2

16 5 4
                                    

Sunyi mengalun menemani pikiran-pikirannya yang melalang buana tanpa tujuan yang jelas. Namun belum sempat ia menjelajahi lebih jauh, sebuah suara gemersik rumput ilalang serta langkah kaki yang kian menyadarkan Kania untuk kembali menarik semua kesadarannya. Pandangan matanya tak beranjak meski langkah kaki itu kian menghampiri dengan langkah cepat.


 Kania menghela nafas, "siapa?" tanganya telah menarik belati dan melempar lemparkannya ke udara seolah itu sebatang kayu.

"sebuah pertanyaan" sahut yang lain.

Dengan sedikit enggan, Kania menengok ke arah sumber suara dan mendapati sosok gadis dengan surai biru di hadapannya. "hai Kania-kun!" sapa sosok itu sambil melambaikan tangannya.

"ah, kupikir kau tidak akan datang. Pesananmu tongkat ini kan?" kania mengeluarkan sebuat tongkat hitam yang terbuat dari jalinan antara dua jenis akar pohon.

"benar, wah.. kau selalu hebat kalau soal ini! Ini benar benar dari akar beringin dan bakau! Aku selalu penasaran bagaimana cara kau membuat ini" seru gadis itu sembari meneliti tongkat yang ia terima.

"itu rahasia perusahaan. Omong – omong kau sangat mencurigakan hari ini, Rumi"kania menatap datar.

"Apa maksud- " ucapan gadis yang dipanggil Rumi itu terpotong. Tenggorokannya tercekat. Sebilah belati hitam hanya berjarak beberapa inci saja tenggorokkannya.

"katakan. Aku bisa menggorok lehermu lebih cepat dari kau merapalkan mantera." Suara Kania mendingin. Matanya menatap tajam dan tak lepas mengawsi semua perubahan riak wajah dari Rumi.

SREK

Kania melempar belati itu pada suara gesekan tak alami diantara rerumputan. Tangannya dengan cepat menarik dan mencekik leher Rumi sebelum ia sempat berfikir untuk kabur.

"untuk siapa tongkat itu? Milikmu masihlah utuh dan menempem di punggungmu bukan? Jadi, untuk siapa tongkat itu?!" tak ada nada tingga atau friksi – friksi kekesalan yang terealisasi dari suara Kania. Namun atmosfir di sekitarnya berubah dingin dan menyesakkan seperti tenggelam ke dasar palung terdalam.

Intimidasi yang di keluarkan Kania membuat setiap makhluk hidup tercekat kehilangan nafas untuk di embuskan. Tangan Rumi yang mencekal pergelangan tangan milik Kania membiru dan perlahan mendingin, giginya gemertak menahan rasa sakit yang menjalar anomali.

"RUMII!!!" seseorang berlari dengan sebilah belati hitam yang sesaat sebelumnya menari indah di langit. Berseru garang membelah padang rumput juga ilalang. Orang itu kembali melempar belati dan mengarahkannya langsung pada kepala Kania. Merasa penyerangannya akan berhasi, ia dengan sigap mengeluarkan tali untuk menarik Rumi begitu kania kehilangan fokusnya setelah terluka akibat serangannya.

Namun, pergerakannya terhenti.

Musuhnya hanya mengulum seringaian melihat belati miliknya sendiri terlepar dan mengarah pada tempurung kepalanya. Ia diam tak bergeming. Bahkan saat belati itu menancap tepat pada tempurung kepalanya hingga menciptakan anak sungai merah di sepanjang pelipisnya, kania hanya diam dengan kesunyian yang semakin mencekam.

Kania melepaskan cengkraman tangannya dari leher rumi yang meninggalkan ruam ungu dan melemparkan tubuh rumi pada orang yang menyelinap itu.

" kau masih belum menjawabku" bagai tokoh antagonis dalam film thriller yang mengidap penyakit kejiwaan, Kania mencabut belati yang menancap di kepalanya dengan begitu saja. Anak sungai merah yang mengalir di pelipisnya perlahan surut. Bersamaan dari menutupnya luka di kepala kania, atmosfir berat dan dingin pun perlahan pudar dan hilang.

Arawn.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang