3. Dia?

454 37 12
                                    

Setelah meninggalkan gadis itu sendiri, Anjas pergi mengambil motornya di area perkelahian tadi. Tampak motornya tinggal sendiri disana.

Ia mengendarai motor itu dengan kecepatan tinggi untuk menyusul para anggotanya yang sudah berada di warung mama Sam. Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk sampai ke tempat tersebut.

Nizar yang pertama kali menyadari kehadiran ketuanya lantas bertanya, "Lama banget lo njas, dari mana dulu?"

"Gue turun dulu kali," celetuk Anjas sinis, belum juga turun dari motor sudah di lontarkan pertanyaan.

Nizar menyengir tak berdosa.

"Tuh udah turun, sekarang jawab, lo dari mana?"

"Entaran dulu! gue mau minum, Haus,"

Nizar mendengus kasar, sementara temannya yang lain berusaha menahan tawa melihat Nizar yang kesal.

"Eh ada cewek, cari siapa ya?" Tanya Kak Giba membuat semua pasang mata beralih padanya dan seorang, Gadis?

Anjas yang mendengar hal itu, segera keluar dari warung dan ternyata...

"Cari dia!" Tunjuk gadis itu pada Anjas.

Semua orang disitu beralih menatap kearah Anjas dengan bingung. Ada yang bersiul menggoda, ada yang menyenggol-nyenggol lengan ketuanya, bahkan ada yang berteriak minta PJ (pajak jadian).

"Berisik!" tukas Anjas lalu berjalan kearah gadis aneh yang ia temukan tadi. Ia menarik lengan gadis itu sedikit menjauh dari teman-temannya.

"Lo ngapain kesini? Ngikutin gue? Atau lo salah satu fens selebgram gue?"

"Ssttt...berisik," timpal gadis itu mengikuti perkataan Anjas tadi dengan jari telinjuk ia letakan di bibirnya.

Anjas bersedekap dada melihat ke arah lain, "Jawab cepet! gue nggak ada waktu buat basa-basi!"

"Kita belum kenalan. Kenalin aku Jaslin Iren Gavindra, Panggil aja Jaslin, J-A-S-L-I-N," ujarnya sambil mengeja namanya sendiri.

Anjas mengangkat satu alisnya. Sebenarnya makhluk apa yang sedang bicara padanya saat ini.

"Kok bengong? Nama kamu siapa?" Tanya Jaslin dengan semangat tak lupa dengan senyumnya yang terus mengembang.

Anjas memutar bola matanya lalu berjalan kembali pada teman-temannya, Dan meninggalkan gadis itu untuk kedua kalinya.

"ANJAS!!" teriak seseorang lalu menubruk dada bidang lelaki itu, memeluknya erat.

"Makasih udah nyelamatin gue dari brengsek itu, Kalau lo nggak ada gue nggak tahu apa yang akan terjadi setelahnya," Fafa, gadis itu menangis di pelukan Anjas. Lelaki itu merasa sesak serta tidak suka di peluk oleh wanita seperti ini kecuali mamanya.

"Hmm, sama-sama. Bisa lepasin nggak?" pintah Anjas, dengan sekali mundur ia sudah terlepas dari ikatan maut itu.

Fafa yang menyadari ada seorang gadis berada di samping Anjas pun bertanya, "Dia siapa?"

Anjas menoleh ke sebelahnya, menatap tepat di mata Jaslin. Ada sesuatu yang ia lihat di sana tetapi ia tidak mengerti dengan arti tatapan itu. Dengan cepat Anjas memutuskan kontak mata dan menjawab pertanyan Fafa.

"Orang ke sasar, mungkin?"
Fafa mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali meirik tak suka pada gadis itu.

"Nal, bisa antarin nih orang pulang nggak?" Tanya Anjas pada Renal, dengan perlahan cowok itu mengangguk.

"Zar, anterin Fafa balik ke rumahnya. Gue capek," Nizar tersenyum pada Fafa, tapi gadis itu hanya menatapnya jijik.

_

ANJASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang