa orang itu mau menolongnya? Dan mereka 'bolos' bersama?

Padahal banyak kebebasan yang dapat diraih Flower untuk bisa menghanyutkan berbagai efek samping, tanpa membuat siapapun absen.

Light Behind The CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang