Warning typo bertebaran, harap maklum 😊
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca 😘Info : Cerita ini terinspirasi dari film The Host dan Dr Sleep. Harap maklum bila ada beberapa part yang sama, karena yoll ambil dari scene film itu.
Seoul, Korea Selatan 7 Juni, 1993 tengah dihebohkan dengan sebuah kejadian alam yang sering disebut dengan gerhana matahari total. Banyak penghuni Bumi yang memaknai kejadian alam ini sceara berbeda-beda di setiap negaranya, hal ini tidak luput oleh faktor legenda yang melekat di setiap negara.
Termasuk di Korea Selatan sendiri. Gerhana bulan biasanya terjadi setian 18 bulan sekali di suatu tempat di bumi, namun untuk dapat dirasakan dan dilihat di tempat yang sama diperkirahan membutuhkan waktu kira-kira setiap 360 hingga 410 tahun sekali.
Saat ini masyarakat Korea tengah menyambut dengan gembira berita kemunculan gerhana matahari mereka setelah 360 Tahun berlalu. Menurut warga sekitar gerhana matahari merupakan peristiwa dimana akhirnya Raja yang sering dilambangkan dengan matahari akan bertemu dengan Ratunya yang dilambangkan sebagai bulan. Mereka akan dipertemukan dan hidup dengan tenang di dalam istana.
Namun hal ini bukanlah pertanda baik, konon bila sang Raja turun dan singgah di bumi akan ada kehidupan yang harus diserahkan pada sang Raja. Maka dari itulah setiap kali gerhana matahari muncul warga Korea Selatan akan bersembunyi, mengasingkan diri, menutup seluruh akses dalam rumah, mematikan semua alat elektronik dan membiarkan setiap sudut kota menjadi gelap gulita seperti saat ini.
Langit mulai menggelap dan jalanan sudah sepi tidak ada satu orangpun yang nekat keluar rumah, selain menghormati tradisi juga efek radiasi yang dihasilkan dari peristiwa ini akan berdampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup. Keheningan juga terasa di dalam rumah Park Jihoon, ia dan istrinya Park Yonsu yang tengah mengandung serta sang putra Park Jihoon yang baru berumur lima tahun duduk termenung dalam ruang tamu.
Secara tiba-tiba Yonsu merasakan perutnya sakit sekali, wanita itu menatap sang suami dengan pandangan sayu. Dokter yang merawat sang istri mengatakan bahwa kemungkinan anak kedua mereka yang berjenis kelamin wanita akan lahir sekitar satu minggu lagi, namun semua hanya prekdisi yang sewaktu-waktu akan berubah.
“Sayang..” Tuan Park merengkuh pundak sang istri dan mulai membaringkannya secara perlahan di karpet. Sang putra dengan sigab mengambil bantal dan memberikannya pada ayahnya untuk dijadikan ganjalan kepala sang ibu.
“Tarik nafas.. keluarkan” Tuan Park masih membimbing sang istri untuk tenang dan mengatur nafasnya, dengan berbisik ia terus mengingatkan pada sang istri untuk tidak mengeluarkan suara keributan. Langit semakin menggelap dan Tuan Park tidak mungkin membawa sang istri keluar menuju rumah sakit.
Nyonya Park menggigit bibirnya keras mengabaikan kemungkian lecet pada bibirnya, dirematnya tangan sang suami yang masih senantiasa menggenggam jemarinya. Ketuban itu pecah membasahi bagian bawah gaun yang ia kenakan, Hojoon semakin merapat pada sang ibu dengan isakan kecil.
“Huuftt… hufft.. emmmpphh” Yonsu membekap mulutnya sendiri tatkala kontraksi mulai terasa lagi, ini saatnya sang putri lahir dan ia harus berjuang melahrikan sang putri tanpa menimbulkan keributan.
“Mmmpphhh…” kepala ibu muda itu menggeleng kesana kemari tatkala rasa sakit yan teramat sangat kembali terasa olehnya.
Gerhana matahari yang akan terjadi kali ini diperkirakan akan berlangsung selama satu jam tiga puluh menit, dan seluruh aktifitas dalam negri akan lumpuh total maka dari itu persiapan selalu dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.