==¦Empat¦==

6K 738 82
                                    

"Kamu ... masih gay ya?

Tangan Renjun yang tadi nya tengah membantu Ella menyusun lego itu tiba-tiba membeku, bukan hanya tangannya seluruh badannya pun ikut membeku.

Gay ya ....
.
.
.
Gay
.
.
.
Gay menjijikan!!

Gay menjijikan!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**flashback**
.
.
.
Renjun mentap bangga pantulan cermin yang memperlihatkan seluruh penampilannya dari ujung rambut sampai kakinya. Usaha yang ia lakukan saat masih junior akhirnya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Beasiswa, ia mendapatkannya. Kehidupan yang ia jalani di panti asuhan membuatnya harus berusaha mendapat beasiswa agar bisa bersekolah di sekolah elit yang telah lama ia mimpikan.

Singkat cerita, hari pertama sekolahnya berjalan dengan normal tapi tidak dengan hari kedua. Pada waktu istirahat tiba, ada salah satu senior yang Renjun sendiri belum kenal mengajak Renjun untuk pergi mengikutinya. "Semua anak beasiswa akan didata ulang." itulah ucapan yang membuat Renjun mau mengikuti kemana seniornya pergi.

Awalnya murid baru sebanyak dua puluh orang itu didata satu persatu sebelum digiring untuk memasuki sebuah ruangan yang tidak ada papan keterangan ruangan apakah tersebut. Mereka termasuk Renjun, menurut mengikuti segala arahan mengingat mereka semua murid baru disini.

Namun, kejadian yang terjadi selanjutnya adalah kejadian buruk yang tidak ingin mereka ingat lagi. Mereka mendapat siksaan batin dan juga mental. Waktu istirahat mereka ia habiskan untuk mendengar cemoohan dari mulut seniornya karena mereka semua berasal dari hasil beasiswa.

Sesekali rambut mereka pun ditarik kebelakang saat mengetahui ada yang menangis di antara mereka. Mempertontonkan wajah sembab mereka dan para seniornya akan menertawakan layaknya sebuah lelucon.

Renjun masih mengingat siapa yang terlibat dalam hal itu, terdapat sepuluh senior berpenampilan berandal termasuk tiga yang duduk nyaman di masing-masing sofa single layaknya bos mafia yang sedang menindas budak-budaknya.

Ketiga orang itu adalah Park Jisung, Mark Lee dan Lee Jeno yang dijuluki bos tertinggi karena sekolah ini milik kakeknya sendiri. Mereka semua berasal dari keturunan tiga keluarga terpandang di Korea. Tidak heran kekayaan membuat ketiga anak itu menjadi sombong dan penindas.

"Dahlah, bosen gua lama-lama liat wajah jelek mereka, cengeng banget!" ucap salah satu dari ketiga 'bos' dengan name tag, Park Jisung.

"Lima menit lagi bel masuk. Cepet lo milih dulu Jen." itu Mark Lee dengan ekspresi sedikit gusar karena guru pada jam pelajaran selanjutnya berteman dekat dengan ayahnya.

p a h h h . . .   [[NOREN]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang