02 | Nice Info

572 440 300
                                    

Selamat datang keduniaku, dunia yang terkadang penuh dengan tawa, romansa, tapi tak jauh juga dengan tangis dan penyesalan. Bagaimanapun akhirnya nanti, aku harap kamu menyukai kisah sederhana aku ini.

🌻🌻🌻

"Alena, hari ini kamu papa anterin, soalnya hari ini jadwal motor harus di service," ujar papa Alena ketika mereka berkumpul untuk sarapan.

"Lah pa, ga bisa diganti hari lain kah?"

"Enggaklah, nanti kalo rusak terus mogok tiba-tiba gimana? Kamu mau dorong?"

"Oh tentu tidak mau. Ya tapi dia bisa lah pa bertahan sampe hari sabtu atau minggu gitu pa," rayu Alena.

"Ga ga ga, papa sama mama nanti mau keluar kota. Jadi, mau papa selesain dulu yang penting-penting dari sekarang."

"Yaelah pa, terus aku pulang naik apa?"

"Kamu ini hidup dijaman batu atau gimana sih? Itu hp bisa digunakan selayaknya kan?"

"Ya bisa sih, KALO GITU UANG JAJAN AKU TAMBAHIN YA. AKU BOKEK NIH," seru Alena.

"Hmm."

"Heran, kenapa dia bisa jadian bapak gue ya?" batin Alena yang mulai lelah dengan kelakuan papanya.

Sepanjang jalan Alena hanya menyandarkan kepalanya ke kaca mobil sembari menggendong adik sepupunya yang masih berusia sekitar 8 bulan. "Capek hidup deh, tapi mati juga ga mau, apa gue putusin aja si Devan ya, useless juga dia," batin random Alena.

"Kamu mau ikut ke Bandung ga?"

"IH ASIK, KAPAN TUH?" seru Alena yang langsung batal galau ketika mendengar ucapan papanya.

"Sekitar akhir Februari ini, bisa kamu?"

"YAH, MANA BISA. Itu mah tanggalan sibuk aku."

"Oh yaudah, berarti kamu sama bibi ya. Jaga rumah yang baik," celetuk mama Alena.

"Berasa jadi anjing, disuruh jaga rumah yang baik ya jangan sampe kemalingan," gerutu Alena.

"Terus si Arnetha sama nih tuyul satu mau dikemanain?" sambung Alena.

"Arnetha ikut lah," sahut satu-satunya adik yang Alena miliki, yaitu Arnetha yang berjarak kurang lebih 4 tahun dengan usia Alena sendiri.

"ENAK BANGET SIH, terus ini tuyul satu gimana? Temenin aku dirumah?"

"Ya enggaklah, bisa-bisa pingsan si Atlanta kalo kamu yang jagain. Atlanta tentunya ikut dong, kan Tante Sisi sama Om Didi ikut kesana," jelas mama Alena.

"OH JADI GINI, giliran pergi jalan-jalan aja anaknya dibawa, giliran kerja aja anaknya dititipin disini."

"Sebagai cucu tertua ketiga ya udah jadi resiko kamu lah," sahut papa Alena yang tengah menyetir.

"Emang berapa lama disana?"

"Paling cepet ya seminggu, paling lama ya sampe kerjaan papa mama selesai. Yakin kamu ga mau ikut? Bandung ini lho," goda mama Alena.

"Ah, timing-nya ga tepat."

"Oke, udah sampe. Turun sana, sekolah yang pinter ya, jangan nge-ghibah mulu," cerocos mama Alena.

"Iya nyonya, ini Atlanta saya serah terimakan kepada anda," jawab Alena sembari memberikan Atlanta ke mamanya.

Alena langsung berlari kecil menuju lapangan untuk apel pagi dan tak sengaja ketika mengambil barisan, Alena bertatapan dengan Devan yang tak jauh di depannya. Devan tersenyum melihat Alena, sedangkan Alena sendiri memilih untuk membuang muka.

NYAMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang