Sorra

36 4 0
                                    

"Aku bukanlah mereka,
Dan mereka bukanlah aku
aku tidak bisa menjadi mereka,
Dan mereka tidak bisa menjadi aku"



Pagi ini, tiada istimewanya untuk diriku yang hanya berbau kencur. Selalu bangun pukul 06.00 WIB tanpa sapa dari orang tua. Mama sudah berangkat kerja, Papa masih tidur pulas diranjang kamarnya.

Tak ujung hasratku ingin tersenyum. Bersiap diri untuk berangkat ke Sekolah adalah solusi yang tepat di kondisiku yang kosong ini. Aku bangkit dari ranjang tidurku, di perjalanan menuju kamar mandi, sekilas aku melihat meja makan yang bersih tanpa ada sedikitpun makanan. Tidak sewajarnya aku kaget dengan hal tersebut. Setiap hari, aku hanya sarapan kekesalan dalam hidupku.

Sesampai di sekolah...

"Nad, kamu jalan kaki lagi?" Tanya Sorra memandangiku dengan pilu. Aku hanya menatapnya sejenak dan kembali berjalan dan acuh dengan sekitarku.

"Nad, apa salahnya sih jawab sebentar aja?" Sentak Sorra sembari menahan diriku.

"Hah? Perlu ya aku jawab? Emangnya aku pernah berangkat Sekolah ga jalan kaki? Pertanyaanmu basi!" Ujarku kesal.

"Nad, tunggu..."

"Apalagi?" Ku sempatkan menengok kebelakang.

Sorra malah terdiam tanpa kata, mungkin dia sudah kesal dengan perlakuanku Pagi ini. Sorra adalah teman yang baik. Namun, permasalahan utama pada diriku yang belum bisa menerima kehadiran Sorra di hidupku. Tidak hanya Sorra saja. Tapi semua orang yang ada disekelilingku hanya ku anggap batu tak bernyawa.

Entah mengapa, aku nyaman dengan kekosongan ini. Mungkin karena Aku terbiasa sendiri dan beranggapan bahwa semua orang hanya pura-pura.

Waktu di kelas pun, Sorra memilih duduk di sampingku. Padahal, teman-teman yang lain enggan duduk bersamaku. Aku sedikit tidak paham dengan maksud Sorra terhadapku. Namun Aku yakin, dia tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Hanya memanfaatkan kelebihanku.

Waktu jam pelajaran, Sorra memandangiku tanpa berpaling. Membuatku tidak nyaman dengannya. Sesekali aku melihatnya dan dia memalingkan pandangannya. Waktu usai pelajaran, aku memilih tetap di kelas. Sorra juga tidak pergi dari bangkunya. Dia meletakkan kepalanya di meja seraya menidurkan diri. Dengan rasa penasaranku, aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Ra?" Panggilku lirih

"Iya Nadd," Dia menjawabnya dengan begitu semangat.

"Emhhh ..." Aku terdiam beku. Bingung mau mengawalinya darimana.

"Yaampun, Nadda... Ga perlu ragu, aku senang kamu mau bertanya sama aku. Perihal tadi pagi itu, aku juga ga sakit hati. Aku sudah menjadi temanmu selama 2 Tahun. Aku ga kaget dengan sikapmu yang seperti itu. Sekarang apa yang mau kamu tanyakan?"

"Emh, kenapa kamu mendekatiku?" Tanyaku dengan lugu.

Sorra tertawa lepas "Kamu lucu ya, aku mendekatimu ya karena ingin berteman lebih dekat lah Nadd, memangnya salah?"

"Ga salah Ra, cuma rada aneh aja... Yang lain enggan mendekatiku. Tapi kamu, kamu malah berusaha mendekatiku."

"Nadd, Aku tuh yakin... Kalau ada sisi lain dari sifatmu ini... Kamu gausah khawatir, aku bisa jadi teman baik kok" Ujar Sorra dilengkapi senyum manisnya.

"Maaf jika aku masih kaku terhadap orang baru, kamu adalah teman wanitaku yang pertama dan terakhir selama aku Sekolah 2 tahun disini."

"Eits, jangan gitu dong masak teman pertama dan terakhir." Aku hanya membalas dengan senyuman ragu.

Sorra mengajakku keluar kelas. Dia mengambilkan tumblrnya dan menyuruhku meminumnya. Awalnya aku ragu, aku berusaha untuk menyesuaikan diri dalam pertemanan ini. Siapa tahu, Sorra akan menjadi pengisi kekosongan hidupku. Aku membutuhkan canda tawa sebagai pewarna hari-hariku sebelum air mata akan membanjiriku lagi.

"Eh Nadd, btw kamu ga punya temen cowo? Atau orang spesial gitu?" Aku bingung menjawab pertanyaan Sorra, masih ingin rasanya menutupi kepedihan dan traumanya diriku kala berteman atau menjadikan seseorang istimewa dalam hidupku.

"Nadd?" Sorra menyadarkanku dari lamunanku.

"Sudah cukup Ra, sudah cukup aku dengan kesedihan yang menyelimuti hidupku selama ini. Aku meletakkan sebuah kepercayaan kepada seseorang, namun akhirnya? Akhirnya aku malah kecewa dengan apa yang aku lakukan sendiri..." Sorra menghentikanku untuk berbicara.

"Nanti sore ikut aku yuk, aku akan menunjukkan suatu tempat yang indah sekali. Mau kan?" Tampak dari matanya, Sorra tulus mengajakku. Lagi-lagi Aku hanya meragukan kondisiku sendiri, bagaimana Aku bisa keluar rumah sore hari?

"Pliss Nadd, mau ya?" Sorra memohon dengan mimik wajahnya yang dipoloskan. Aku berbalas anggukan kepala gelagat menerima ajakannya.
                                 


B E C A N D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang