Realitanya Tekad Lebih Mendukung

95 13 0
                                    

Tabiatnya hanya secuil biji sawi dimata dunia, hilang bila angin meniupnya. Tapi tekad ia jangan lagi ditanya, bahkan gelak tawa bungkam seketika.
"kau?"
"iya aku, bumantara bahkan enggan menghentikanku".
"Apa lagi yang tersisa?"
"menatap kartika di bawah kanopi di atas bumi pertiwi".
"dan?" 
"membagi candu denganmu wahai pengisi hati yang sudi menaungi lembah abadi".

~

Terkadang usaha yang telah di susun sedemikian rupa agar membuahkan hasil maksimal tidaklah cukup stuck sampai disitu saja. Kita justru perlu tekad dan keberanian untuk mengembangkan gagasan yang tersimpan dalam benak kita selama ini. Apa yang kita rasa, apa yang kita punya dan apa yang kita mampu lakukan untuk mengabdi pada bumi pertiwi tempat mata kita pertama kalinya bisa memandang benda alam.

Sinar pertama yang muncul di atap bumantara tidak pernah salah mengantarkan anak dan cucunya menjadi generasi hebat, berkarakter dan berwawasan luas. Tinggal bagaimana setiap individu itu sanggup bertahan dan mampu atas setiap goncangan serta ujian.

Kala badai tengah datang maka kita perlu keberanian untuk tetap berdiri kokoh. Baik raga maupun jiwa. Tetap pada pegangan nyata dan tidak mudah limbung hanya karena omong kosong orang lain yang menyakitkan. Mereka memiliki hak berbicara dan kita memiliki hak mendengarkan.
Yappp!!!
Ambil baiknya dan jadikan evaluasi diri. Jangan menganggap perkataan menyakitkan sebagai suatu hinaan tapi anggaplah sebagai suatu masukan membangun.

Jika mereka tetap saja angkat bicara, maka realitanya mereka para segerombolan manusia yang justru sangat menyayangi kita. Bagaimana tidak, mereka terus saja memperhatikan kesalahan kita, sibuk mengomentari perilaku dan sikap kita tanpa menyadari kesalahan mereka sendiri.

Utamakan positive thinking dan hilangkan prasangka buruk terhadap orang lain karena itu hanya akan membuat celaka diri.

Lalu bagaimana jika karir kita dalam tahap meroket? Maka  jangan pernah sekali kali dalam angan kita terbesit obsesi untuk menguasai segalanya atas dasar kesombongan. Tetapi berusaha tanpa pantang menyerah dan terus melakukan yang terbaik sesuai passion yang kita miliki dengan rendah hati. Karena itu lebih dari cukup sebagai tameng untuk melawan ambisi menghalalkan segala cara demi mendapati keinginan hati yang didasari oleh nafsu belaka.

Memilah dan memilih sikap baik sudah sepatutnya diterapkan dalam kehidupan yang semakin membabi buta karakter manusia sekarang ini. Bahkan hanya sedikit orang yang masih memiliki sikap empati dan tulus terhadap saudaranya sendiri. Kebanyakan dari mereka akan mengutamakan ego dan kehendak masing-masing demi sebuah keuntungan individual.

Mereka rela memanfaatkan saudaranya sendiri, mengorbankan perasaan orang lain demi obsesi yang takluk akan dunia dengan gelimang harta, tahta dan kekuasaan.


AKSARA-Realistic Outgoing IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang