Het universum

Twee

Siapapun dari kita tak ada yang tahu bagaimana keadaan kita beberapa menit bahkan beberapa detik ke depan. Begitupun yang terjadi pada Lintang saat ini, ia dipaksa mengikuti MPLS karena dirinya telat datang ke sekolah di hari pertama. Ia merasa kesal sendiri mengingat pertengkarannya dengan sang ketua osis yang bernama Benua itu.

Flashback mode on

Ucapan Benua pun dibalas oleh Lintang yang mulai kebingungan akan kalimat yang didengarnya, “Hah kok MPLS sih?”

“Iya MPLS.” balas Benua datar.

Lintang memberengut kesal mendengar perintah dari lelaki di hadapannya ini. “Tapi kan gue bukan..” ucapan Lintang dipotong oleh Benua dengan tegas tanpa ingin dibantah.

“Lo ikut gue sekarang.” ucapnya sambil menarik lengan Lintang dengan kasar membuat Lintang sedikit meringis karena sakit.

Akhirnya Lintang pun hanya bisa pasrah mengikuti si benua eropa ke lapangan untuk mengikuti MPLS padahal dirinya kan bukan kelas 10.

Flashback mode off

Dan sekarang Lintang berdiri disini, menjalani hukuman dari ketua osis gila itu. Ia diperintahkan untuk membersihkan lapangan, memunguti sampah yang berserakan bersama anak laki-laki yang ia tahu pasti kelas 10. Mereka mengedipkan mata genit ke arah Lintang yang dibalas delikan.

Padahal hari ini hari pertama ia masuk sekolah baru, bukannya mendapatkan kesan yang indah malah begini. Ia memunguti sampah plastik botol yang berserakan di dekat siswi kelas 10 putri yang tengah asik mengobrol. Awalnya ia tak tertarik untuk menguping, tapi ada hal yang membuatnya bingung setelah mendengar ucapan mereka.

“Iya kak Benua ganteng banget, cuma kita gak boleh terlalu deket sama dia.”

“Lah emang kenapa Cher?”

“Dia itu anak geng motor dan berbahaya.”

Lintang sempat terkejut mendengarnya, si benua eropa yang jadi ketua osis itu anak geng motor? berbahaya? apa maksudnya coba.

“Wah kok lo tau sih?” timpal temannya yang lain.

“Soalnya sepupu gue salah satu anggota geng itu bel.”