Bagian 1
Dari Gulf
.
.
.
.Kau disana. Aku selalu menikmati saat-saat seperti ini. Melihatmu dari jauh--menikmatimu hanya untuk diriku seorang. Jika egois adalah kata yang tepat untuk menggambarkanku--maka maaf, sepertinya itu benar. Aku ingat 2 hari lalu Rektor universitas kita menobatkamu sebagai mahasiswa berprestasi untuk tahun ini. Aku salah satu orang yang berkerumun waktu itu bangga luar biasa padamu. Terutama ketika selempang kebanggan itu tersemat ditubuh tinggimu--aku berharap bisa sedikit saja meniru apa yang sudah kau perbuat.
Kau selalu dikelilingi teman-temanmu--kau orang yang ramah dan baik pada siapapun. Lagi-lagi hal itu selalu bisa menambah kekagumanku. Bahkan seperti saat ini--kantin ini sangat ramai, tapi teman-teman yang mengerumunimu tampak begitu mencolok. Yah, lagi-lagi aku berharap bisa sepertimu--punya banyak teman yang bisa kuajak bicara. Aku tak mau menyalahkan sifat introvertku, karena memang seperti itulah aku.
Mew Suppasit, bagaimana perasaanmu jika kau tahu sudah 2 tahun ini aku menjadi pengagum rahasiamu? Kau pasti terkejut. Yah, aku juga yakin masih banyak pengagum rahasiamu yang lain tersebar dipenjuru kampus kita.
"Gulf! Kau disini?"
Mild memanggilku. Aku sangat payah karena sudah 2 tahun menjadi mahasiswa tapi hanya 1 orang yang bisa kuajak berteman. Dia Mild--teman satu Jurusan dan selalu satu kelas tiap mata kuliah yang aku ambil.
Aku tersenyum lalu mengangguk ketika Mild meletakkan makanan nya dimeja, sayang sekali karena aku sudah menghabiskan makananku lebih dulu.
"Ada kuliah umum yang akan dibuka semester ini. Kau mau ikut? Semester lalu kita tak kebagian porsi, kan?"
Mild bertanya padaku. Dan aku mengingat kembali kejadian semester lalu ketika aku dan Mild tak bisa ikut kuliah umum karena kelebihan kuota."Benarkah? Apa itu?"
"Studi Ekonomi Lanjutan. Professor Thanit yang akan mengisinya selama 1 semester ini."
Binar dimata Mild membuatku bersemangat. Professor Thanit adalah dosen favorit di Fakultasku. Bahkan beliau sudah memenangkan berbagai penghargaan dalam Econ Fest yang selalu dewan mahasiswa fakultasku adakan.
Aku mengangguk mantap. "Baiklah. Ayo kita coba."
"Jam 8 malam nanti pendaftaran online nya akan dibuka. Pastikan jari-jarimu cukup cepat oke."
Mild tertawa lalu kembali memakan makanannya. Dan aku--kembali melirik kearah sana--tempat Mew berada. Dan ternyata dia sudah pergi. Kerumunan mencolok itu sudah tak ada lagi disana. Aku mendesah kecewa. Padahal aku sulit menemukannya dimanapun, walau kami satu fakultas. Hanya kantin ini mediator terbesarku bisa melihat Mew dari jauh.
"Kau kenapa? Mencari siapa?"
Mild bertanya, mungkin ia bingung kenapa aku celingak-celinguk.Aku menggeleng, memasang senyum seadanya. "Tidak. Bukan apa-apa kok."
Maafkan aku Mew. Aku suka menyimpanmu sendiri. Siapapun tidak ada yang tahu. Aku sudah bahagia menyimpanmu rapat-rapat disudut hatiku yang paling dalam.
***
Aku tidak ingat sejak kapan aku suka memperhatikan Mew. Mungkin sejak upacara penyambutan mahasiswa baru? Aku ingat Mew lah yang memberikan sambutan sebagai perwakilan mahasiswa baru saat itu. Mew benar-benar bersinar. Aku duduk sendiri ditengah kerumunan mahasiswa baru yang tak ada kukenal, aku mendengarkannya dengan khidmat. Selanjutnya aku tahu namanya, jurusannya dan ternyata ia satu fakultas denganku.