Entah kebetulan atau memang sengaja. Kak Taeil pulang bersamaan dengan waktu gue selesai kerja. Jadilah, kami pulang bersama.
Tunggu, lebih tepatnya keluar kafe sama-sama, tapi jarak kita tetap physical distance. Lebih jauh malah.
Suasana juga seperti mendukung kami. Jalanan yang biasanya padat oleh orang-orang pulang kerja, sekarang tampak lengang. Gue jadi bisa memperhatikan dia dengan jelas tanpa dihalangi orang-orang yang berlalu-lalang.
Gue masih mengamati punggungnya dari belakang. Pakaian rapih, padahal pakai kaos bukan kemeja atau baju formal lainnya. Gak ketinggalan ransel tersayang yang bisa gue tebak isinya hanya laptop dan chargerannya. Benda yang selalu menemani kesendiriannya setiap hari.
Kenapa sih, orang alim, serius, pendiam itu selalu berpenampilan rapih? Kan kalo mau deketin itu jadi mikir topik yang berbobot, biar digubris dan gak kelihatan bodoh.
Bete juga lama-lama hanya lihat dia dari belakang. Gue berjalan cepat menyusul langkahnya.
"Hallo Kak. Sendirian aja? Gak mau pulang bareng aku?" Kok merasa suara gue terlalu melengking.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary Love
Teen FictionSelama gue hidup, belum pernah yang namanya naksir cowok tipe-tipe serius, kalem, pendiem. Lah, malah sekarang jadian sama manusia modelan begitu. Namanya, Moon Taeil.