Senja

21 2 2
                                    

Senja tidak pernah ingkar janji untuk datang kembali~

Senja telah tiba, tampaknya dunia berpihak denganku kali ini. Mama belum pulang dari kerjanya dan Papa sibuk dengan motornya. Ini adalah kesempatanku untuk menemui Sorra. Aku menghubungi Sorra melalui WhatsApp agar menjemputku di pertigaan dekat rumahku. Seraya aku pergi diam-diam melalui jendela kamar. Aku berlari tanpa bersuara bak seorang maling. Dalam pikiranku terlintas mengenai keberadaanku. "Apakah Mama dan Papa akan mencariku? Ah, tidak mungkin". Batinku dengan santai.

Sesampainya aku di jalan pertigaan. Sorra belum terlihat sama sekali. Apakah dia tersesat? Atau memang masih di perjalanan?. Aku duduk di bawah pohon sembari menunggu Sorra. Waktu terus berlalu, Sorra tak kunjung datang. Kekhawatiranku semakin menjadi. Aku berusaha menghubungi Sorra. Tiada balasan sama sekali. Kemana Sorra? Apakah Sorra juga mengingkari janji seperti orang yang ku kenal sebelumnya?

"Kring-kring" suara bel sepeda berbunyi. Seraya ku berpaling mengikuti asal bunyi itu. Terlihat Sorra menaikki sepeda sembari tersenyum kepadaku. Bergegas Aku menghampirinya dengan wajah yang panik.

"Ra, kamu kemana aja? Dikabari gabisa. Aku khawatir lho" wajahku yang polos tidak bisa disembunyikan lagi.

"Ehe, maaf ya Nadd. Tadi aku ada urusan sama Mamaku. Tapi aku dah izin kok. Jadi gabakal dicariin..." Ujar Sorra.

"Yaudah, Ayo buruan Kita mau kemana? Aku gabisa lama-lama, ini udah mau jam 5 lho Ra..." Aku mulai panik.

Sorra memboncengkanku dengan sepedanya. Menyusuri jalan yang semakin mengecil terhimpit hamparan luas padi dengan pesona hijaunya. Tempat yang asing bagiku. Baru pertama kali aku melewati jalan ini. Sorra asik dengan bersepeda santai.

"Ra, kamu gabisa naik motor ya?"

"Bisa dong Nadd, emang kenapa si?" Sorra balik bertanya.

"Kenapa lebih memilih naik sepeda?"

"Nadd, bagiku... Naik sepeda tuh ada kemistrinya sendiri. Naik sepeda mengajarkanku untuk tetap bergerak dan menyeimbangkan diri." Ujarnya

"Hylyh, naik motor kan juga menyeimbangkan diri Ra..."Sahutku.

"Tetap aja beda Nadd, kamu perlu mengayuh pedalmu untuk tetap berjalan, kalau motor kan tinggal gas aja... Ehe".

Sorra menghentikan sepedanya dan menyuruhku turun. Aku bergegas turun dari sepeda. Terlihat ada surau kecil di penghujung hamparan padi membuatku menatap dengan sebuah kekosongan.

"Woy Nadd?" Sorra menyadarkanku dari lamunan.

"Eh Ra, itu surau?" Tanyaku penasaran.

"Iya Nadd, Ayo kita kesana biar kamu lebih tau kek apa tuh surau..." Ujarnya sembari menarik tanganku.

"Nadd, nih surau berdiri disini dah lama sekali. Sedari aku SD, nih Surau dah Ada di sini. Tapi bentuknya masih seperti ini aja, malah makin rapuh. Kenapa ga ada yang memperbaikinya ya?" Tambahnya.

"Mungkin karena Surau ini sudah ga dipakai lagi." Tuturku seraya terdiam.

"Iya si, tapi biasanya petani masih sembahyang di sini kok. Mungkin karena ini jauh dari pemukiman juga Nadd, kapan-kapan Kita bersihin aja nih Surau biar layak lagi." Sahut Sorra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B E C A N D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang