Plan (Part 3)

44 6 2
                                    

"Hyaachiinnn!"

Dairin menutup bukunya sembari memberikan tampang kesal pada Shinshou. "Kau ini maksudnya apa tiba-tiba bersin tanpa pemberitahuan lebih dulu. Sekarang aku jadi tidak mood untuk membaca."

"Hei! Ini refleks," Shinsou balik mendelik ke arah Dairin.

Kini mereka berdua ada di perpustakaan asrama mereka. Beberapa anggota OSIS lainnya seperti Midoriya dan Bakugou pergi berpatroli menggantikan Mezou yang sedang sakit. Ternyata pemuda mutan itu juga mudah kena pilek jika udara di sekitarnya mendadak dingin. Karena itulah Dairin mencoba menjauhkan Mezou dari Todoroki yang notabene tanpa sadar bisa mengeluarkan sihir es.

Sementara Todoroki membantu Chain mengerjakan piket hariannya merapikan halaman depan. Tanaman sihir yang tumbuh di halaman asrama kini tumbuh membesar hingga menutupi jalanan. Salahkan Chain yang membuang biji tanaman sembarangan. Bahkan adik kelas mereka juga ikut membantu.

Iida, si malaikat itu sendiri hanya mengirimkan kabar jika dia harus di rawat di rumah sakit khusus malaikat. Alerginya semakin menjadi setelah memakan anggur dan bisa dipastikan ia takkan kembali ke Mist Academy untuk sementara.

Belum ada pergerakan mencurigakan dari para guru meskipun Dairin sudah menduga jika eksekutif sekolah tahu jika Dairin dan Shinsou mengetahui jati diri mereka.

"Dua belas roh bintang itu tidak abadi disini," Dairin tiba-tiba berbicara yang menarik perhatian kawannya. "Setidaknya di dunia ini. Sebab mereka meminjam tubuh manusia sebagai wadah mereka."

"Huh, darimana kau tahu itu?"

Gadis bersurai ungu itu menunjukkan buku yang dibacanya. " Zodiak sendiri berasal dari mitologi Yunani. Para dewa-dewi Olympus memilih mereka hingga para zodiak itu memiliki jiwa 'divine'."

Shinsou mengerutkan dahinya. Ia makin tak mengerti. "Jadi?"

"Duh! Kau memperhatikan kelas sejarah atau tidak sih?" Dairin memutar bola matanya, kagum bagaimana Shinsou lulus padahal tidak pernah memperhatikan kelas sama sekali. "Artinya mereka kembali ke alam mereka dan bisa lenyap dari dunia ini! POFF! Jika kita tahu cara memisahkan jiwa 'divine' para zodiak dari wadah manusia mereka, setelah itu tak ada yang bisa menghalangi kita menghancurkan sekolah!"

Seketika terbersit seseorang yang dikenal Shinsou saat memikirkan perkataan Dairin di benaknya. Seseorang yang mampu memisahkan jiwa jahat dan baik.

"Ya, aku tahu siapa itu."

***

Mungkin sudah terlambat untuk memperkenalkan siswa satu ini. Namun tak ada salahnya untuk menggali lebih dalam lagi tentang masa lalunya.

Namanya Todoroki Shouto. Ia anggota OSIS dari ras elemental wizard. Ras yang dulunya manusia namun menjual 'kemanusiaan' mereka demi kekuatan sihir, tapi tak sepenuhnya jatuh ke dalam kegelapan. Kalau dipikir-pikir, Todoroki memang tidak pernah menceritakan tentang keluarganya dengan sukarela.

Sudah jadi rahasia umum jika keluarga Todoroki penuh tragedi dan misteri. Kakak pertamanya, elemental wizard yang melakukan penelitian pada dimensi kegelapan, di tangkap Departemen Pengendali Sihir (DPS)  lima tahun lalu. Ayahnya, seorang hero terkenal mencoba melakukan penilitian ilegal demi meningkatkan kekuatannya, menghilang dan masih menjadi buronan. Ibunya yang tiga tahun lalu masih baik-baik saja, kini harus dirawat di asylum sihir karena terkontaminasi sihir dark matter dari ulah anaknya.

Hanya tinggal Todoroki dan kakak keduanya di keluarga itu.

Tentu keingintahuan mengenai dimensi kegelapan mengalir di dalam darah Todoroki. Namun sekuat tenaga ia tidak jatuh ke lubang yang sama. Ia juga ingin melindungi kakak keduanya yang harus menanggung beban karena kesalahan anggota keluarga yang lain.

Tapi kedua orang yang tengah berhadapan dengannya sekarang berkata lain. 

"Pemisahan jiwa?"

Mata Dairin berbinar-binar sambil mengangguk dengan semangat. "Kudengar kau bisa memisahkan jiwa. Bukankah itu luar biasa! Ah, andai aku punya bakat itu. Kekuatan itu kan seperti skill premium keluarga kalian saja."

Shinsou sendiri tidak terlalu yakin bisa meyakinkan Todoroki untuk membantu mereka. Anak satu itu meskipun suka merusuh dan mengadu domba diam-diam, dia tidak suka langsung turun tangan untuk mengotori tangannya. Ditambah lagi, pemisahan jiwa menggunakan sihir hitam yang jelas-jelas terlarang di keluarga Tod--

"Baiklah."

Hampir saja Shinsou menyemburkan air liurnya karena sangat terkejut.

"Tunggu, tunggu! Oi, Todoroki, kau yakin? Maksudku, gara-gara sihir itu kan..."

Todoroki hanya membalasnya dengan senyuman tipis. "Tentu saja ada bayarannya. Kalian pikir aku bekerja secara cuma-cuma?"

Tipikal sekali, si anak-yang-membantu-tapi-pasti-ada-maunya-itu. Ia memberi kertas bertuliskan dafta benda yang diinginkannya. Kebanyakan benda sihir seperti potion, magic scroll dan daftar belanjaan mingguannya.

Tapi apa Todoroki serius hanya anak meminta 'itu'? Barang-barang yang disebutkannya itu sangat mudah didapatkan. Apalagi akan ada 'traveling carnival' yang diadakan dekat pelabuhan. Semua barang legal maupun tidak akan dijual secara bebas disana.

Seperti namanya, akan ada komedi putar, bianglala, macam-macam permainan lainnya hingga ke tempat tak terduga seperti pelelangan bawah tanah. Yah, traveling carnival memang datang mendadak, tapi ini kesempatan bagus untuk Shinsou dan Dairin.

"Hmph, mudah saja kalau begitu. Biayanya kau tanggung sendiri ya. Banyak sekali yang kau minta," Shinsou mengomel sembari mengibarkan kertas daftar barang yang diminta Todoroki.

"Jangan khawatir, Chain yang akan membayarnya."

Dairin dan Shinsou saling memandang satu sama lain sebelum berteriak ke arah Todoroki.

"CHAIN?!"

Mist Academy book 2: Reveal the Truth [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang