PART 4 - It Had To Be You

2.7K 302 540
                                    

PART 4
It Had To Be You

Maisy tersenyum menatap mata biru laut milik laki-laki yang sedang merangkulnya. Mereka berdua bercengkrama dengan manis layaknya sepasang kekasih. Tidak sekali dua kali mereka saling bersentuhan.

Kingsley mengelus-elus lembut rambut Maisy. "Rambutmu sangat halus." Wanita yang di pujinya itu terkekeh dan mengucapkan terimakasih. Mereka berganti posisi menjadi berpelukan. Tangan Kingsley melingkar di pinggang Maisy begitu juga dengan tangan Maisy yang melingkar di pinggang Kingsley.

Kedua pipi Maisy di cubit oleh Kingsley. "Tembemnya." Maisy membalas mencubit pipi Kingsley dan mengikuti apa yang di katakan Kingsley. Mereka berdua tertawa bersamaan.

Lama kelamaan mereka berhenti tertawa. Atmosfernya seketika berubah drastis. Tangan Kingsley yang awalnya mencubit sekarang sudah melepasnya dan menangkup wajah mungil Maisy dengan sangat lembut. Matanya menatap Maisy dengan penuh arti.

Wajahnya semakin mendekat. Jarak mereka berdua hanya di halangi oleh hidung. Semakin wajah Kingsley mendekat, Maisy menutup matanya.

"Stop!" teriakan menggelegar dengan penuh amarah itu mengkagetkan semua orang.

Gerakan Kingsley dan Maisy terpaksa terhenti. Mereka berdua menatap ke arah tempat di mana produser berada. Mata Maisy dengan cepat mendapati Maximillan berdiri di belakang produser dengan melipat kedua lengannya di depan dada. Maisy bisa merasakan tatapan menusuk dari Maximillian kepada Kingsley.

"Waduh! Mampus! Maisy, kekasihmu ada di sini." Maisy mengangguk menyetujui sahabatnya yang sekarang menjadi pasangannya di syuting film hari ini.

Maximillan mengobrol dengan produser dengan sangat serius. Maisy menatap keduanya dengan seksama, di dalam pikirannya sekarang hanya terbesit jika ia akan di keluarkan dari project ini dan di gantikan oleh orang lain. Ia takut jika itu terjadi. Masalah utamanya ialah bayaran di project ini sangat mahal dan ia setuju menjadi cameo di film ini karena bayarannya yang sangat mahal.

Maisy melangkahkan kaki menghampiri kru-kru yang bekerja. Ia berdiri tepat di hadapan produser serta Maximillian. "Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya dengan tatapan mata yang tajam. Kerutan di dahinya semakin terpampang jelas.

"Ah! Mia cara," panggil Maximillian menatap Maisy dengan senyuman penuh arti. Maisy tidak bergeming. Ia tidak tergoda dengan suara bariton yang lembut dari Maximillian.

"Tuan, saya sangat berterimakasih. Kalau begitu, silahkan kalian mengobrol dengan tenang," ucap sang produser sembari memberi pengumuman untuk beristirahat kepada seluruh kru.

"Apa maksudnya? Kenapa istirahat?" tanya Maisy menatap Maximillian. Sekarang semua orang sudah meninggalkan area syuting. Mereka berpencar entah kemana dan tersisa Maisy dan Maximillian.

Tangan kiri Maximillian bergerak meraih tangan kanan mungil milik Maisy. Ia menggenggamnya dengan lembut. Jemarinya mengelus lembut permukaan tangan Maisy, lalu mengaitkannya dengan jemari wanita tersebut. Tatapan matanya tertuju ke tangan. Lalu beralih menatap wajah Maisy yang masih berhias kerutan di dahinya. Tangan kanan Maximillian meraba wajah putih mulus milik wanitanya. Ibu jarinya mengelus lembut bibir merah mawar Maisy.

"Bukankah riasamu terlalu tebal?" Mata Maximillian beralih pandang dari bibir ke mata coklat tua dengan bulu mata lentik.

"Apa-apaan?!" ucap Maisy dengan nada meninggi. "Apakah ini terlalu tebal?" Tangan Maisy bergerak meraba wajahnya. "Setiap hari aku berdandan seperti ini. Mungkinkah kali ini tata riasku merias terlalu tebal karena kebutuhan film?" Gumam Maisy. Lamunannya seketika buyar akibat suara tawa Maximillian yang renyah, tetapi tetap dengan suara bariton khasnya.

Devil or AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang