Prolog

59 1 0
                                    

"Kita nikah!"

Itu bukan sebuah kata ajakan. Itu sebuah paksaan dengan nada perintah.

"Aku nggak mau" tolakku.

Aku memang ingin menikah. Tapi bukan seperti ini ajakan menikah yang aku harapkan.

"Kamu harus mau Wi! Aku sudah bilang ke mama sama papamu kalau kita bakal nikah secepatnya" ucapnya tak mau mengalah.

"Aku batalin kalau kita beneran jadi nikah" ucapku sengit.

"Kamu nggak akan berani. Ingat, kita nikah. Secepatnya."

Aku benci semua ini. Aku benci dia dengan segala keegoisannya.

"Kamu nggak bisa maksa aku seperti ini" ucapku putus asa.

"Kalau kamu nggak dipaksa, kamu bakal pergi" ujarnya.

"Heh. Bukanya itu yang kamu mau. Aku pergi jauh dari kamu" balasku dengan sengit.

Ayolah. Siapa yang menyuruhku untuk pergi kemarin? Dia bahkan dengan terang-terangan menyuruhku mundur lalu kenapa sekarang dia memaksaku untuk bertahan? Tidak sadarkah dia?

"Kamu nggak akan pergi. Selamanya akan selalu bersamaku."

Persetan dengan bersama. Aku muak dengan semua sikapnya. Apakah menurut dia aku ini hanya mainan yang bisa dia ambil kembali setelah hampir dia buang? Yang bisa dia tindas seenaknya? Jangan harap. Semua itu tidak akan terjadi lagi.

Aku tidak akan goyah. Aku akan tetap pada pendirianku. Biarlah nanti hatiku terluka. Itu lebih baik daripada harus hidup bersama dengan pria tidak tau terima kasih seperti dia.

"Aku tetap menolak. Ini keputusan terakhirku. Anggap aja kita nggak pernah kenal. Bye." Aku berlalu meninggalkan pria tidak tau diri itu, sampai dia mengucapkan kata-kata yang membuatku seketika marah.

"Pilih iya, atau pilih karir kamu hancur" ancamnya.

"Brengsek" geramku.

"Aku bisa bikin kamu terpuruk Tiwi"

"Aku nggak takut sama ancamanmu" geramku.

"Oh ya? Bagaimana kalau orang tuamu tau tentang kisah gelap kita selama ini?" ucapnya penuh penekanan.

Dasar pria licik. Aku menyesal dengan semua yang telah terjadi. Atas dosa yang sudah aku buat bersamanya.

"Apa mau mu?" tanyaku to the point. Muak dengan semua acaman dan sikapnya yang bertele-tele.

"Menikahlah denganku Adriana Prastiwi"

Dipaksa NikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang