Mature content! Mohon bijak dalam membaca.
Mew menatap jengah pada bocah tinggi kekanak-kanakan yang sedang tengkurap disofa mahal miliknya. Selepas melakukan live di instagram, Gulf terlihat sibuk memainkan ponselnya. Mew merutuki kenapa bocah menyebalkan itu tak mau membantunya membereskan kekacauan dapur yang beberapa saat lalu mereka ciptakan. Kebetulan pula rumahnya sedang kosong--mama, papa, dan Jom malah entah kemana setelah mengetahui niatan Gulf bertamu untuk melakukan live bersama.
"Gulf. Habis makan jangan tiduran."
Peringat Mew yang hanya ditanggapi Gulf santai. Selama live bocah itu memang sudah memakan berbagai macam olahan ayam tepung dari sebuah korporasi makan cepat saji terkenal. Mew saja sudah kekenyangan, ia tak mau langsung berbaring seperti Gulf, atau perutnya akan buncit nantinya."Phi Mew... kalau sudah selesai tolong bawakan aku air na."
Beginilah sifat Gulf sebenarnya. Mew sedang memberekan piring, permintaan Gulf mau tak mau membuatnya gemas sendiri. Tapi tentu saja Mew masih menurutinya.Mew membawa segelas air. Mendekati sarang nyaman Gulf berada. Ia tepuk lumayan keras pantat Gulf yang terbalut celana jeans putih.
"Bangun. Nanti perutmu buncit."
Gulf menuruti seperti anak usia lima tahun. Meminum air putih pemberian Mew sampai tandas. Mew selanjutnya penasaran, hal menarik apa yang Gulf lihat diponselnya.
"Apa yang kau lihat?"
"Phi Mew... apa kau tahu ternyata fans kita bisa berpikiran liar seperti ini?"
Gulf berucap horor. Mew menaikan sebelah alisnya melihat reaksi Gulf yang menurutnya aneh. Bagaimana Mew tidak heran, lihat saja tampang takjub bercampur bingung bercampur terpana yang Gulf tampilkan.
"Apa?"
Gulf melihat kembali pada layar ponselnya. "Aku tidak tahu jika Phi Mew bisa--uhh seliar itu diranjang."
"Hah?"
"Gulf merintih memohon ampun. Namun, Mew Suppasit tak mau mengalah, memilih melepas seutas dasi yang melingkar dilehernya lalu mengikat pergelangan tangan pria dibawahnya yang merintih memohon esensi surga. Mew kembali bergerak, rintihan Gulf memenuhi ruangan ketika Mew menerobos lebih da--"
"Hei! Hentikan." Telinga Mew berkedut mendengarnya. Bagaimana bisa Gulf membaca kalimat erotis seperti itu dengan tampang polosnya yang mengganggu?
"Oii Phi Mew! Bagaimana bisa mereka membayangkan kita melakukan itu?"
"Apa yang kau baca itu?"
Gulf merengut, kadang Phi 7 tahun lebih tua diatasnya ini suka berlagak polos dan tak peka. "Ini. Fanfiction, kau tahu? Semacam cerita pendek, dengan karakter utama tokoh idola. Dan lihat! Bagaimana bisa kau berbuat sekasar itu padaku." Cicit Gulf kesal padanya.
Dan hei, apa ini salahnya? Apa fantasi penggemar membayangkan dirinya menyetubuhi Gulf sampai mampus adalah salahnya? Ia cubit keras pipi Gulf sebagai hukuman.
"Apa itu salahku, huh?"
Gulf merengut sambil mengusap korban keganasan Phi menyebalkan nya itu. "Apa mereka tak memikirkan perasaanku? Melihat tulisan-tulisan ini cukup mencoreng harga diriku sebagai lelaki. Bagaimana bisa mereka menulis tentangku yang lemah, seperti perempuan, imut, butuh perlindungan, dan kecanduan seks denganmu."
Mew tertawa mendengarnya. Yah, walau bagaimana pun, kenyataannya--Gulf sedikit mirip dengan penggambaran karakter yang dibuat oleh penggemar. Lemah? Gulf tidak lemah, hanya kadang jika bocah itu sedang kacau, ia selalu mencari pelukan Mew. Seperti perempuan? Tidak juga, yah kadang menurut Mew kalau Gulf sedang kelebihan make up, wajahnya lumayan kelihatan cantik. Imut? Jangan ditanya lagi, Gulf tidak sadar jika dirinya suka bertingkah imut. Butuh perlindungan? Tidak, Memang inisiatif Mew saja yang ingin melindungi bocah itu. Dan untuk yang terakhir Mew enggan menjawab.