Ketua Osis

6 2 1
                                    

Nadin bangkit dari duduknya saat sebagian murid XI IPA 2 sudah berhamburan keluar kelas.

"Bareng gak nih?" Tanya nya pada Athaya yang baru saja menyampirkan tas gendongnya.

Alea mendelik, "tadi kan kak Devan ngajak dia pulang bareng, Nad." katanya.

"Budek apa lo?" Cibir Alea. Nadin mengumpat.

"Kalian duluan aja, gue juga mau ngambil sepatu dulu." Athaya bangkit dari duduknya, berjalan bersisian dengan dua sahabatnya.

"Duluan ya, Tha. Salam dari gue buat kak Keenan." Athaya melotot, membuat Alea refleks berlari sambil menarik Nadin.

"MATI AJA SANA LO, ALE ALE!" Teriak Athaya. Alea berbalik, menjulurkan lidahnya lalu tertawa, masih berlari kecil menarik Nadin.

Athaya mendengus, melanjutkan langkahnya menuju koridor kelas 12. Sekolah hampir sepi, hanya diisi beberapa siswa-siswi yang berjalan bergerombol kearah gerbang. Athaya berhenti, merogoh sakunya saat ponselnya bergetar.

Devantat:
Udh bubar? Gue mau survey tempat foto buat ekskul nih.

Athaya Aretha;
Udeh. Lah trs gue?

Devantat;
Gue anter dulu

Athaya Aretha;
Tapi gue hrs nemuin kak Keenan dulu ngambil sepatu huhu:(

Devantat;
Keenan lagi rapat osis. Besok aja lah, ayo gue buru2

Athaya Aretha;
Bd amat sana lo survey tempat aja. Gue balik sendiri

Devantat;
Elah, ko gt si

Athaya mendengus, melangkah cepat menuju ruang OSIS. Ponsel nya bergetar kembali.

Devantat;
Tha:(((
Gue duluan deh
Sorryyyy
Nanti gue bawain pizza
Oke?

Athaya mengembangkan senyumnya.

Athaya Aretha;
Ok.
Extra cheese, sama milo

Devantat;
Bangke

Athaya terkekeh kecil, mengantongi ponselnya lalu duduk di bangku depan ruang OSIS yang kini masih tertutup rapat. Matanya menatap kearah lapang yang diisi oleh anak futsal.

"Athaya?" Athaya berjengit, "Eh, iya?" menoleh kaget kearah si kapten futsal yang kini berdiri di sampingnya.

Gavin, sahabat dekat Keenan itu tertawa lalu duduk disamping Athaya.

"Kaget amat liat gue, baru banget ya liat orang ganteng?" Tanya nya, Athaya mengumpat.

"Abis tiba-tiba muncul kayak jerawat. Kan kaget," celetuknya. Gavin melotot tak terima.

"Ngapain disini? Mau daftar OSIS beneran?" Tanya Gavin mengingat kejadian saat istirahat tadi. Athaya menggeleng lalu menunjuk kearah kakinya yang hanya terbalut kaos kaki.

Gavin tertawa kecil, "Keenan tuh kejem banget emang," katanya, "tapi ya, walaupun gitu, dia baik loh, Tha. Sayang sih, jarang deket sama cewek. Kalo lo emang bener suka ya, gue saranin gas aja terus," ucap Gavin bawel lalu menarik nafasnya sesaat.

"Gue nih, sebagai sahabatnya.. Prihatin liat dia kayak homoan sama buku. Bikin malu gue aja, gue ganteng gini tapi temen-temen gue pada gak punya cewek. Kan kayak gak laku." keluhnya dengan bibir mengerucut, Athaya tertawa geli.

"Loh, emang kak Gavin punya pacar?" tanya Athaya, Gavin mendelik. "Ya gak sih," ucapnya. Cowok itu menyeringai.

"Alea boleh kali, Tha. Imut gitu, gemesin. Kepincut nih hati abang," Athaya mendelik, tak habis pikir kenapa bisa teman-teman Keenan ini jadi cowok paling digilai di GHS. Ya iya ganteng, tapi bobrok gini kan capek ngadepin nya. Kalo Keenan sih, pantes. Udah ganteng, berkharisma, ah idaman deh pokoknya gimana gak jadi inceran para cabe di sekolah ini.

Athaya jadi minder, huhu.

"Kak Keenan orangnya emang cuek gitu ya kak?" Sambil menyelam, minum air. Mumpung di ajak ngobrol sama temen deketnya kan? Sekalian tanya-tanya tentang calon, hihiy. Kalo Devan kan boro-boro bisa ditanyain tentang temen-temen nya. Sok cuek, cuih.

Gavin berpikir, "Gimana ya?" Cowok itu menerawang, membuat Athaya meneguk ludahnya. Di liat-liat kak Gavin ganteng juga, pikirnya centil. "Jutek sih, cuek. Tapi bisa gak waras juga kok dia. Eh, tapi ya, Tha. Galak banget anjir anaknya. Kayak--"

"Ehm." Gavin dan Athaya berjengit mendengar dehaman kalem seseorang di ambang pintu ruang OSIS.

Athaya menegak, menoleh pelan kearah pria yang kini menatap Gavin dan Athaya dengan tenang.

Keenan memasukkan kedua tangannya ke saku celana, "Pacarannya gak depan ruang osis juga kali," katanya. Athaya melotot.

Gavin tertawa, "ganggu ya gue?" Tanya nya polos lalu mengaduh saat Athaya menyikut perutnya.

"A-ini.. Gue, gue mau ambil sepatu." Athaya susah payah merangkai kata-katanya. Keenan kalo lagi gini cool banget, sih. Athaya kan lemah.

Keenan mengangguk, masuk ke dalam ruang osis lalu kembali lagi dengan tangan menyodorkan sepatu warna-warni kearah Athaya.

"Sok cuek lo, kambing. Padahal suka nanya ke gue, cewek yang suka berangkat dan balik bareng Devan siapa, sih?" Cibir Gavin.

Keenan melotot. "Gue gapernah gitu, ya."

"Mereka pacaran ya? Athaya anak cheers kan? Kelas berapa dia?" Cerocos cowok putih bersih itu.

"Diem lo, setan!" Keenan menendang Gavin kesal yang dibalas tawa renyah cowok itu.

Athaya terdiam, masih mencoba mencerna omongan si kapten futsal. Sedetik kemudian pipinya menghangat. Mati-matian mencoba menahan jeritannya. Ini, maksudnya.. Keenan merhatiin Athaya, gitu?

"Gausah di denger, otaknya seperapat." ucapnya membuat tawa Gavin makin kencang.

"Mau di ambil gak?" Keenan menggerakan sepatu ditangannya yang belum di ambil alih oleh Athaya. Athaya terkesiap. Mengambil sepatunya, masih dengan pipinya yang bersemu.

"Yaudah yaudah. Gue latihan dulu. Gas dong, Ken. Jangan cemen" Gavin menepuk-nepuk bahu Keenan yang dibalas tatapan tajam Keenan membuat cowok imut itu berlari cepat dengan tawanya.

Keenan mendengus. Athaya mengembangkan senyumnya.

"Kak, senyum dong." Celetuk Athaya, "gabisa senyum ya? Nih nih, gue ajarin nih." Athaya menarik sudut bibir Keenan yang langsung di tepis pelan oleh cowok itu. Athaya mencibir.

"Galak banget sih punya ketua osis." Gerutunya sambil memakai sepatu membuat siapapun gemas ingin mencubit pipinya yang menggembung dengan bibir mengerucut.

Athaya berdiri, menatap Keenan yang menatapnya datar. "Makasih ya ketua osis ku yang terhormat. Oh iya, by the way, gue gak pacaran sama kak Gavin. Tadi gue nunggu lo disini sendiri, terus ada dia deh ngajak ngobrol." Athaya membenarkan tali tas nya, melirik Keenan yang menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Dingin banget anjir kan gue deg degan, batinnya.

"Gak nanya." Athaya melotot, ini orang sekalinya ngomong nusuk banget sampe pankreas.

Athaya menghentakkan kakinya, mendelik kecil lalu mengibaskan rambutnya. "Untung ganteng" desisnya yang masih dapat didengar oleh Keenan.

"Yaudah ya, gue gak ada waktu buat ngobrol sama kakak. Bye!" Athaya memeletkan lidahnya lalu beranjak meninggalkan Keenan yang menatapnya tak percaya dengan bibir sedikit terbuka.

Athaya berbalik, membuat Keenan segera menguasai ekspresinya.

"For your information, gue ditinggalin Devan karna nungguin kakak buat balikin ini sepatu. Jadi hari ini gue pulang sendiri. Dan kakak juga harus tau kalo angkutan umum jam segini udah jarang lewat GHS." Ucapnya tak penting lalu berbalik benar-benar meninggalkan Keenan yang makin terperangah...

... Dan terkekeh kecil tanpa sadar.

***

Asyiiiikkkkk, hehehe. Akhirnya ya karena harus #dirumahaja jadi gabut lagi dan lanjutin ceritanya lagi, xixixixi.
Apa kabar? Semoga sehat selalu yaaa. Jangan lupa untuk selalu #dirumah aja, okaaay?

Salam sayang,
Aku pacarnya Jungkook.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang