Aku dan Manusia

19 2 0
                                    


Kalau saja Aku bisa jalan, Aku ingin sekali pindah ke tempat yang sangat aman. Disini sangat mengerikan. Banyak orang-orang jahat disini, yang tega meniadakan satu populasi kecil. Aku dengar dari kampung sebelah, katanya lahan ini nantinya dijadikan gedung-gedung yang luas nan menjulang. Aku tak mau bernasib seperti mereka yang sudah pernah merasakannya. Aku ingin hidup setidaknya dengan tentram, tidak dihantui rasa khawatir.

Masyarakat didaerahku hanya bisa berdoa agar senantiasa orang-orang jahat itu tidak kemari. Kami hanya ingin mendapatkan cahaya dari langit yang setiap saat berbagi kehangatannya. Pun hujan yang berbagi kisah sedunya pada kami. Sederhana, kami hanya butuh dua unsur itu. Jangan kau ambil semua yang sudah menjadi milik kami. Bumi ini punya bersama, ingat. Sesama makhluk tuhan yang hidup, bukankah senang jika kita semua berdampingan?. Mengasihi satu sama lain tanpa ada rasa egois. Tapi kenyataannya kau tidak mau diajak untuk bersaling.

Kata Ayah kita harus bersama-sama diberbagai kemungkinan. Karena kita tidak tahu bahwa hidup dan mati adalah urusan yang diatas. Ayah juga bilang bahwa kita harus ikhlas bila hari esok adalah yang terakhir. "Tidur nak, ini sudah larut,".
 

Grroooghhh swriinngggg----------

Pagi ini Aku tidak menghirup udara segar. Kali ini seperti asap kotor pada sebuah mesin tua. Suara bising pun terdengar hebat. Tetanggaku yang tinggal dibelakang meneriaki orang-orang itu. Salah satu anak dari mereka juga terseret. Habis satu keluarga ke keluarga lain.

"Ayah, ada apa ini?" Tanyaku panik.
"Sudah waktunya, kita memang tidak diperbolehkan untuk hidup," kata Ayah yang terakhir.
"Tidak Yah!"

Semakin habis penduduk disebelah sana. Dengan cepat mereka mendekat kewilayah kami. "Pak, Saya mohon jangan seperti ini," usahaku yang pasti tidak terdengar.

"Hey pak! Kami sudah hidup puluhan tahun disini!"
"Akar kami sudah tertancap kuat dengan bumi!"
"Pak, Saya masih ingin hidup,"
"Tolong jangan bunuh kami dengan cara kotor ini!"
Pasrahku.

Grroooghhh swriinngggg----------
"Aaakkkhhhhhh!!!"

Kini, Aku tidak bisa merasakan lagi urat syarafku. Dimana tubuhku?. Mereka semua telah membunuh kami. Memotong kami dengan alatnya yang tajam. Aku tidak ingin mati dengan cara yang kejam. Jahat. Manusia hanya mementingkan materinya saja. Padahal kami memberikan oksigen gratis baginya. Tapi, kami tidak diperbolehkan tinggal. Sebetulnya, kami tidak rugi. Karena mereka sendiri yang telah membunuh ratusan bahkan ribuan sumber kehidupan. Itu pun jumlah sementara saat ini, tidak tahu kalau esok atau lusa.

Hari-hari telah berlalu, kini jarak sudah berganti tahun. Angin menghampiri jiwaku yang terus menyaksikan hiburan dari atas sini. Dia berkata, "Aku sangat pusing berada dibawah sana, penglihatanku kabur sebab banyak anak baru yang bernama polusi," jelasnya. "Hahaha. Aku sudah tahu angin, tampak jelas sekali dari sini". "Pohon, kau kembalilah ke bumi, mari kita bermain bersama lagi.." ucapnya sedih. "Aku, tidak bisa angin, cobalah kau cari pohon lain ya," rayuku. "Sekarang Aku sulit sekali menemukan pohon, Aku rindu,".

Angin seringkali datang menghampiriku. Bercerita tentang bagaimana manusia dibawah sana. Dia selalu memberitahu informasi yang terbaru, seperti laporan. Terakhir dia beritahuku bahwa ada keadaan yang dialami manusia terus-menerus, sebut saja sakit. Angin seringkali melihat manusia batuk yang disebabkan oleh polusi, juga pilek yang disebabkan karena beragam makhluk hidup baru yang berdatangan muncul, namanya virus dan bakteri.

Begitulah cerita dari sang angin. Mengeluh kesalkan perasaannya. Aku berharap manusia semakin membaik dari tahun ke tahun. Aku tahu mereka pintar. Aku ingin manusia selalu belajar dari kehidupan sebelumnya, evaluasi diri agar semuanya dapat memberi dampak positif. Tetapi, kalau bicara soal realita, Aku tidak tega menyaksikan manusia-manusia yang hancur pada masalah, ulah dan tamaknya sendiri.

Sudah cukup Aku melihat tingkah mereka, yang selalu mengulangi kesalahan yang sama. Seandainya kita hidup berdampingan Aku ingin sekali menjaga mereka. Oke, sampai disini dan jangan lupa untuk selalu barnapas dan bersyukur. Dan terima kasih untuk teman-temanku yang selalu berusaha yang terbaik untuk menghasilkan senyawa O2 tersegar sepanjang masa.




#saveourearth

Aku dan ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang