01

47 6 2
                                    

Aku sadar, ada atau tiada dirimu hidup akan terus berjalan -Senjani


Cahaya matahari mengetuk jendela kamar Senjani, membuatnya terbangun dari tidurnya. ia tersadar bahwa hidup harus terus berjalan, ia tak mau berlama-lama sedih seperti ini. cukup cintanya yang gagal bukan hari-harinya. ia sadar, cepat atau lambat ia harus siap kehilangan cintanya. bukan karena tidak lagi ingin bersama, tapi tuhan punya rencana dibalik semuanya.

Memang, yang berat bukan cinta tanpa restu orang tua. tapi, cinta tanpa restu tuhan. tuhan lebih tau mana yang baik bagi makhluk ciptaan-Nya. tuhan memberikan ini sekarang, supaya dia tidak jatuh cinta lebih dalam.

"Aku mau kita mencari cinta masing-masing, kamu bebas memilih siapapun. lebih baik aku kehilangan kamu sekarang, daripada kehilangan saat cinta ini terlalu besar"

"Kenapa sekarang?"

"Karena nantinya, cinta itu akan menghancurkan dirimu sendiri, lebih baik kita sampai disini."

Gadis itu terisak dalam tangisnya. Ia sudah mempersiapkan dirinya untuk patah hati setelah memutuskan berpacaran dengan Langit, tapi tidak sekarang. Ia belum siap kehilangan sumber kebahagiaannya.

Menurutnya, Langit adalah orang yang baik. Ia menampung semua keluh kesah Jani, dan tak jarang ia juga menasehati gadis itu. Langit adalah cinta pertama Jani.

Mereka sudah berteman sejak SMP, dan mulai berani menaruh rasa saat masuk SMA. Mereka sering jalan-jalan berdua walau sekedar mengelilingi kota Solo tanpa tujuan. Bahkan, Jani sering mengantar Langit ke gereja. Begitu juga Langit, ia juga sering mengantar Jani ke masjid saat mereka sedang jalan berdua.

Ingatan itu kembali berputar di otaknya. dan ia kembali menangis mengingat bahwa kemarin adalah hari yang paling ia benci.

Hampir tiga puluh menit ia berendam, kemudian ia tersadar.

'astaga, gue telat'

Ia buru-buru memakai seragam dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa ia berkaca di depan cermin 'gimana gue mau sekolah kalo mata gue sembab gini. Tp gimanapun gue harus bisa buktiin ke dia kalo gue cewek yang kuat, gue nggak boleh lemah kayak gini'

Cukup lama menunggu seseorang di depan rumahnya, tapi yang ditunggu tidak datang juga

'Ini gue goblok apa gimana ya, mau gue nunggu sampe kiamat pun dia ga mungkin jemput gue. Bangun Jani, ini kenyataan. Lo ga boleh kaya gini terus'

Kemudian ia memutuskan untuk berjalan kedepan komplek dan mencari ojek. Setelah menunggu hampir sepuluh menit akhirnya ada tukang ojek yang lewat.

"Pak ke SMA Grafika ya"

"Iya neng, hayuk atuh naik"

Motor melaju dengan kecepatan sedang, menerobos macetnya pagi di kota Solo.
Kota penuh kenangan. hampir setiap tempat ia datangi bersama Langit, mulai dari taman kota hingga pedagang kaki lima. Ia kembali teringat dengan laki-laki itu. Ia rindu tawanya, ia rindu berangkat sekolah bersamanya.

Ia kembali teringat kisahnya bersama Langit saat melewati jalan kota solo. Ia berusaha menepis semuanya, menepis semua kenangan indah bersama laki-laki itu. Laki-laki yang sempat menjadi sumber kebahagiaannya selama ini.

"Agak ngebut ya pak, soalnya saya udah telat"

"Siap neng"

Sepuluh menit berlalu akhirnya ia sampai di gerbang sekolahnya yang hampir ditutup

"Pakkk, tunggu dulu. Selamat pagi pak"

"Si eneng teh kebiasaan atuh"

"Hehe iya pak, saya bangun kesiangan"

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang