8.

180 19 4
                                    

"Aw," Sean membuka matanya, ia melihat sekeliling tembok kamar yang tidak asing baginya.

"Lo udah sadar?" tanya Angel sambil sibuk dengan ponselnya.

"Gue dimana Ngel?" tanya Sean heran.

"Lo di rumah gue kok," jawabnya santai.

Sean mencoba berdiri dari kasur namun baru saja ingin berdiri, perutnya langsung merasakan kembali sakit tendangan Satria.

"Kok bisa?" kata Sean.

"Lo semalam pingsan, lupa?" mata Angel melirik tajam ke Sean.

"Terus Satria gimana?" tanya Sean.

Angel menaruh ponselnya di atas meja dan berkata, "Lo masih bisa mikir Satria, Ian? Gila lo ya! Lupain aja orang kayak Satria mah, Shinta aja semalam milih tidur di sini."

"Gue ga mau Shinta jadi jauh sama Satria gara gara gue Ngel," Sean menundukkan kepalanya lesu.

Angel menatap Sean dengan tulus, "Lo mau liat Shinta?" tanyanya.

"Dimana?" mata Sean melirik satu ruangan namun tetap tak menemukan keberadaan Shinta.

"Dia di bawah lagi nyiapin bubur buat lo, soalnya gue yakin bibir lo sobek gara-gara kemarin." jelas Angel.

"Gue malu ketemu dia, Ngel. Jelas-jelas semalam gue mukul abangnya depan dia." gumam Sean lemah.

"Lo sadar ga sih Ian kalau Shinta suka sama lo? Apa kurang jelas dia milih ngerawat lo di sini di banding abangnya yang entah kemana?" ucap Angel tajam pada Sean.

"Gue ga tau, Ngel." jawab Sean dengan polosnya.

"Ya karena yang berputar di otak lo masih orang yang sama. Karin." ujar Angel penuh penekanan.

"Entahlah, gue sendiri ga tau kenapa rasa yang gue pendem selama ini buat Karin bisa balik lagi dan bahkan membesar dari sebelumnya." Sean menunduk lemah bahkan tak berani melihat wajah Angel.

"Ibarat sequel novel, di cerita ini lo harus menang." ucap Angel mencoba menyemangati Sean.

"Gue ga tau lagi harus apa Ngel? Bahkan gue bisa mukul sahabat gue sendiri demi cewek yang jelas-jelas bukan milik gue." Sean kembali mengepalkan ke dua tangannya menahan kesal.

Angel memukul pundak Sean pelan lalu berbisik, "Tindakan lo semalam adalah tindakan yang paling bener, Satria ga seharusnya ngerendahin Karin gitu aja."

Sean hanya terdiam dan membisu.

"Gue ada di pihak lo, tenang aja." lanjut Angel lalu keluar dari kamar tamu.

***

Karin berjalan di koridor kampusnya, ia pagi ini mencoba datang lebih awal untuk menghindari kemacetan akibat perbaikan jalan di dekat kampusnya.

Mata Karin tak sengaja bertemu dengan mata Satria yang sedang duduk di kursi koridor kampus.

"Karin?" panggil Satria sambil matanya masih melirik pada Karin.

"Lu..." otak Karin mencoba mengingat wajah yang tak asing bagi dirinya, "Lu abangnya Shinta kan bang?" kata Karin cengengesan lalu duduk di sebelah Satria.

"Berani banget lo ketawa gitu depan gue?" pekik Satria sentimental.

"Gila, galak amat sih lo jadi cowok!" balas Karin pada Satria.

Satria hanya diam dan membisu, mencoba membuang muka untuk tidak melihat Karin lagi.

Sedangkan Karin tak sengaja mengamati wajah Satria dan lengan Satria yang terlihat memar biru dengan bibir yang sobek sedikit di bagian luar.

"Muka lo napa bang? Kok banyak luka gitu, lo abis kelahi ya." ucap Karin tak percaya.

Satria menoleh sekali lagi dan menatap tajam mata Karin lalu berkata penuh penekanan, "Lo bisa diem ga?"

Karin yang mendapati tatapan tajam mata Satria seketika otaknya mengingat bahwa abangnya Shinta adalah Satria yang biasa di sebut oleh Sean dan Aslan dulu.

"Lu..." belum sempat Karin menyelesaikan perkataannya, Satria menarik tangan Karin sehingga wajah mereka kini saling berdekatan.

Karin terdiam membisu, matanya dengan mata Satria seakan sudah tidak ada jarak lagi di buatnya.

"Ga usah natap gue begitu, gue tau gue ganteng." bisik Satria.

Karin langsung mendorong tubuh Satria dan menjaga jarak lalu membuang muka untuk menutupi malunya.

"Awwww, anjing badan gue sakit banget." maki Satria ketika tubuhnya yang luka terdorong dengan Karin.

"Maaf bang, maaf." Karin langsung membantu Satria untuk duduk dengan benar lagi setelah tadi tersungkur.

"Lo tau ga sih gue abis kelahi sama..." pekik Satria di telinga Karin.

"Sama sapa?" tanya Karin marah, ia merasa telinganya penging di buatnya.

"Ahhhh berisik lu," bentak Satria lalu berdiri pergi meninggalkan Karin.

Dengan cepat Karin menyusul Satria dan berjalan mundur sambil mencoba berbicara kembali pada Satria.

"Lo ga mau gue anter ke uks?" tanya Karin khawatir.

"Ga," jawab Satria cuek.

"Yakin lo? Bibir lo robek gitu," mata Karin masih terus memperhatikan bagian wajah Satria yang terluka.

Langkah Satria terhenti, ia menatap mata Karin, "Kok lo maksa?" katanya.

Karin yang kaget karena suara Satria kehilangan keseimbangan membuatnya jatuh terpeleset ke belakang, kepala Karin membentur lantai hingga membuatnya tak sadarkan diri.

Satria terkejut, ia mencoba menepuk pipi Karin agar tersadar namun usahanya sia-sia, Satria yang panik langsung memutuskan untuk membopong Karin ke ruang kesehatan di kampusnya.

Baru selesai Satria membopong Karin tiba-tiba wajah Karin mengukirkan senyuman di bibirnya.

"Gila! Lo nipu gue Rin?" pekik Satria saat tau dirinya di bohongi Karin.

Karin membuka mata sambil tersenyum lalu duduk di atas kasur melihat wajah Satria yang tampak menahan emosinya kuat-kuat.

"Kalau ga gini gue ga bisa bawa lo ke sini, benerkan?" kata Karin penuh tersenyum kemenangan.

"Wah gila sih lo nipu gue! Gue udah panik tadi anjing, gue pikir lo beneran pingsan. Wah gila lo ya!" maki Satria tepat di depan wajah Karin.

Karin hanya terdiam tak menyangka respone yang di dapatnya dari Satria hanya akan merunyamkan suasana. Ia pikir tak seharusnya ia melakukan hal bodoh seperti ini. Karin langsung menunduk lesu tak kuasa menahan malu setelah apa yang ia lakukan.

"Lo pikir candaan lo lucu tadi? Kalau beneran kepala belakang lo kena terus ada yang bermasalah sama otak lo, lo pikir gue mau peduli atau tanggung jawab sama lo? Gila kali ya!" bentak Satria tak ada habis-habisnya.

"Maaf," gumam Karin menunduk lesu.

"Maaf lo tuh udah ga guna anjing, gue bahkan sampai nahan rasa malu gue buat gendong lo ke sini dan apa yang lo lakuin sekarang? Lo bilang lo minta maaf sama gue? Udah gila beneran kali ya lo!" suara Satria masih memenuhi uks pada saat itu.

Perlahan air mata Karin pecah, berawal dari niat tulusnya ingin mengobati luka Satria malah hal seperti ini yang ia dapatkan.

"Inget ya, ga semua orang butuh kebaikan lo! Termasuk gue!" bentak Satria lalu pergi meninggalkan Karin sendirian.






I'm Still SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang