17. DIA YANG TIBA-TIBA MENGUNDANG GELISAH

6.6K 572 48
                                    

Malam, Dears!

Malam ini Hara update Aira dulu, ya.
Adhiyaksanya insyaAllah besok. Kuyz ramaikan!

Budayakan vote sebelum membaca dan komentar di akhir cerita.

Lupakan Hara yang sempat baper kemarin. Semoga update Hara kali ini bisa menyenangkan kalian.

Happy reading!

***

Aku tunggu kamu di Hanami Restoran jam 4 sore ini.

Aira mematung setelah membaca sebaris pesan tanpa nama yang baru saja masuk di ponselnya. Dia tidak pernah berpikir kalau ucapan Evan waktu itu bukanlah isapan jempol belaka. Tiga hari berlalu sejak kejadian di rumah Dania, tetapi Aira baru mendapat pesan ajakan bertemu dari mantan kekasihnya itu. Entah bagaimana pria itu bisa mendapatkan nomor barunya. Yang jelas, Aira tak lagi merasa terkejut.

Evan tetaplah pria yang pernah Aira kenal dengan sangat baik. Tentu saja Evan bisa melakukan apa pun yang sudah menjadi kehendaknya. Pria itu selalu memiliki cara agar kehendaknya terpenuhi. Jika hanya mendapatkan nomor ponsel Aira yang baru, maka hal itu bukanlah sesuatu yang sulit baginya.

Aira terduduk di tepi ranjang. Tangannya terkulai lesu. Pikirannya mendadak semerawut. Jika bisa, dia jelas ingin menolak ajakan Evan. Namun, sudah Aira katakan bukan kalau Evan bukanlah orang yang mau menerima penolakan jika sudah berkehendak? Jadi, untuk mengurangi segala risiko yang bisa pria berengsek itu lakukan ke depannya, maka dia memutuskan untuk menyanggupi. Kendati demikian, dia tak bisa menerka apa yang ingin Evan bicarakan dengannya. Bukankah mereka sudah tak memiliki urusan lagi? Sebenarnya, apa yang Evan inginkan darinya kali ini?

Usai melakukan latihan pernapasan beberapa kali, Aira pun meraih ponselnya dan mengetikkan satu kata persetujuan sebagai balasan. Melihat pukul empat hanya tinggal hitungan menit, maka dia segera bergegas merapikan diri. Dia membasuh mukanya sebentar sebelum mengganti kaus longgar dan celana training-nya dengan dress putih selutut tanpa lengan. Rambutnya dia biarkan tergerai. Dia memoles wajahnya dengan make up tipis agar tak terlihat kuyu. Sebagai sentuhan terakhir, dia menyelipkan jepit mawar putih di sisi kiri rambutnya sebagai penyanggah poninya yang mulai memanjang.

Aira mematut dirinya di depan cermin untuk beberapa saat. Dulu, Evan pasti akan mengomelinya panjang lebar jika melihat dirinya berdandan seperti ini. Namun sekarang, apa pedulinya? Dia berhak berdandan cantik di depan mantan, bukan? Apalagi mantan yang sudah meninggalkannya tanpa perasaan. Bukan ... Aira bukan ingin membuat Evan menyesal karena telah meninggalkannya dulu. Dia hanya tidak ingin membuat Evan merasa di atas awan jika mengetahui dirinya masih saja gemetar saat berpapasan. Kali ini, dia bertekad akan menunjukkan dirinya yang baru.

Bibir Aira menipis membulatkan tekad. Dia mengangguk yakin sesaat sebelum memutar tungkai dan menyampirkan tas putih bertali kecil ke bahunya. Tangan kanannya menyambar flatshoes berwarna senada dari rak sepatu. Setelah memastikan penampilannya sekali lagi di depan cermin, dia pun beranjak pergi.

oOo

Aira sampai di Hanami Restoran. Dia berdiri sejenak mengamati restoran bergaya Jepang itu dari luar. Sebelum keberanian dan tekadnya pupus, dia pun segera melangkahkan kaki untuk masuk. Dia mendorong pelan pintu kaca restoran sembari menjelajahi sudut ruangan dengan netranya, mencari seseorang yang mengajaknya bertemu dan mengaku sudah melakukan reservasi. Namun, dia tak menemukan siapapun.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang