2

6 1 0
                                    

Hari ini sepertinya aku sedang sangat tidak beruntung. Bagaimana tidak, aku bangun terlambat dan ditinggal oleh kakakku yang sangat menyebalkan itu, tapi tidak apa, aku sudah terbiasa menaiki angkutan umum ketika di SMP. Angkot yang kunaiki sangat sepi, hanya ada aku dan satu orang wanita yang hendak berangkat kerja, namun ditengah jalan sesuatu yang membuat perasaanku tambah buruk adalah ketika ada seorang bapak dengan motornya yang mogok itu memasukkan kendaraannya kedalam angkot yang dibantu oleh sang sopir. Oh tuhan, apakah semesta membuat Dewi Fortuna menjauhiku hari ini? Apa yang akan terjadi setelah ini, bagaimana aku bisa keluar dari angkot ini nanti. Seperti paham dengan raut wajahku, bapak motor mogok ini meminta maaf pada ku. "Maaf ya dek." Namun aku tidak membalasnya, aku sungguh kesal sekarang, mungkin saat ini wajahku sangat masam dan tidak enak dipandang, tapi apa peduliku, aku sedang benar-benar kesal.

Ketika hendak turun dari angkutan umum yang menyebalkan ini sang sopir menimbang-nimbang dan tidak lama dia melipat kursi samping pengemudi dan berkata, "Lewat sini aja ya dek, bisa kan ya?" lagi-lagi aku hanya diam saja tidak menjawab apapun, si bapak motor mogok pun mengucapkan kata maaf lagi beberapa kali. Setelah angkot ini benar-benar berhenti aku langsung memberi uang dan keluar dari angkot ini dengan sedikit susah payah kemudian membanting pintu dan tidak melirik sedikitpun kearah mereka.

Setelah sampai didepan gerbang sekolah tidak sengaja netra ku menangkap sosok kucing yang kemarin lagi, karena penasaran akhirnya aku mendekati kucing itu.

"hello creepy cat."

Aku berjongkok memandangi kondisi tubuhnya yang bisa dibilang tidak-baik baik saja, tubuhnya kurus kering sedangkan matanya buta sebelah dan keadaan yang satunya pun tidak bisa dibilang baik- baik saja.

"apa kau lapar? Kalau begitu besok akan kubelikan makanan untuk mu. Dahhh."

                                                                          ***

Hari kedua ku disekolah ini masih belum memiliki teman dekat, hanya sesekali menyapa dan sedikit berbasa basi. Setelahnya aku hanya terdiam sambil menatap jendela yang mengarah lurus ke lapangan sambil mendengarkan musik dengan earphone yang setia bertengger dikedua telinga. Dari sini ternyata aku juga bisa melihat kucing itu. Kalau dilihat lihat, ternyata kucing itu seperti menampakkan kesepian, memancarkan aura kegelapan dengan sejuta misteri didalamnya.

"Hey... hey apa kau mendengarku?"

"Eeh, iya kenapa?" Kataku setelah sadar ada yang mengguncang bahuku

"sekarang kita disuruh ke ruang musik sama miss Lissy. Oh iya, omong-omong perkenalkan namaku Himmel. Siapa namamu?"

"akuValvula"

"sungguh? Valvula apa? Trikuspidalis? Bikuspidalis? Atau semilunaris?" tanya nya dengan wajah geli

Aku tidak menyangka ada yang cepat tangap dengan arti namaku. Baiklah, namaku memang sedikit aneh, ibu memberiku nama valvula yang berarti katup jantung. Kalian tahu mengapa ibu memberiku nama seperti itu? Alasannya karena ibu adalah dokter jantung dan ketika itu, ibu sedang menjelaskan kepada pasien nya yang mengidap regurgitasi atau istilahnya adalah jantung bocor. Yaitu, kondisi katup jantung yang tidak dapat menutup dengan baik atau tidak kembali ke posisi semula. Katanya, ibu yang sedang mengandung aku seperti mendapat ilham untuk memberikan nama Valvula padaku.

Dari mana ilhamnya bu? Dari mana? Ngaco.

Aku sempat merasa aneh dengan namaku, tapi ibu selalu bilang bahwa tak ada yang salah dengan nama itu, toh namanya bagus, dan siapa tahu dengan memberiku nama itu jantungku akan selalu sehat.

"Oh ayolah Him, kenapa juga kau harus tau sampai kesitu. Sebaiknya kita segera pergi ke ruang musik." Kataku sambil menarik lengannya agar segera pergi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Partitur BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang