"Aku tidak menyangka kau ternyata cukup bodoh."
Masuk
Menancap sampai dada
Ichiro tidak menyangka seorang kakak kelas sekaligus tutor saat masa orientasi yang sebenarnya penampilan, kelakuan, dan sifat layaknya preman sekolah benar-benar memiliki kemampuan berbanding terbalik 180 derajat.
Matematika hanyalah angka! mau dibawa kemanapun satu tetaplah satu, jika kau pergi ke ujung dunia sekalipun angka tidak akan pernah berubah, itulah hal mendasar yang dikatakan Samatoki dikala Ichiro berkeluh kesah betapa rumitnya menghapal rumus. Untuk saat ini ia bisa saja meminta bantuan temannya yang lain seperti Kuuko, tapi Ichiro terlalu tidak enak hati. Tidak mungkin menolak bantuan dari wali kelasnya sendiri untuk memanggil Samatoki-si penenang olimpiade matematika-langsung untuk meminta mengajarnya selama seminggu menjelang ujian pertama di sekolah barunya.
Bukan waktu yang lama sih, tapi atmosfer yang diciptakan disini terasa berat. Ichiro sendiri berkali-kali harus berusaha mengembalikan fokus pada tumpukan buku dihadapannya karena kakak kelasnya terus menatap saat bahkan hanya mencoret-coret buku dengan asal.
"Penjelasanmu sangat cepat Samatoki-san.."
"Ku ulangi sekali lagi. Setelah itu coba kerjakan ini ya."
Suara nada dering smartphone nyaring melambung dalam sesi canggung. Samatoki pamit keluar kamar untuk menerima panggilan dari temannya-Sasara-dan sekalian mengambil beberapa cemilan di lantai bawah. Ia cukup beruntung, mood orang ini sepertinya sedang bagus. Samatoki yang biasanya selalu terlihat acuh tak acuh, menimbulkan banyak masalah hingga berulang kali keluar masuk ruang BK, tapi orang itu punya sifat berkebalikan saat ia mulai mengajar.
Sudah berjalan hari keenam Ichiro pulang telat ke rumah untuk berkunjung ke kediaman Aohitsugi, tidak terasa ini hari terakhirnya. Ia pun bisa bernapas lega, walaupun bukan ujian menanti yang membuatnya dag dig dug. Entah kenapa tatapan intens dari si pemilik rumah membuatmu merasa terintimidasi yang pada dasarnya tidak begitu.
Kuuko pun hanya berkata 'Semangat Ichiroo! Demi nilai matematika berjuanglah mengarungi samudra!' balon imajiner yang menampilkan wajah sahabatnya itu membuat ia sedikit tertawa garing, untunglah tidak ada siapapun saat ini atau ia bisa dianggap orang aneh.
...
"Ichiro, menginaplah hari ini."
"Eh?" Kudapan dibiarkan menggantung saat ingin dimasukkan ke dalam mulut. Ichiro tergagu akan pernyataan barusan, salah dengar atau bagaimana.
"Ku bilang menginaplah, esok akan ada tes dan masih ada bagian yang belum kau mengerti kita tuntaskan malam ini juga!"
"Samatoki-san sendiri juga bagaimana belajarnya? Kalau hanya mengajar materi setingkat kelasku besok tidak akan sempat."
"Kau meremehkanku ya?" senyum meremehkan ditunjukkan, si pemenang olimpiade congkak akan kemampuannya.
Bukan begitu
"Aku tidak ingin merepotkan lagi, terima kasih tawarannya."
"Ck!" decihan itu terdengar, Ichiro lagi-lagi merasa pilihan katanya masih salah "aku tidak pinta, aku menyuruhmu."
Ichiro bingung, mungkin hal ini bisa dibilang balas budi juga. Mengambil waktu seseorang hanya untuk dirimu itu hal yang berharga loh. "Aku akan menghubungi Jiro dan Saburo."
"Dan satu lagi sebagai bayarannya―" Samatoki menjeda kalimatnya, ia memalingkan wajah. Menatap dinding, tumpukan buku, atau apapun asalkan tidak melihat ke arah netra hijau-merah itu. "―bento."
Sebelah alis terangkat, wajah Ichiro melukiskan tanda tanya.
"Aku tidak bisa membuat bento dengan benar karna tanganku terluka, tolong buatkan." Penyataan tidak terduga datang darinya, Ichiro sedikit terkejut Samatoki yang biasanya berbicara bak calon anggota yakuza itu mengatakan kata 'tolong' pada kalimatnya. "Kau bisa kan, saat masa orientasi dulu kau sering membawanya."
Ah dia ingat, masa-masa orientasi dua bulan lalu saat Samatoki menjadi tutor dalam kelompok Ichiro sering dipergoki saat jam makan siang, kala itu mereka mulai sering berkompetisi kecil-kecilan. Mana bento paling kreatif dan paling banyak nutrisi jadi pemenangnya, tentu jurinya adalah Kuuko serta Sasara si kakak kelas tutor kelompok sebelah ikut menikmati sesi tukar lauk pauk.
Jika dilihat tidak asing bila menemukan banyak sekali luka pada tubuhnya akibat berkelahi, Ichiro sampai heran kenapa orang seperti dia bisa masuk salah satu dewan siswa. Dan hal yang mengejutkan Samatoki orang yang telaten dalam memasak, padahal Ichiro juga bisa karena ia memang harus mengurus kedua adiknya. Tapi seingatnya Samatoki juga punya seorang adik..
"Bagaimana?" lamunan Ichiro yang mengulas kilas balik buyar oleh lawan bicaranya meminta persetujuan.
Ichiro cepat mengangguk mengiyakan dengan senang hati lalu tawanya sedikit hampir pecah "Samatoki-san lucu."
...
End
Pict : @kelme00382230 on twitter
KAMU SEDANG MEMBACA
25days SamaIchi
FanfictionSebuah dedikasi untuk kapal tercintah saya yang gobloknya bikin tambah sayang [Sedang writerblock dgn fandom ini, pending untuk waktu tidak ditentukan] Disclaimer Hypnosis Microphone ⓒKING RECORD, Otomate, IDEA FACTORY. Story milik Ray (original im...