Prolog

92 6 0
                                    

20 Februari 2020

Pagi itu mendung, tapi itu tidak mengurangi semangatku untuk berangkat sekolah.

"Va, jangan lupa payungnya dibawa" kakek mengingatkan.

"Iya kek, kalau lupa juga gapapa, toh Ava kan pergi nya juga bareng Dave, pasti Dave nggak bakalan biarin Ava kehujanan dong hihii" kekehku.

"Va, kamu jangan mengharapkan orang lain dong, kamu tu harus mandiri, kamu harus bisa hidup tanpa bergantung sama siapapun, kita kan nggak tau apa yang bakalan terjadi sama kita dan orang-orang terdekat kita. Mungkin sekarang kakek dan Dave masih ada di sisi kamu, tapi kalau besok? nggak ada yang tahu kan. Jadi, kamu jangan bergantung ke orang lain ya sayang" nasihat kakek.

"Ihh kakek kok ngomongnya gitu sih, kakek, Ava dan Dave akan selalu bersama selamanya" balasku.

"Yaaa kan kakek cuman nasihatin".

"Iya kek."

Oke, sebelum kalian bertanya-tanya tentang siapa Aku, kakek dan Dave, biar aku menceritakan sedikit tentang diriku.

Namaku Ava Fronia, biasa dipanggil Ava. Aku adalah anak tunggal, ibuku meninggal karena kecelakaan saat aku berumur 4 tahun. Semenjak kejadian itu, ayahku berubah, ia seperti kehilangan arah, ayah tidak peduli lagi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap ku, tidak ada yang tahu keberadaan ayah  sampai sekarang. Namun, hal itu tidak membuatku menjadi anak yang kurang kasih sayang, karena aku mempunyai seorang kakek yang senantiasa merawatku dari kecil dengan penuh kasih sayang, aku juga mempunyai Dave Elfreda, sahabatku.
.
.
.
Hari ini berjalan seperti biasanya, pergi sekolah dengan Dave, belajar di sekolah, bermain dengan teman-teman, hmm rutinitas yang membosankan.

Sepulang sekolah, aku pulang sendiri karena Dave ada latihan basket bersama teman-temannya. Di jalan, aku sengaja mampir membelikan kakek martabak, yap makanan kesukaan kakek.

"Hmmm, jadi nggak sabar sampai rumah, kakek pasti senang banget deh aku bawain martabak" batinku.

Sesampainya di rumah, aku merasa ada yang aneh. Tidak biasanya pintu rumah tertutup, biasanya kakek selalu menyambutku di depan rumah sepulang sekolah.

"Kakekkk, kek Ava udah pulang sekolah nihh, bukain pintunya dong kek" teriakku. Namun tidak ada sahutan dari kakeknya.

"Hmm, untung aku selalu bawa kunci cadangan".

Aku langsung membuka pintu rumah, kosong, tidak ada siapapun di rumah. Aku mencari kakeknya ke ruang tengah, tempat kakek biasanya membaca.

Aku menemukan kakek, namun ini jauh dari keinginanku. Kakek meninggal, bercak darah dimana-mana. Tubuhku lemas, aku hampir jatuh kalau saja tidak berpegangan ke meja. Di samping kakek terdapat sebuah surat.

"Kematian bukanlah akhir dari segalanya"

Pandanganku gelap, aku tak sadarkan diri. Aku kehilangan seseorang yang sangat berarti untukku.

Hai semua
Ini cerita pertama aku
Mohon maaf kalau masih banyak typo dan kekurangan lainnya yaaa🙏🙏
Mohon dukungan, kritik dan saran yang membangun ya🙏🙏
Jangan lupa vote dan komennya yaa😁😁😁

C H A N C ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang